Jin dan Kehidupannya Bagian 2
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pada tulisan sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa jin itu ada beberapa jenis, jin juga memiliki tempat tinggal dan juga sudah dijelaskan bahwa bangsa jin itu butuh makan dan minum di mana makanan mereka adalah tulang dan kotoran hewan. Kotoran hewan ini merupakan makanan bagi hewan-hewan peliharaan mereka. Jika berdasarkan ilmu Biologi yang kita pelajari bahwa ciri-ciri makhluk hidup selain butuh makan dan minum (nutrisi) untuk menunjang hidupnya, mereka juga pasti butuh dengan yang namanya bereproduksi atau kawin untuk melestarikan jenisnya atau melestarikan keturunannya. Nah, apakah bangsa jin juga bereproduksi? Sebelum menjawab hal ini, tentunya kita perlu mengetahui dulu apakah bangsa jin memiliki jenis kelamin seperti kita bangsa manusia?
Source: Amysumida.com |
Jenis kelamin bangsa jin
Mungkin kita selama ini tidak pernah berpikir ataupun bertanya-tanya apakah
bangsa jin mempunyai jenis kelamin seperti manusia yaitu ada betina dan jantan
(wanita dan laki-laki) ataukah mereka seperti hewan hermaprodit yang memiliki
dua jenis kelamin dalam satu individu ataukah mereka tidak memiliki jenis
kelamin?
Apa manfaat mengetahui jenis kelamin bangsa jin ini? Tentu saja untuk
mengetahui bagaimana proses mereka bereproduksi atau menghasilkan keturunan.
Apakah bim salabim langsung jadi dan muncul anak-anak jin tanpa proses kawin,
tanpa proses lahir. Ataukah jin mengawini dirinya sendiri karena memiliki dua
jenis kelamin (hermaprodit) dalam dirinya.
Bagi kita yang pernah mempelajari tentang ilmu Biologi, sebuah proses
perkawinan hanya dapat terjadi/berlangsung antar makhluk yang berbeda jenis
kelamin karena hingga saat ini kita belum pernah melihat makhluk hidup yang
tidak memiliki jenis kelamin dapat melakukan perkawinan ataupun makhluk yang
kawin dengan jenis yang sama. Tumbuhan pun melakukan proses kawin jika ingin
menghasilkan keturunan walaupun caranya beda dengan cara hewan dan manusia
kawin, tapi kesamaannya adalah mereka butuh dua jenis kelamin yang berbeda
yaitu harus ada jantan dan ada betina.
Mengapa makhluk hidup butuh jantan dan betina? Salah satu tujuannya
untuk kawin dan menghasilkan keturunan. Bahkan hewan pun paham akan hal ini
makanya kita tidak akan pernah melihat hewan jantan mendatangi hewan jantan
lainnya atau hewan betina mendatangi hewan betina lainnya untuk melampiaskan syahwatnya.
Salah satu hikmah penciptaan syahwat adalah untuk memperbanyak dan menjaga keturunan. Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah dalam At-Tibyan fi Aqsamil Qur'an, 1:205 berkata berkenaan dengan Adam dan Hawa: "Ketika Allah menghendaki keturunan mereka berdua berkembang dan menjadi banyak di bumi, maka Allah karuniakan pada mereka berdua gejolak syahwat, gejolak kerinduan, hasrat untuk menikah (jima') dan mengilhami masing-masing dari mereka untuk berkumpul dengan pasangannya. Maka keduanya berkumpul untuk suatu urusan yang telah ditetapkan."
Namun ada juga manusia termasuk jin yang kafir, jin yang jahat lebih suka memperturutkan hawa nafsunya hingga berlebihan dan menyimpang dari tujuan diciptakan dirinya.
Nah, manusia-manusia yang telah menyimpang dari fitrahnya seperti kaum
Nabi Luth di mana mereka melampiaskan syahwatnya terhadap sesama jenis, maka
mereka sudah melampaui hakekat kemanusiaannya, kesucian dan tujuan mereka diciptakan. Makanya mereka dihukum oleh Allah. Karena hewan yang tidak memiliki
akal saja tahu di mana tempat mereka harus melampiaskan syahwatnya, tapi
manusia yang katanya memiliki akal malah tidak tahu ke mana harus melampiaskan
syahwatnya. Aneh kan jadinya. Terkait perbuatan kaum nabi Luth ini, Muhammad bin Sirin pernah mengatakan, bahkan dari jenis hewan pun tidak ada yang melakukan hal-hal seperti yang dilakukan oleh kaum nabi Luth, kecuali hewan dari jenis babi dan keledai (baca tafsir al-Qurthubi jilid 7 hal. 588).
Sedikit menyimpang lagi, mungkin timbul pertanyaan kenapa sekarang kaum homoseksual itu tidak Allah hancurkan seperti kaum Nabi Luth terdahulu? Jawabannya karena Allah telah berjanji tidak akan memusnahkan ummat ini (ummat Muhammad ﷺ) hingga hari kiamat. Mungkin ada sebagian wilayah yang Allah hancurkan, tenggelamkan dan seterusnya tapi tidak dihancurkan semua dan dihukum langsung seperti ummat Nabi Luth. Mungkin hukuman mereka sengaja ditangguhkan atau mungkin sudah ada yang dihukum secara personal atau bahkan mungkin semua wabah dan bencana-bencana yang menimpa kita adalah peringatan atas perbuatan terkutuk tersebut. Wallahu A’lam. Oleh karena itu, mari kita berlindung kepada Allah atas hal ini agar tidak menimpa diri kita, keluarga kita, keturunan kita dan juga kaum muslimin di mana pun mereka berada. Semoga Allah selalu menjaga dan melindungi kita semuanya.
Nah, kita kembali pada topik kita tentang apakah jin memiliki jenis
kelamin? Jawaban atas pertanyaan ini terdapat dalam hadits Ash-Shahihain yang
diriwayatkan oleh seorang Sahabat Anas bin Malik Radiyallahu Anhu bahwa beliau
berkata,”Apabila Nabi Muhammad ﷺ memasuki kamar mandi
(toilet/WC), beliau mengucapkan: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari jin
kafir (setan) betina dan setan jantan.”
Ibnul Atsir berkata, “Kata Al-Khubutsi (dari doa Nabi diatas dalam
bahasa Arabnya) adalah bentuk plural (jamak) dari Al-Khabits, sedangkan kata
Al-Khaba’its adalah bentuk plural (jamak) dari kata Al-khabitsah. Maksudnya
adalah setan jenis betina dan setan jenis jantan."
Al-Hafizh Ibnu Hajar juga menjelaskan di dalam syarah beliau dalam kitab
Fathul Bari, beliau mengatakan pada riwayat Abul Mutawakkil dengan lafal yang
artinya: “Jika kamu membacanya, niscaya jin betina dan jantan tidak dapat
mendekatimu.” Beliau (Ibnu Hajar) juga menambahkan tentang riwayat Ibnu
Adh-Dharis dengan lafal yang artinya: “Jenis jantan dan betina dari bangsa jin,
kecil dan besar tidak dapat mendekatimu.”
Syaikh Wahid Abdussalam Bali juga mengambil kesimpulan bahwa jin itu ada yang berjenis kelamin jantan dan betina.
Nah, dari sejumlah keterangan di atas, berdasarkan hadits yang tidak perlu kita ragukan lagi akan kebenarannya juga berdasarkan kesimpulan dari Syaikh Wahid, kita semakin yakin bahwa bangsa jin itu memiliki jenis kelamin yaitu ada yang jantan dan ada yang betina. Hal ini tidak bertentangan dengan akal sehat, logika dan juga ilmu Biologi yang kita pelajari bahwa makhluk hidup itu pasti memiliki jenis kelamin karena kelamin inilah yang berfungsi untuk menyalurkan syahwat dan melangsungkan perkawinan sehingga dapat menghasilkan dan melestarikan keturunan.
Makhluk hidup jika tidak bereproduksi maka makhluk itu
akan musnah karena kita sudah paham bahwa setiap makhluk yang hidup itu
memiliki batas kehidupan dan pasti akan mati. Jika tidak ada yang melakukan
perkawinan maka makhluk itu pasti akan punah. Makanya perilaku homoseksual itu sudah menyalahi kodrat dan fitrah makhluk hidup, tujuan penciptaan, melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya dan merupakan perbuatan yang sangat terkutuk juga
sangat menjijikkan. Walaupun banyak yang membela perbuatan tersebut bahkan para
ahli psikolog katanya ada yang bilang dan mendukung bahkan menyatakan bahwa
perbuatan tersebut bukanlah sebuah penyimpangan dan seterusnya, tapi bagi yang
memiliki akal yang sehat pasti tidak akan menerima hal tersebut. Mungkin akal
kita perlu dicek lagi karena hewan yang tidak berakal saja tahu dan tidak
pernah melakukan perbuatan tersebut padahal hewan kan tidak punya akal tapi mengapa mereka tidak pernah salah dalam hal menyalurkan syahwat yang merupakan kebutuhan mendasar?, tapi
mengapa manusia yang katanya memiliki akal bisa kalah dengan hewan bahkan lebih buruk lagi dari hewan?!
Kita kembali ke topik. Jadi, kesimpulan dari pembahasan ini adalah, jin juga makhluk dan mereka juga berakal, memiliki syahwat, mereka butuh makan dan minum, memiliki kelamin jantan dan betina sebagai syarat terjadinya sebuah proses kawin (pembuahan) untuk melestarikan keturunan. Jadi, bangsa jin itu pasti kawin dan memiliki keturunan. Jika mereka tidak memiliki syahwat mereka tidak bakalan bisa atau mau kawin walaupun memiliki alat kelamin dan jenis kelamin, jika mereka tidak kawin maka tidak akan ada keturunan. Jika tidak ada keturunan maka mereka pasti akan musnah.
Pernahkah Anda mendengar ada manusia yang dicintai oleh bangsa jin? Ini
salah satu bukti bahwa jin itu memiliki syahwat baik jin betina (wanita) maupun
jin jantan (laki-laki). Banyak juga kisah-kisah di mana jin laki-laki yang suka
pada wanita dari bangsa manusia dengan berubah bentuk menyerupai suami si wanita
sehingga berhubungan (kawin) dengan manusia. Hal ini semakin memperkuat iman
kita akan pentingnya doa terutama ketika akan masuk ke kamar mandi karena
ketika itu manusia membuka auratnya sehingga bisa dilihat oleh bangsa jin, jika manusia itu adalah wanita dan yang melihatnya adalah jin laki-laki, maka jin tersebut
bisa saja suka akhirnya manusia tersebut diikuti bahkan digaulinya baik melalui mimpi ataupun penyerupaan (na'udzubillahi
min dzalik).
Ketika kita berdoa ketika akan masuk kamar mandi atau WC maka Allah akan
menutupi aurat kita sehingga bangsa jin tidak bakalan bisa melihat ketika kita
tidak berpakaian sehingga potensi untuk diganggu, diikuti, digauli dan
seterusnya akan tercegah. Itulah bukti penjagaan Allah terhadap kita, tapi sayang
sekali banyak manusia yang tidak memahaminya sehingga mereka tidak mau
mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah.
Oleh karena itu, mulai sekarang jangan lupa selalu baca doa ketika akan
masuk kamar mandi atau WC dan ketika akan melepas pakaian ya. Mengucapkan doanya
di luar kamar mandi bukan setelah berada di dalam. Karena di dalam kamar mandi
atau WC, kita diharamkan berdoa atau membaca Al-Qur’an. Makanya ketika keluar
kamar mandi kita di suruh berdoa lagi.
Mengapa di kamar mandi ada jinnya? Ingat lagi tulisan kami yang lalu,
karena tempat itu merupakan tempat di mana kita membuang kotoran dan jin-jin kafir suka tinggal di sana
(di tempat-tempat yang kotor). Bagaimana jika kamar mandi atau WC kita bersih,
kinclong dan harum? Tetap saja di situ sebagai tempat membuang kotoran bukan? Kita kan
tidak pernah sholat di kamar mandi bahkan membaca doa saja dilarang terutama di
dalam kamar mandi yang ada WC-nya.
Pernikahan dan keturunan jin
Berdasarkan penjelasan di atas tadi, kita tahu bahwa jin itu berjenis kelamin ada yang jantan (laki-laki) dan ada juga yang betina, mereka juga memiliki syahwat sehingga mereka juga pasti melakukan perkawinan dan memiliki keturunan. Hal ini diperkuat dengan firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 50 dimana Allah menjelaskan bahwa Iblis itu memiliki keturunan. Menurut Qatadah, beliau berkata,”Ketahuilah bahwa setan itu berketurunan sebagaimana anak Adam, bahkan jumlah mereka lebih banyak.” (Laqtul Marjan, hlm.51).
Allah juga menyebutkan tentang salah satu sifat bidadari surga dalam surat Ar-Rahman ayat 74 di mana bidadari itu tidak pernah disentuh oleh manusia dan juga tidak pernah disentuh oleh jin. Maksud ath-thamatsu secara bahasa dalam ayat ini adalah al-jima' (berhubungan badan).
Menurut Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitab Taman Cinta dan yang Dirundung Asmara hal.108-109 terkait istilah jima', beliau berkata bahwa: "apabila jiwa-jiwa itu sudah menemukan kecocokan, ruhnya sudah menyatu dan berinteraksi, maka badan pun akan berinteraksi pula serta menuntut kebersamaan sebagaimana yang telah dirasakan oleh jiwa dan ruh. Sebab, badan itu adalah alat dan kendaraan bagi ruh dan jiwa. Oleh karena itu Allah menjadikan syahwat jima' antara seorang lelaki dengan wanita dengan tujuan bersatunya dua badan, sebagaimana dua ruh yang telah bersatu. Oleh karena itu perbuatan ini dinamakan dengan istilah jima', khilath, nikah atau ifdha' karena masing-masing dari keduanya ingin mencurahkan dan bercampur dengan pasangannya."
Dari surat Ar-Rahman ayat 74 di atas ini juga, menjadi bukti kuat bahwa bangsa jin itu juga melakukan kawin (jima' atau berhubungan badan). Hanya saja jin-jin yang kafir itu bercampurnya atau kawinnya di tengah-tengah jalan, yang terlihat oleh sesama mereka dan tidak terlihat oleh kita bangsa manusia. Inilah salah satu hikmah mengapa perbuatan tersebut tersembunyi dan tidak terlihat oleh pandangan manusia, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya dengan sanad yang dhaif dari jalan Abu Hurairah, akan tetapi hadits ini menjadi hasan, karena beberapa syawahidnya.
Bukankah di zaman sekarang ini sudah banyak manusia yang berperilaku seperti bangsa jin yang kufur tersebut? Mereka sengaja merekam adegan-adegan berhubungan intim dengan pasangannya baik pasangan yang sejenis maupun yang berbeda jenis agar disaksikan oleh banyak manusia lainnya. Mereka tidak merasa malu bahkan bangga, bahkan ada yang malah menjadi terkenal setelah adegan mesumnya beredar dan dilihat oleh banyak orang. Banyak juga manusia yang sudah tidak malu-malu lagi bermesraan, berpacaran dan sejenisnya di tempat-tempat umum baik dengan pasangan yang sah maupun dengan pasangannya yang tidak atau belum sah dan dilihat oleh banyak manusia lainnya.
Sekarang ini, kita juga sudah sering mendengar tentang adanya klub-klub telanjang di mana mereka juga bebas berhubungan intim dengan siapa pun dan berhubungan intim di depan orang banyak. Bahkan di Prancis disinyalir terdapat sebuah tempat di mana manusia bebas berjalan-jalan dan beraktivitas dengan telanjang baik yang laki-laki maupun yang wanita. Bahkan di luar negeri, perbuatan mesum di jalan-jalan, di tempat-tempat umum, di kendaran umum dan seterusnya dan dilihat oleh banyak orang juga sudah bukan hal yang aneh lagi. Bukankah perbuatan ini mirip seperti yang dilakukan oleh setan dari kalangan jin seperti dalam hadits di atas?
Sekarang ini manusia memang semakin aneh, jika ada hewan yang aslinya tidak pakai baju misal monyet yang dilatih lalu diberi pakaian, maka perbuatan tersebut bisa menghasilkan uang karena banyak manusia yang melihatnya. Tapi manusia, untuk menghasilkan uang, mereka harus mau telanjang dan membuka auratnya terlebih dahulu agar bisa dinikmati oleh banyak manusia. Benar-benar aneh tingkah polah manusia itu kan?!
Baca selanjutnya Pernikahan jin dan manusia (Jin dan Kehidupannya Bagian 3)
Referensi:
Al-Qur'anul Karim dan Al-Hadits
Adham, Ibrahim Kamal. 2009. Kupas Tuntas Jin & Sihir. Jakarta: Darus Sunnah
Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2017. Rahasia Alam Malaikat, Jin dan Setan. Jakarta: Qisthi Press
As-Suyuthi, Imam. 2006. Jin. Jakarta: Darul Falah
Amri, Yasir dan Syahirul Alim Al-Adib. 2012. Sendiri Mengusir Gangguan Jin. Solo: Aqwam
Abdat, Abdul Hakim bin Amir. 2003. Alam Jin Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah (Bantahan terhadap buku: Dialog Dengan Jin Muslim). Jakarta: Darul Qolam.
Arifuddin. 2015. Ruqyah Syar'iyyah Tanpa Kesurupan Seri 1. Malang: YBM
Amin, Abul-Mundhir Khalil ibn Ibrahim. 2005. The Jinn and Human Sickness Remedies in the Light of the Qur'an and Sunnah. Riyadh: Darussalam.
Bali, Wahid Abdussalam. 2014. Ruqyah: Jin, Sihir & Terapinya. Jakarta: Ummul Qura.
______________. 2005. Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i
bin Najar, Nashir bin Ahmad. 2016. Mengatasi Sihir dan Kesurupan Sesuai Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Solo: Thibbia
Philips, Abu Aminah Bilal. 2012. Ibn Taymiyah's Essay on The Jinn (Demons). IIPH
Komentar
Posting Komentar