Jenis-Jenis Jin dan Kehidupannya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Jin itu bermacam-macam jenisnya, ada jin yang mempunyai sayap dan bisa terbang, ada jin yang berupa ular dan kalajengking dan ada juga jin yang bertempat tinggal dan berpindah-pindah serta berpetualang. Hal tersebut didasarkan pada hadist riwayat Thabrani dan Hakim dari Tsa’labah Al-Khasyani.
Dalam sebuah riwayat lain disebutkan dari Al-Hakim, Ibnu Abi Hatim, Ath-Thabrany, Abusy-Asyaikh, Al-Hakim dan Al-Baihaqy di dalam Al-Asma' wash-Shifat, mentakhrij bahwa Abu Tsa'labah Al-Khasyny berkata, "Rasulullahﷺ bersabda yang artinya: "Jin itu ada tiga jenis: Satu jenis memiliki sayap yang dapat digunakan terbang di udara, satu jenis berupa ular dan anjing, satu jenis mengambil tempat tinggal dan bepergian." (Hadits ini disebutkan As-Suyuthy di dalam Al-jaami' Ash-Shaghiir, hadits nomor 3651 dan dia menshahihkannya, Al-hakim dan Al-Baihaqy. Menurut Al-Haitsamy, rijalnya tsiqat, dan sebagiannya dha'if. Menurut Al-Iraqy, isnadnya shahih)
Abu Utsman Sa'id bin Al-Abbas Ar-Razy mentakhrij dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Anjing itu termasuk jin, yaitu jenis jin yang paling lemah. Siapa yang dihampiri anjing yang meminta makanannya, maka hendaklah dia memberinya makan atau hendaklah dia menghalaunya." Dia juga mentakhrij dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Anjing itu termasuk jin. Jika kalian dihampiri anjing ketika kalian makan, hendaklah kalian memberinya makan, karena anjing itu mempunyai jiwa." Dia juga mentakhrij dari Abu Qilabah, dari Nabiﷺ, beliau bersabda yang artinya, "Sekiranya anjing-anjing itu bukan merupakan umat, tentu aku sudah memerintahkan untuk membunuhnya, tetapi aku takut untuk membinasakan suatu umat. Karena itu bunuhlah sebagian anjing, yaitu setiap anjing yang berwarna hitam kelam, karena ia jenis jin anjing." (Ditakhrij Muslim, At-Tirmidzy, ABu Daud, Ibnu Majah, An-Nasa'i, Ad-Darimi, Al-Imam Ahmad, Ath-Thabrani dan Abu Ya'la, dari Aisyah radiyallahu anha).
Source: akhbarak.net |
Jin yang bisa terbang dan memiliki sayap ini contohnya Jin Ifrit. Masih ingat kan dengan kisah Nabi Sulaiman dan singgasana Ratu Balqis?(Baca Surat An-Naml ayat 38-40).Ifrit menawarkan diri kepada Nabi Sulaiman untuk membawa singgasana Ratu Balqis sebelum Nabi Sulaiman berdiri dari tempat duduknya karena memang Ifrit bisa terbang dan memiliki kekuatan (seperti yang dikatakan Ifrif dalam surat An-Naml di atas) tapi masih lebih hebat dan dikalahkan oleh manusia shaleh yang memiliki ilmu dan kitabullah, karena dia bisa mendatangkan singgasana Ratu Balqis dalam sekejapan mata.
Jin yang bersayap dan bisa terbang inilah yang kebanyakan biasanya berkolaborasi dan sebagai khodam bagi orang-orang yang mempelajari ilmu-ilmu kesaktian, makanya kita pernah mendengar ada manusia yang katanya bisa terbang dan semacamnya. Manusia tidak ada yang bisa terbang dengan sendirinya kecuali memakai alat bantu atau ketika mereka bekerja sama dengan makluk gaib yang tidak bisa dilihat manusia yaitu jin dengan membuat sebuah perjanjian sehingga manusia dibantu oleh jin dan dibuat soalah-olah punya kekuatan dan bisa terbang.
Seandainya kita bisa melihat jin, tentu ketika manusia
itu dibuat terbang oleh jin kita tidak akan merasa takjub dan menganggap hebat
manusia tersebut. Coba perhatikan ketika seorang aktor laga sedang syuting dan
melakukan adegan terbang, kita ketika menontonnya merasa takjub karena kita
tidak tahu proses aslinya kenapa si aktor bisa terbang. Ternyata adegan itu
dibuat dengan menggunakan peralatan khusus, menggunakan sebuah tali tipis yang
diikatkan ke tubuh si aktor sehingga kita yang melihat di layar kaca tidak bisa
melihat tali tersebut selain juga karena efek dan editan sebelum film tersebut beredar. Walaupun kita sudah paham trik para aktor tersebut untuk menipu mata
kita, tapi nyatanya kita masih sering takjub dan tertipu dengan adegan-adegan
menakjubkan seperti itu ketika menontonnya kan?! Makanya kita suka takjub jika ada manusia yang bukan aktor, bukan tukang sulap dan tidak sedang berakting tapi katanya bisa terbang atau menghilang. Bahkan ada manusia yang menunjukkan aksinya di hadapan orang banyak bahwa dirinya kebal senjata tajam dan berbagai macam keanehan-keanehan lainnya.
Kita memang suka menipu diri sendiri dan suka banget
ditipu...😄
Apakah kami tidak percaya akan adanya karamah? Percaya, tapi semua ada syarat-syaratnya tentu saja. Jika setiap orang yang perbuatannya aneh, menakjubkan, di luar akal sehat dan seterusnya dikatakan sebagai orang yang shaleh, wali, memiliki karamah, hebat dan seterusnya maka seandainya ada orang gila yang mampu melakukan hal-hal aneh dan menakjubkan bisa kita sebut sebagai wali, hewan pun bisa kita sebut wali dan agungkan jika perbuatannya menakjubkan dan seterusnya.
Itu tadi tentang jin yang bisa terbang, sedangkan jin yang berupa ular dan kalajengking juga hampir sama
tabiatnya dengan hewan tersebut. Wallahu A’lam. Ada juga jin yang suka menetap
dan tinggal di tempat-tempat tertentu dan ada juga yang sukanya keluyuran atau
berpindah-pindah tempat dan berpetualang. Setiap jenis jin memiliki ciri-ciri
khas juga kekuatan yang berbeda-beda.
Dimanakah jin itu tinggal?
Setelah mengetahui tentang jenis-jenis jin, kita akan
mengetahui tentang tempat di mana jin itu tinggal. Bangsa jin, biasanya suka
tinggal di tempat-tempat yang tidak dihuni oleh manusia seperti padang pasir,
hutan yang lebat dan lain-lain. Mereka juga ada yang suka tinggal
di tempat-tempat yang kotor seperti di tong sampah, tempat pembuangan kotoran,
selokan, WC, terutama jin yang kafir. Bangsa jin juga ada yang tinggal di dalam
lubang-lubang di dalam tanah makanya kita dilarang kencing atau mengencingi
lubang-lubang. Bukankah ular dan kalajengking biasanya memiliki liang dan suka
tinggal di dalam tanah???
Tapi ada juga jin yang suka tinggal bersama manusia
terutama jin muslim. Jin muslim suka hidup di rumah orang muslim juga karena
seperti layaknya kaum muslimin yang suka dengan bau harum, maka jin muslim pun
demikian. Adapun jin yang kafir, mereka benci dengan harum-haruman. Jin-jin
muslim tersebut biasanya tinggal pada genting atau atap rumah orang-orang
muslim.
Bagaimana dengan kisah manusia yang mencium bau harum dan diganggu oleh jin, setan atau hantu? Kita akan bicarakan ini di tempat tersendiri.
Bangsa jin juga ada yang suka dan biasa menghuni
gedung dan kamar-kamar juga termasuk gedung dan kamar yang kosong. Mereka juga
biasa menghuni kandang-kandang unta karena disebutkan dalam sebuah hadits bahwa
kandang-kandang unta merupakan tempat tinggal setan.
Untuk jenis jin yang suka menetap maka jin muslim suka
menetap di tempat-tempat yang bersih dan baik seperti rumah orang muslim,
masjid dan sebagainya. Adapun jin kafir sukanya tinggal di tempat-tempat yang
kotor. Untuk jenis jin yang suka berpindah-pindah, keluyuran atau berpetualang
maka mereka tidak pernah menetap pada satu tempat saja.
Satu hal yang perlu kita ingat, tempat yang paling banyak dan paling disukai sebagai tempat berkumpulnya bangsa jin adalah pasar-pasar, sebagaimana yang disebutkan dalam Shahih muslim yang diriwayatkan dari Salman, ia berkata, "jika bisa, janganlah kamu menjadi orang yang pertama kali masuk ke dalam pasar dan yang terakhir kali keluar darinya. Karena pasar itu ma'rakah (sasaran) utama setan dan di situlah setan mengibarkan benderanya."
Menurut Imam An-Nawawi dalam Syarah Muslim (VII/16) berkaitan dengan hadits di atas, berkata: "Maksud perkataan beliau, 'innaha ma'rakatusy syaithan' menurut ahli bahasa 'al-ma'rakah' dengan memfathah 'ra' maknanya adalah tempat peperangan yang terjadi perseteruan antar pasukan di dalamnya. Pasar dan upaya setan untuk menggoda penghuninya diserupakan dengan ma'rakah (medan pertempuran) karena banyak perbuatan batil yang terjadi di dalamnya. Seperti kecurangan, penipuan, sumpah palsu, pengkhianatan, akad yang rusak, mengurangi takaran atau timbangan dan berbagai macam keburukan-keburukan lainnya.
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, beliau berkata bahwa, "Oleh karena itu, banyak dari mereka (jin) bertempat tinggal di padang pasir dan gurun. Mereka juga terdapat di tempat-tempat najis seperti kamar mandi, tempat buang hajat, tempat pembuangan kotoran, sampah, dan pekuburan. Para orang tua (suyukh) yang disertai oleh setan, perilaku mereka pun menjadi seperti setan, tidak mencerminkan keramahan serta sering mengunjungi tempat-tempat yang merupakan sarang setan. Disebutkan dalam atsar larangan tentang mengerjakan shalat di tempat tersebut, karena tempat itu merupakan sarang setan. Juga larangan (shalat) di kuburan karena akan menjadi wasilah kesyirikan. Disisi lain kuburan juga merupakan sarang setan."
Apa Makanan dan Minuman Bangsa Jin?
Memangnya jin butuh makan dan minum? Ya kan namanya
makhluk, bukankah salah satu ciri makhluk hidup adalah butuh nutrisi (makan dan
minum)? Ingat lagi pelajaran biologinya ya sobat! Tumbuhan walaupun tidak bisa
pindah tempat dalam pergerakannya tapi juga termasuk makhluk hidup, tentu saja
butuh nutrisi sama seperti manusia walaupun bentuknya beda. Jin juga sama.
Jin adalah makhluk hidup, makhluk yang Allah ciptakan
dengan wujud serta karakteristik tersendiri dan alam yang tidak akan pernah
bisa kita lihat. Karena jin itu juga makhluk hidup yang diciptakan maka dia
juga pasti butuh makan dan minum, butuh menikah atau kawin untuk
berkembang biak.
Makanan jin adalah tulang dan kotoran hewan. Makanya mereka ada yang tinggal di tempat-tempat
sampah karena mereka memakan sisa-sisa makanan manusia. Jin muslim akan ikut
makan bersama orang muslim juga, sedangkan jin yang kafir atau setan suka makan
bersama orang yang makan tidak menyebut nama Allah dan menggunakan tangan
kirinya untuk makan. Dikatakan juga makanan bangsa jin juga sama seperti makanan manusia, mereka juga ada yang suka makan nasi dan sebagainya. Kotoran hewan merupakan makanan bagi hewan peliharaan jin.
Makanan bangsa jin ini, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits adalah makanan manusia ditambah tulang dan kotoran hewan kering, karena jin apabila menemukan tulang yang ketika disembelih disebutkan nama Allah atasnya, maka ia akan mendapatkan tulang tersebut dipenuhi daging, begitu pula ketika mendapatkan kotoran hewan yang sudah kering akan menjadi biji-bijian seperti layaknya sebelum dimakan hewan. Begitu pula dengan hadits yang menyebutkan bahwa jin tidak ikut makan bersama manusia jika ia membaca basmalah, ada indikasi bahwa jin menyantap segala jenis makanan sebagaimana manusia. Dalam kitab Luqathu al-Marjan, As-Suyuthi menukil dari Ahmad bin Sulaiman An-Najjad (seorang ahli fiqh dalam madzhab Hambali yang terkenal/lihat kitab Mizanu al-i'tidal, jilid 1, hal. 110),Al-A'masy berkata, "Seorang jin menikah di hadapan kami, maka kami katakan kepadanya 'Apakah jenis makanan yang paling kalian sukai? ia menjawab,"beras!" Maka kami membawakan beras kepadanya, kemudian kami lihat suap demi suap, tetapi kami tidak melihat siapa yang memakannya.
Para ulama dalam masalah makan dan minumnya bangsa jin
ini terbagi menjadi 3 pendapat yaitu:
Ø Pendapat pertama mengatakan bahwa
semua jenis jin itu tidak makan dan tidak minum. Ini adalah pendapat yang batil
dan tidak ada dalilnya. (Tambahan dari kami = Pendapat ini juga bertentangan
dengan akal sehat juga fakta, kerena setiap makhluk dikatakan hidup itu pasti
butuh makan dan minum apa pun bentuknya kecuali makhluk-makhluk yang Allah
khususkan dan untuk mengetahui hal ini kita butuh dalil. Tumbuhan juga butuh
nutrisi (makan dan minum) tapi tentu saja makanan dan minuman mereka beda
dengan manusia).
Ø Pendapat kedua mengatakan bahwa
segolongan bangsa jin ada yang makan dan minum tapi ada juga yang tidak makan
dan tidak minum. Pendapat ini mengambil dalil dari hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abdul Barr dari Wahab bin Munabbih, dia berkata bahwa: “Jin terdiri
dari beberapa jenis. Jenis yang paling murni adalah berupa angin yang tidak
makan, tidak minum dan tidak berketurunan. Ada juga jenis yang makan, minum dan
berketurunan. Yang terakhir adalah para tukang sihir dan hantu-hantu dari jenis
jin. Disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu hajar Al-Asqalani di dalam fathul bari.
Pendapat ini menggunakan dalil dari hadits riwayat Tsa’labah Al-Khasyani (dan
sudah disebutkan di awal tulisan ini). Syaikh Wahid Abdussalam Bali mengatakan:
“ini hanya sebatas kemungkinan.”
Ø Pendapat ketiga mengatakan bahwa
semua jenis jin makan dan minum.
Syaikh Wahid Abdussalam Bali mengatakan bahwa pendapat
ketiga ini lebih dapat diterima daripada dua pendapat sebelumnya. Dan pendapat
inilah yang sesuai dengan banyak hadits-hadits bahwa bangsa jin itu butuh makan
dan minum.
Pendapat bahwa jin itu butuh makan dan minum diperkuat
juga oleh pendapat dari Fakhrur Razi rahimahullah, di mana beliau telah menukil
kesepakatan para ulama tentang arti surat Hud ayat 70. Beliau mengatakan bahwa,
“Mereka (para ulama) bersepakat bahwa para Malaikat tidak makan, tidak minum,
tidak menikah. Mereka bertasbih siang malam tidak pernah bosan. Sementara jin
dan syetan, maka mereka makan dan minum.”(Mafatih Al-Qhoib, 1/7).
Walaupun pendapat di atas aslinya membahas tentang sifat-sifat
para Malaikat, tapi para ulama juga menjelaskan perbedaan antara Malaikat dengan
bangsa jin, sehingga pendapat ini juga memperkuat bahwa Iblis bukan dari
golongan Malaikat karena jin memiliki keturunan, makhluk yang memiliki
keturunan berarti butuh makan dan minum walaupun Iblis memiliki kekhususan
yaitu tidak mati kecuali hingga hari kiamat.
Fakhur Razi juga menyebutkan kata jin dan setan tersendiri. Apa maksudnya? Apakah jin dan setan itu berbeda? Ataukah jin itu setan dan setan itu pasti dari bangsa jin? Simak terus tulisan kami selanjutnya, karena kami akan membahas hal tersebut nanti di tempat yang seharusnya. إن شاء الله
Baca selanjutnya, Jin dan Kehidupannya Bagian 2
Referensi:
Al-Qur'anul Karim dan Al-Hadits
Adham, Ibrahim Kamal. 2009. Kupas Tuntas Jin & Sihir. Jakarta: Darus Sunnah
Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2017. Rahasia Alam Malaikat, Jin dan Setan. Jakarta: Qisthi Press
As-Suyuthi, Imam. 2006. Jin. Jakarta: Darul Falah
Amri, Yasir dan Syahirul Alim Al-Adib. 2012. Sendiri Mengusir Gangguan Jin. Solo: Aqwam
Abdat, Abdul Hakim bin Amir. 2003. Alam Jin Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah (Bantahan terhadap buku: Dialog Dengan Jin Muslim). Jakarta: Darul Qolam.
Arifuddin. 2015. Ruqyah Syar'iyyah Tanpa Kesurupan Seri 1. Malang: YBM
Amin, Abul-Mundhir Khalil ibn Ibrahim. 2005. The Jinn and Human Sickness Remedies in the Light of the Qur'an and Sunnah. Riyadh: Darussalam.
Bali, Wahid Abdussalam. 2014. Ruqyah: Jin, Sihir & Terapinya. Jakarta: Ummul Qura.
______________. 2005. Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i
bin Najar, Nashir bin Ahmad . 2016. Mengatasi Sihir dan Kesurupan Sesuai Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Solo: Thibbia
Philips, Abu Aminah Bilal. 2012. Ibn Taymiyah's Essay on The Jinn (Demons). IIPH
Komentar
Posting Komentar