Air yang kita minum, yang kita gunakan untuk mandi, mencuci, menyiram tanaman dan sebagainya di berbagai tempat di rumah kita, bisa kita dapatkan tanpa usaha. Benar bukan? Kita hanya tinggal memutar keran, air dengan mudah dan lancar mengalir memenuhi kebutuhan kita. Tetapi tahukah kita bahwa ternyata hanya seperempat dari populasi dunia yang bisa mendapatkan akses mudah akan kemewahan tersebut.
Mungkin dalam benak kita selama ini menganggap bahwa air bukanlah sesuatu yang mewah karena begitu mudahnya kita mengakses dan menggunakannya sehingga air kita anggap sebagai sesuatu yang tidak terlalu berharga bahkan lebih sering kita abaikan, kita cemari dan pemborosan dalam pemanfaatannya.
Sebenarnya, kita ini sangat beruntung bisa mendapatkan air kapan pun kita mau. Jika kita butuh minum, kita hanya perlu membuka keran dan jika kita ingin air hangat, kita juga bisa mendapatkannya dengan cepat. Begitu juga ketika kita ingin minum air es atau air dingin, kita tidak perlu ke kutub atau menunggu musim dingin tiba agar air membeku.
Bahkan, kita mengabdikan banyak waktu setiap hari untuk bekerja dan belajar, untuk kegiatan rekreasi dan sebagainya, tetapi kita tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan cairan yang tanpanya kita tidak bisa hidup.
|
Berjalan untuk mendapatkan air |
Sayangnya, masih banyak wilayah di benua Asia, Afrika dan benua-benua lainnya yang butuh usaha dan waktu yang lebih besar hanya untuk mendapatkan akses ke sebuah sumber air. Mereka harus berjalan kaki hingga sejauh 20 km hanya untuk mendapatkan air.
Jutaan manusia, terutama wanita dibelahan bumi lain kita ini yang telah menghabiskan banyak waktu mereka hanya untuk mendapatkan air. Kegiatan tersebut menjadi rutinitas harian wanita karena di masyarakat seakan sudah sepakat bahwa merupakan tanggung jawab wanitalah untuk memastikan bahwa air harus selalu tersedia dan dalam kualitas yang baik.
Bertanggung jawab terhadap ketersediaan air adalah sebuah tugas yang melelahkan karena begitu banyak waktu yang harus dihabiskan sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk mengerjakan pekerjaan lain. Selain wanita, kadang anak-anak juga ikut mencari air dan membantu para wanita membawanya.
Para wanita-wanita pejuang air tersebut kira-kira menghabiskan rata-rata 4-8 jam setiap hari melakukan pekerjaan berat ini termasuk membawa beban berat sejak masa kanak-kanak. Selain berakibat pada kesehatan mereka, aktivitas membawa air juga memaksa anak-anak itu tidak sekolah.
Oleh karena itu, kekurangan air di banyak komunitas di berbagai tempat di mana pun di belahan lain dunia ini menjadi salah satu faktor yang sangat erat kaitannya dengan kurangnya pendidikan.
Coba bandingkan keadaan di atas dengan keadaan kita! Kenyamanan yang kita nikmati serta kemudahan-kemudahan lainnya terutama berkaitan dengan akses mudah pada sumber air. Semua kemudahan dan kenyaman serta keistimewaan itu telah membuat kita lalai sehingga menjadi lupa lalu mengabaikan dan tidak begitu peduli lagi dengan keberadaan air.
Mungkin kita baru akan menyadari pentingnya keberadaan air yang bersih dan sehat ini ketika kita sudah berada dalam keadaan kekurangan air dan hanya bisa mendapatkan air yang berkualitas buruk lagi tercemar.
Segeralah sadar dari kelalaian dan lupa kawan! Jangan sampai semua nikmat ini hilang dan berubah menjadi petaka kelak di kemudian hari.
Usaha kita walaupun kecil dalam memelihara keberadaan dan kebersihan air akan berdampak besar kelak bagi kita, bagi anak cucu kita dan bagi seluruh makhluk di bumi ini. Mulailah dari diri kita sendiri dan dari keluarga kita.
Sumber referensi:
Komentar
Posting Komentar