Hikmah Diciptakannya Musibah dan Kepedihan

Gambar
Pinterest 🍫 (1). Melahirkan 'ubudiyyah (ibadah) pada saat kesulitan, yaitu berupa kesabaran. Allah berfirman: وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ".....Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiyaa': 35) Terhadap ujian (dari Allah) yang berupa kegembiraan dan kebaikan, maka harus disikapi dengan syukur, sedangkan terhadap ujian berupa kesusahan dan keburukan, haruslah disikapi kesabaran. Semua ini tidak terjadi, kecuali bila Allah membalikkan keadaan atas para hamba, sehingga terlihatlah kejujuran pengabdian kepada Allah Ta'ala. Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Sunggu

Jenis-Jenis Jin dan Kehidupannya

Jin itu bermacam-macam jenisnya, ada jin yang mempunyai sayap dan bisa terbang, ada jin yang berupa ular dan kalajengking dan ada juga jin yang bertempat tinggal dan berpindah-pindah serta berpetualang. Hal tersebut didasarkan pada hadist riwayat Thabrani dan Hakim dari Tsa’labah Al-Khasyani.

Dalam sebuah riwayat lain disebutkan dari Al-Hakim, Ibnu Abi Hatim, Ath-Thabrany, Abusy-Asyaikh, Al-Hakim dan Al-Baihaqy di dalam Al-Asma' wash-Shifat, mentakhrij bahwa Abu Tsa'labah Al-Khasyny berkata, "Rasulullahﷺ bersabda yang artinya: "Jin itu ada tiga jenis: Satu jenis memiliki sayap yang dapat digunakan terbang di udara, satu jenis berupa ular dan anjing, satu jenis mengambil tempat tinggal dan bepergian." (Hadits ini disebutkan As-Suyuthy di dalam Al-jaami' Ash-Shaghiir, hadits nomor 3651 dan dia menshahihkannya, Al-hakim dan Al-Baihaqy. Menurut Al-Haitsamy, rijalnya tsiqat, dan sebagiannya dha'if. Menurut Al-Iraqy, isnadnya shahih) 

Abu Utsman Sa'id bin Al-Abbas Ar-Razy mentakhrij dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Anjing itu termasuk jin, yaitu jenis jin yang paling lemah. Siapa yang dihampiri anjing yang meminta makanannya, maka hendaklah dia memberinya makan atau hendaklah dia menghalaunya." Dia juga mentakhrij dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Anjing itu termasuk jin. Jika kalian dihampiri anjing ketika kalian makan, hendaklah kalian memberinya makan, karena anjing itu mempunyai jiwa." Dia juga mentakhrij dari Abu Qilabah, dari Nabi, beliau bersabda yang artinya, "Sekiranya anjing-anjing itu bukan merupakan umat, tentu aku sudah memerintahkan untuk membunuhnya, tetapi aku takut untuk membinasakan suatu umat. Karena itu bunuhlah sebagian anjing, yaitu setiap anjing yang berwarna hitam kelam, karena ia jenis jin anjing." (Ditakhrij Muslim, At-Tirmidzy, ABu Daud, Ibnu Majah, An-Nasa'i, Ad-Darimi, Al-Imam Ahmad, Ath-Thabrani dan Abu Ya'la, dari Aisyah radiyallahu anha).

Source: akhbarak.net

Jin yang bisa terbang dan memiliki sayap ini contohnya Jin Ifrit. Masih ingat kan dengan kisah Nabi Sulaiman dan singgasana Ratu Balqis?(Baca Surat An-Naml ayat 38-40).Ifrit menawarkan diri kepada Nabi Sulaiman untuk membawa singgasana Ratu Balqis sebelum Nabi Sulaiman berdiri dari tempat duduknya karena memang Ifrit bisa terbang dan memiliki kekuatan (seperti yang dikatakan Ifrif dalam surat An-Naml di atas) tapi masih lebih hebat dan dikalahkan oleh manusia shaleh yang memiliki ilmu dan kitabullah, karena dia bisa mendatangkan singgasana Ratu Balqis dalam sekejapan mata. 

Jin yang bersayap dan bisa terbang inilah yang kebanyakan biasanya berkolaborasi dan sebagai khodam bagi orang-orang yang mempelajari ilmu-ilmu kesaktian, makanya kita pernah mendengar ada manusia yang katanya bisa terbang dan semacamnya. Manusia tidak ada yang bisa terbang dengan sendirinya kecuali memakai alat bantu atau ketika mereka bekerja sama dengan makluk gaib yang tidak bisa dilihat manusia yaitu jin dengan membuat sebuah perjanjian sehingga manusia dibantu oleh jin dan dibuat soalah-olah punya kekuatan dan bisa terbang.

Seandainya kita bisa melihat jin, tentu ketika manusia itu dibuat terbang oleh jin kita tidak akan merasa takjub dan menganggap hebat manusia tersebut. Coba perhatikan ketika seorang aktor laga sedang syuting dan melakukan adegan terbang, kita ketika menontonnya merasa takjub karena kita tidak tahu proses aslinya kenapa si aktor bisa terbang. Ternyata adegan itu dibuat dengan menggunakan peralatan khusus, menggunakan sebuah tali tipis yang diikatkan ke tubuh si aktor sehingga kita yang melihat di layar kaca tidak bisa melihat tali tersebut selain juga karena efek dan editan sebelum film tersebut beredar. Walaupun kita sudah paham trik para aktor tersebut untuk menipu mata kita, tapi nyatanya kita masih sering takjub dan tertipu dengan adegan-adegan menakjubkan seperti itu ketika menontonnya kan?! Makanya kita suka takjub jika ada manusia yang bukan aktor, bukan tukang sulap dan tidak sedang berakting tapi katanya bisa terbang atau menghilang. Bahkan ada manusia yang menunjukkan aksinya di hadapan orang banyak bahwa dirinya kebal senjata tajam dan berbagai macam keanehan-keanehan lainnya.

Kita memang suka menipu diri sendiri dan suka banget ditipu...😄

Apakah kami tidak percaya akan adanya karamah? Percaya, tapi semua ada syarat-syaratnya tentu saja. Jika setiap orang yang perbuatannya aneh, menakjubkan, di luar akal sehat dan seterusnya dikatakan sebagai orang yang shaleh, wali, memiliki karamah, hebat dan seterusnya maka seandainya ada orang gila yang mampu melakukan hal-hal aneh dan menakjubkan bisa kita sebut sebagai wali, hewan pun bisa kita sebut wali dan agungkan jika perbuatannya menakjubkan dan seterusnya.  

Itu tadi tentang jin yang bisa terbang, sedangkan jin yang berupa ular dan kalajengking juga hampir sama tabiatnya dengan hewan tersebut. Wallahu A’lam. Ada juga jin yang suka menetap dan tinggal di tempat-tempat tertentu dan ada juga yang sukanya keluyuran atau berpindah-pindah tempat dan berpetualang. Setiap jenis jin memiliki ciri-ciri khas juga kekuatan yang berbeda-beda.

Dimanakah jin itu tinggal?

Setelah mengetahui tentang jenis-jenis jin, kita akan mengetahui tentang tempat di mana jin itu tinggal. Bangsa jin, biasanya suka tinggal di tempat-tempat yang tidak dihuni oleh manusia seperti padang pasir, hutan yang lebat dan lain-lain. Mereka juga ada yang suka tinggal di tempat-tempat yang kotor seperti di tong sampah, tempat pembuangan kotoran, selokan, WC, terutama jin yang kafir. Bangsa jin juga ada yang tinggal di dalam lubang-lubang di dalam tanah makanya kita dilarang kencing atau mengencingi lubang-lubang. Bukankah ular dan kalajengking biasanya memiliki liang dan suka tinggal di dalam tanah???

Tapi ada juga jin yang suka tinggal bersama manusia terutama jin muslim. Jin muslim suka hidup di rumah orang muslim juga karena seperti layaknya kaum muslimin yang suka dengan bau harum, maka jin muslim pun demikian. Adapun jin yang kafir, mereka benci dengan harum-haruman. Jin-jin muslim tersebut biasanya tinggal pada genting atau atap rumah orang-orang muslim.

Bagaimana dengan kisah manusia yang mencium bau harum dan diganggu oleh jin, setan atau hantu? Kita akan bicarakan ini di tempat tersendiri.

Bangsa jin juga ada yang suka dan biasa menghuni gedung dan kamar-kamar juga termasuk gedung dan kamar yang kosong. Mereka juga biasa menghuni kandang-kandang unta karena disebutkan dalam sebuah hadits bahwa kandang-kandang unta merupakan tempat tinggal setan.

Untuk jenis jin yang suka menetap maka jin muslim suka menetap di tempat-tempat yang bersih dan baik seperti rumah orang muslim, masjid dan sebagainya. Adapun jin kafir sukanya tinggal di tempat-tempat yang kotor. Untuk jenis jin yang suka berpindah-pindah, keluyuran atau berpetualang maka mereka tidak pernah menetap pada satu tempat saja.

Satu hal yang perlu kita ingat, tempat yang paling banyak dan paling disukai sebagai tempat berkumpulnya bangsa jin adalah pasar-pasar, sebagaimana yang disebutkan dalam Shahih muslim yang diriwayatkan dari Salman, ia berkata, "jika bisa, janganlah kamu menjadi orang yang pertama kali masuk ke dalam pasar dan yang terakhir kali keluar darinya. Karena pasar itu ma'rakah (sasaran) utama setan dan di situlah setan mengibarkan benderanya."

Menurut Imam An-Nawawi dalam Syarah Muslim (VII/16) berkaitan dengan hadits di atas, berkata: "Maksud perkataan beliau, 'innaha ma'rakatusy syaithan' menurut ahli bahasa 'al-ma'rakah' dengan memfathah 'ra' maknanya adalah tempat peperangan yang terjadi perseteruan antar pasukan di dalamnya. Pasar dan upaya setan untuk menggoda penghuninya diserupakan dengan ma'rakah (medan pertempuran) karena banyak perbuatan batil yang terjadi di dalamnya. Seperti kecurangan, penipuan, sumpah palsu, pengkhianatan, akad yang rusak, mengurangi takaran atau timbangan dan berbagai macam keburukan-keburukan lainnya. 

Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, beliau berkata bahwa, "Oleh karena itu, banyak dari mereka (jin) bertempat tinggal di padang pasir dan gurun. Mereka juga terdapat di tempat-tempat najis seperti kamar mandi, tempat buang hajat, tempat pembuangan kotoran, sampah, dan pekuburan. Para orang tua (suyukh) yang disertai oleh setan, perilaku mereka pun menjadi seperti setan, tidak mencerminkan keramahan serta sering mengunjungi tempat-tempat yang merupakan sarang setan. Disebutkan dalam atsar larangan tentang mengerjakan shalat di tempat tersebut, karena tempat itu merupakan sarang setan. Juga larangan (shalat) di kuburan karena akan menjadi wasilah kesyirikan. Disisi lain kuburan juga merupakan sarang setan."

Apa Makanan dan Minuman Bangsa Jin?

Memangnya jin butuh makan dan minum? Ya kan namanya makhluk, bukankah salah satu ciri makhluk hidup adalah butuh nutrisi (makan dan minum)? Ingat lagi pelajaran biologinya ya sobat! Tumbuhan walaupun tidak bisa pindah tempat dalam pergerakannya tapi juga termasuk makhluk hidup, tentu saja butuh nutrisi sama seperti manusia walaupun bentuknya beda. Jin juga sama.

Jin adalah makhluk hidup, makhluk yang Allah ciptakan dengan wujud serta karakteristik tersendiri dan alam yang tidak akan pernah bisa kita lihat. Karena jin itu juga makhluk hidup yang diciptakan maka dia juga pasti butuh makan dan minum, butuh menikah atau kawin untuk berkembang biak.

Makanan jin adalah tulang dan kotoran hewan. Makanya mereka ada yang tinggal di tempat-tempat sampah karena mereka memakan sisa-sisa makanan manusia. Jin muslim akan ikut makan bersama orang muslim juga, sedangkan jin yang kafir atau setan suka makan bersama orang yang makan tidak menyebut nama Allah dan menggunakan tangan kirinya untuk makan. Dikatakan juga makanan bangsa jin juga sama seperti makanan manusia, mereka juga ada yang suka makan nasi dan sebagainya. Kotoran hewan merupakan makanan bagi hewan peliharaan jin. 

Makanan bangsa jin ini, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits adalah makanan manusia ditambah tulang dan kotoran hewan kering, karena jin apabila menemukan tulang yang ketika disembelih disebutkan nama Allah atasnya, maka ia akan mendapatkan tulang tersebut dipenuhi daging, begitu pula ketika mendapatkan kotoran hewan yang sudah kering akan menjadi biji-bijian seperti layaknya sebelum dimakan hewan. Begitu pula dengan hadits yang menyebutkan bahwa jin tidak ikut makan bersama manusia jika ia membaca basmalah, ada indikasi bahwa jin menyantap segala jenis makanan sebagaimana manusia. Dalam kitab Luqathu al-Marjan, As-Suyuthi menukil dari Ahmad bin Sulaiman An-Najjad (seorang ahli fiqh dalam madzhab Hambali yang terkenal/lihat kitab Mizanu al-i'tidal, jilid 1, hal. 110),Al-A'masy berkata, "Seorang jin menikah di hadapan kami, maka kami katakan kepadanya 'Apakah jenis makanan yang paling kalian sukai? ia menjawab,"beras!" Maka kami membawakan beras kepadanya, kemudian kami lihat suap demi suap, tetapi kami tidak melihat siapa yang memakannya. 

Para ulama dalam masalah makan dan minumnya bangsa jin ini terbagi menjadi 3 pendapat yaitu:

Ø Pendapat pertama mengatakan bahwa semua jenis jin itu tidak makan dan tidak minum. Ini adalah pendapat yang batil dan tidak ada dalilnya. (Tambahan dari kami = Pendapat ini juga bertentangan dengan akal sehat juga fakta, kerena setiap makhluk dikatakan hidup itu pasti butuh makan dan minum apa pun bentuknya kecuali makhluk-makhluk yang Allah khususkan dan untuk mengetahui hal ini kita butuh dalil. Tumbuhan juga butuh nutrisi (makan dan minum) tapi tentu saja makanan dan minuman mereka beda dengan manusia).

Ø Pendapat kedua mengatakan bahwa segolongan bangsa jin ada yang makan dan minum tapi ada juga yang tidak makan dan tidak minum. Pendapat ini mengambil dalil dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdul Barr dari Wahab bin Munabbih, dia berkata bahwa: “Jin terdiri dari beberapa jenis. Jenis yang paling murni adalah berupa angin yang tidak makan, tidak minum dan tidak berketurunan. Ada juga jenis yang makan, minum dan berketurunan. Yang terakhir adalah para tukang sihir dan hantu-hantu dari jenis jin. Disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu hajar Al-Asqalani di dalam fathul bari. Pendapat ini menggunakan dalil dari hadits riwayat Tsa’labah Al-Khasyani (dan sudah disebutkan di awal tulisan ini). Syaikh Wahid Abdussalam Bali mengatakan: “ini hanya sebatas kemungkinan.”

Ø Pendapat ketiga mengatakan bahwa semua jenis jin makan dan minum.

Syaikh Wahid Abdussalam Bali mengatakan bahwa pendapat ketiga ini lebih dapat diterima daripada dua pendapat sebelumnya. Dan pendapat inilah yang sesuai dengan banyak hadits-hadits bahwa bangsa jin itu butuh makan dan minum.

Pendapat bahwa jin itu butuh makan dan minum diperkuat juga oleh pendapat dari Fakhrur Razi rahimahullah, di mana beliau telah menukil kesepakatan para ulama tentang arti surat Hud ayat 70. Beliau mengatakan bahwa, “Mereka (para ulama) bersepakat bahwa para Malaikat tidak makan, tidak minum, tidak menikah. Mereka bertasbih siang malam tidak pernah bosan. Sementara jin dan syetan, maka mereka makan dan minum.”(Mafatih Al-Qhoib, 1/7).

Walaupun pendapat di atas aslinya membahas tentang sifat-sifat para Malaikat, tapi para ulama juga menjelaskan perbedaan antara Malaikat dengan bangsa jin, sehingga pendapat ini juga memperkuat bahwa Iblis bukan dari golongan Malaikat karena jin memiliki keturunan, makhluk yang memiliki keturunan berarti butuh makan dan minum walaupun Iblis memiliki kekhususan yaitu tidak mati kecuali hingga hari kiamat.

Fakhur Razi juga menyebutkan kata jin dan setan tersendiri. Apa maksudnya? Apakah jin dan setan itu berbeda? Ataukah jin itu setan dan setan itu pasti dari bangsa jin? Simak terus tulisan kami selanjutnya, karena kami akan membahas hal tersebut nanti di tempat yang seharusnya. إن شاء الله

Baca selanjutnya, Jin dan Kehidupannya Bagian 2


Referensi:

Al-Qur'anul Karim dan Al-Hadits

Adham, Ibrahim Kamal. 2009. Kupas Tuntas Jin & Sihir. Jakarta: Darus Sunnah

Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2017. Rahasia Alam Malaikat, Jin dan Setan. Jakarta: Qisthi Press

As-Suyuthi, Imam. 2006. Jin. Jakarta: Darul Falah

Amri, Yasir dan Syahirul Alim Al-Adib. 2012. Sendiri Mengusir Gangguan Jin. Solo: Aqwam

Abdat, Abdul Hakim bin Amir. 2003. Alam Jin Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah (Bantahan terhadap buku: Dialog Dengan Jin Muslim). Jakarta: Darul Qolam.

Arifuddin. 2015. Ruqyah Syar'iyyah Tanpa Kesurupan Seri 1. Malang: YBM

Amin, Abul-Mundhir Khalil ibn Ibrahim. 2005. The Jinn and Human Sickness Remedies in the Light of the Qur'an and Sunnah. Riyadh: Darussalam.

Bali, Wahid Abdussalam. 2014. Ruqyah: Jin, Sihir & Terapinya. Jakarta: Ummul Qura. 

______________. 2005. Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i

bin Najar, Nashir bin Ahmad . 2016. Mengatasi Sihir dan Kesurupan Sesuai Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Solo: Thibbia

Philips, Abu Aminah Bilal. 2012. Ibn Taymiyah's Essay on The Jinn (Demons). IIPH

Komentar

Popular Posts

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadai Auladina (ABY untuk Anak-Anak)

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadaik (Cetakan Baru)

Mengenal Jenis-Jenis Sayuran

Download Buku Belajar Bahasa Arab Untuk Anak-Anak (Arabic Talking Books Full Set) Plus Audio and Video

Download Buku Bacaan Berbahasa Arab Untuk Anak-Anak 1

Sejarah Perkembangan Membran Sel

Download Buku Durusul Lughah Versi Bahasa Inggris Complete (Jilid 1-8)