Hikmah Diciptakannya Musibah dan Kepedihan

Gambar
Pinterest 🍫 (1). Melahirkan 'ubudiyyah (ibadah) pada saat kesulitan, yaitu berupa kesabaran. Allah berfirman: وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ".....Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiyaa': 35) Terhadap ujian (dari Allah) yang berupa kegembiraan dan kebaikan, maka harus disikapi dengan syukur, sedangkan terhadap ujian berupa kesusahan dan keburukan, haruslah disikapi kesabaran. Semua ini tidak terjadi, kecuali bila Allah membalikkan keadaan atas para hamba, sehingga terlihatlah kejujuran pengabdian kepada Allah Ta'ala. Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Sunggu

JIN, Tidak Bisa Dilihat Bukan Berarti Tidak Ada

Jika karena kita tidak bisa melihat dunia jin ataupun keberadaan dan wujud makhluk gaib ini dijadikan dalih akan ketiadaan jin ataupun menyangkal keberadaan mereka, maka coba renungkan kembali, sebenarnya dalam kehidupan kita sehari-hari dan hal-hal yang berada di sekitar kita bahkan hal-hal yang menyangkut diri kita sendiri, sebenarnya sangat banyak hal-hal yang tidak dapat kita lihat dengan kasat mata tetapi pada hakikatnya ada. Salah satu contohnya adalah angin. Angin apapun itu, kita tidak bisa melihat wujudnya tetapi kita bisa merasakan keberadaannya. Contoh yang paling mudah adalah buang angin (kentut). Kita hanya bisa mencium baunya kadang, bisa mendengar suaranya tapi kita tidak pernah bisa melihat bagaimana wujud asli kentut kita. Apakah ada diantara kita yang pernah melihat wujud kentut manusia ataupun hewan?! Begitu juga dengan napas kita, udara yang kita hirup dan keluarkan.

Dahulu, kita tidak bisa melihat wujud bakteri, virus dan mikroba-mikroba lainnya dengan kasat mata karena wujud dan ukuran mereka yang sangat kecil dan mungkin kita dahulu merasa bahwa mereka tidak ada. Tapi dengan ditemukannya mikroskop maka makhluk yang dahulunya tidak dapat kita lihat tersebut akhirnya dapat kita lihat dan amati. Kita juga dahulu tidak dapat mengamati benda-benda langit karena letaknya yang sangat jauh namun dengan bantuan alat modern yang bernama teleskop, kita akhirnya bisa melihat dan mengamati benda-benda langit. Contoh lainnya lagi adalah adanya X-Ray, dengan sinar x, bagian tubuh manusia dapat dilihat bahkan dengan mengandalkan sensor panas, kita dapat mengetahui keberadaan makhluk di balik sebuah tembok walaupun kita belum bisa melihat wujud aslinya. Apakah kelak kita juga dapat melihat dan mengamati dunia jin??? (baca terus tulisan kami agar paham akan hal ini kelak).

Contoh lain, sesuatu yang ada tapi kita tidak bisa melihat wujud aslinya adalah ruh (nyawa). Ruh merupakan salah satu penyangga kehidupan kita, jika ruh pergi meninggalkan jasad kita maka kita pun pasti akan mati. Ruh, tidak bisa kita lihat dan ketahui hakikatnya tapi kita semua meyakini keberadaannya. Begitu juga dengan dunia dan kehidupan bangsa jin. Mereka ada, tapi kita tidak bisa melihat dunia dan wujud asli mereka. Lantas bagaimana dengan orang-orang yang merasa pernah melihat jin, hantu, setan dan sejenisnya? nanti kita akan bahas di tempatnya tersendiri.

Jadi, jin itu memang ada, memiliki hakikat wujud dan dunianya walaupun kita tidak bisa melihat wujud asli mereka juga dunia mereka.

Dalil tentang keberadaan bangsa jin ini banyak terdapat di dalam Al-Qur'an dan juga Hadits. Di dalam Al-Qur'an, bangsa jin ini disebutkan dalam beberapa ayat seperti misalnya pada surat Al-An'am ayat 130, surat Al-Ahqaf ayat 29, surat Ar-Rahman ayat 33, surat Al-Jin ayat 1, surat Adz-Dzariyat ayat 56 serta ayat-ayat lain yang semisalnya. Sedangkan dalil-dalil yang berasal dari As-Sunnah yang shahih banyak sekali jumlahnya misalkan riwayat Abu Sa'id Al-Khudri dalam Shahih Bukhari hadits no.609 bahwa Rasulullah  ﷺ  bersabda kepadanya yang redaksi artinya: "Aku melihat kamu menyukai kambing dan lembah, jika kamu sedang bersama kambingmu dan berada di lembah lalu kamu mengumandangkan adzan untuk shalat maka keraskanlah suaramu dalam mengumandangkan adzan tersebut. Tidak ada seorang pun yang mendengar suara muadzin, baik dia itu JIN, manusia atau apapun malainkan dia akan bersaksi bagimu pada hari Kiamat." 

Sebuah riwayat yang panjang dari Shahih Muslim hadist no.450 juga disebutkan sebuah riwayat dari Daud dari Amir dia berkata, "Saya bertanya kepada Alqamah, 'Apakah dahulu Ibnu Mas'ud menyaksikan malam jin bersama Rasulullah ?"' Rawi berkata, "Lalu Alqamah berkata, 'Aku pernah bertanya kepada Ibnu Mas'ud, "Apakah salah seorang dari kalian hadir bersama Rasulullah ﷺ pada malam jin?" dia lantas menjawab, "Tidak. Namun suatu malam kami pernah bersama Rasulullah , kemudian kami kehilangan beliau sehingga kami mencarinya di lembah dan jalan setapak ke gunung. Kami pun berkata, "Jin membawa pergi beliau, atau beliau dibunuh secara sembunyi-sembunyi.' Kami dan para sahabat pun bermalam dengan malam yang buruk. Tiba-tiba, pada pagi harinya beliau datang dari arah Hira.'" Rawi melanjutkan penuturannya, "Kami berkata, 'Wahai Rasulullah, kami telah kehilangan jejakmu, kemudian kami mencarimu. Namun kami tidak menemukanmu hingga kami bermalam pada malam yang buruk bersama dengan para sahabat dalam melalui malam itu.'" Beliau menjawab, "Seorang dai dari kalangan jin mendatangiku, aku pun pergi bersamanya, kemudian aku membaca Al-Qur'an di hadapan mereka." Rawi berkata, "Lalu beliau beranjak pergi bersama kami untuk menunjukkan jejak-jejak mereka dan jejak perapian mereka. Dan mereka meminta asupan kepada beliau, kemudian beliau bersabda, 'Kamu mendapatkan setiap tulang binatang yang disebut nama Allah (ketika disembelih), yang mana tulang tersebut ketika sampai di tangan kalian menjadi lebih banyak dagingnya dan setiap kotoran hewan adalah makanan untuk hewan tunggangan kalian'. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, 'Maka dari itu, janganlah kalian beristinjak dengan keduanya (kotoran hewan dan tulang), karena keduanya adalah makanan saudara kalian.'"

Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, "Tidak didapatkan satu pun kelompok dari kaum muslimin yang menyelisihi keyakinan adanya jin. Tidak pula menyelisihi keyakinan bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad ﷺ kepada mereka. Bahkan kelompok kafir pun, mayoritas meyakini adanya jin. Orang-orang Ahlul Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani meyakini keberadaan jin sebagaimana kaum muslimin. Adapun jika didapatkan sebagian dari mereka mengingkarinya, seperti halnya beberapa oknum dari kaum muslimin juga ingkar. Yakni seperti beberapa kelompok kaum muslimin yang keliru dan sebagian muktazilah. Namun mayoritas dari mereka dan pemimpin-pemimpin mereka meyakininya."

Hal ini karena sebenarnya keberadaan jin telah disebutkan oleh para nabi secara mutawatir dan telah menjadi pernyataan yang shahih. Jin juga hidup, berakal, dan berbuat berdasarkan kehendak, bahkan mereka juga mendapat beban perintah dan larangan. Jadi jin bukan hanya sekedar sifat atau ciri yang melekat pada manusia atau yang lainnya seperti anggapan orang-orang ateis.

Perkara jin ini, tentu saja bagi sebagian besar kaum mukminin yang beriman kepada para nabi-Nya tidak akan mengingkari keberadaannya karena telah diriwayatkan secara jelas dan mutawatir, sebagaimana tidak mungkin mereka mengingkari keberadaan Malaikat walaupun sama-sama tidak bisa dilihat. 

Sebagai tambahan, Jin ini mengapa disebut jin karena memiliki sifat ijtinan (اجتنان) dalam Bahasa Arab Ijtinan artinya tersembunyi dan tidak kelihatan. Sehingga manusia tidak bisa melihat jin tapi jin bisa melihat manusia (baca Surat Al-A'af ayat 27). Oleh karena itu, kita diperintahkan selalu berdoa misalkan ketika akan melepas pakaian, terutama ketika akan masuk kamar mandi/WC, masuk rumah atau melewati tempat-tempat asing, tempat sepi dan seterusnya. Nah, sudah paham tentang pentingnya membaca doa dalam setiap aktivitas yang kita lakukan bukan? kecuali kita memang suka dilihat oleh mereka (jin) dan suka diikuti terus. 

Baca selanjutnya Asal Usul Bangsa Jin


Referensi:

Al-Qur'anul Karim dan Al-Hadits

Amri, Yasir dan Syahirul Alim Al-Adib. 2012.  Sendiri Mengusir Gangguan Jin. Solo: Aqwam

Abdat, Abdul Hakim bin Amir. 2003. Alam Jin Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah (Bantahan terhadap buku: Dialog Dengan Jin Muslim). Jakarta: Darul Qolam.

Arifuddin. 2015. Ruqyah Syar'iyyah Tanpa Kesurupan Seri 1. Malang: YBM

Amin, Abul-Mundhir Khalil ibn Ibrahim. 2005. The Jinn and Human Sickness Remedies in the Light of the Qur'an and Sunnah. Darussalam.

Bali, Wahid Abdussalam. 2014. Ruqyah: Jin, Sihir & Terapinya. Jakarta: Ummul Qura. 

______________. 2005. Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i

bin Najar, Nashir bin Ahmad . 2016. Mengatasi Sihir dan Kesurupan Sesuai Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Solo: Thibbia

Philips, Abu Ameenah Bilal. 2012. Ibn Taymiyah's Essay on The Jinn (Demons). IIPH


Komentar

Popular Posts

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadai Auladina (ABY untuk Anak-Anak)

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadaik (Cetakan Baru)

Mengenal Jenis-Jenis Sayuran

Download Buku Durusul Lughah Versi Bahasa Inggris Complete (Jilid 1-8)

Download Buku Belajar Bahasa Arab Untuk Anak-Anak (Arabic Talking Books Full Set) Plus Audio and Video

Sejarah Perkembangan Membran Sel

Download Buku Bacaan Berbahasa Arab Untuk Anak-Anak 1