Hikmah Diciptakannya Musibah dan Kepedihan

Gambar
Pinterest 🍫 (1). Melahirkan 'ubudiyyah (ibadah) pada saat kesulitan, yaitu berupa kesabaran. Allah berfirman: وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ".....Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiyaa': 35) Terhadap ujian (dari Allah) yang berupa kegembiraan dan kebaikan, maka harus disikapi dengan syukur, sedangkan terhadap ujian berupa kesusahan dan keburukan, haruslah disikapi kesabaran. Semua ini tidak terjadi, kecuali bila Allah membalikkan keadaan atas para hamba, sehingga terlihatlah kejujuran pengabdian kepada Allah Ta'ala. Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Sunggu

Metode Setan Dalam Menyesatkan Manusia 3

9.    Ekstrim dan Gegabah

Berkaitan dengan persoalan ini, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullah mengatakan, “Tidaklah Allah memerintahkan sesuatu, kecuali setan menyerukan dua kecenderungan: ada kalanya teledor dan abai, ada kalanya berlebihan dan ekstrim. Setan tidak peduli dengan kesalahan yang mana ia berhasil menggoda manusia. Setan mendekati hati manusia dan mencermatinya. Jika ia menemukan aroma kelemahan, keteledoran, dan menganggap mudah, setan menyerangnya dari titik ini. Ia buat manusia itu berleha-leha. Ia serang dengan kemalasan dan kelemahan. Ia bukakan pintu-pintu alasan, harapan, dan lain-lain hingga bisa jadi manusia itu meninggalkan perintah secara keseluruhan.

Source: unsplash.com

Jika menemukan sifat hati-hati, bersungguh-sungguh, giat dan bersemangat, dan merasa putus asa untuk memasuki pintu ini, setan menyuruhnya agar giat secara berlebihan. Ia bisikkan kepada orang tersebut: “Ibadah ini belum mencukupi karena engkau memiliki ambisi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, engkau harus melebihi para ahli ibadah. Janganlah engkau tidur saat mereka tidur, janganlah engkau berbuka saat mereka berbuka, dan janganlah engkau berhenti ketika mereka berhenti. Jika seorang dari mereka membasuh kedua tangan dan wajah sebanyak tiga kali, basuhlah tujuh kali. Jika orang berwudhu untuk shalat, mandilah kamu untuk shalat.” Demikianlah, masih banyak lagi bentuk-bentuk keberlebihan dan melampaui batas lainnya. Setan mendorongnya untuk berbuat berlebihan dan melampaui batas, melebihi jalan yang lurus, sebagaimana ia menyeret orang yang pertama di atas untuk teledor dan tidak mendekati jalan ini. Tujuan setan dari kedua orang ini adalah mengeluarkan keduanya dari jalan yang lurus; yang satu agar tidak mendekat dan yang satu supaya melampaui batas dan berlebih-lebihan. Dengan cara ini, setan telah berhasil menggoda banyak manusia. Tidak ada yang bisa menyelamatkan dari godaan ini, kecuali ilmu yang mendalam serta iman dan kekuatan untuk memerangi setan, dan teguh dalam keseimbangan. Hanya Allah tempat meminta pertolongan.” (Al-Wabil Ash-Shayyib, hal. 19)

Oleh karena itu, seperti yang beliau (Ibnu Qayyim Rahimahullah) katakan, setan tidak peduli dari kedua jalan itu (ekstrim atau meremehkan) yang bisa membuat manusia berhasil masuk ke dalam perangkap mereka. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu waspada dan mawas diri apakah kita termasuk orang-orang yang suka meremehkan, bermudah-mudahan dalam segala sesuatu dengan alasan menjaga perasaan orang lain, mudah tidak enakan dengan orang lain sehingga berani menjual agamanya, imannya hanya untuk mendapat dunia yang remeh serta ridho dari kebanyakan manusia. Jika perbuatan seperti ini terus-menerus dia lakukan, maka tidak heran jika suatu saat ia akan berani meninggalkan perintah Allah dan Rasul-Nya dengan alasan untuk menjaga perasaan orang lain, takut dijauhi manusia, menjaga persatuan dan alasan-alasan lainnya dengan harapan dirinya tidak akan dihukum oleh Allah dengan perbuatannya tersebut karena menganggap bahwa dia tidak menyakiti manusia dan diterima oleh manusia walaupun dengan konsekuensi dia akan semakin jauh dari Allah.

Sedangkan bagi manusia yang ahli ibadah tapi tidak berilmu bisa jadi jatuh ke dalam perangkap ekstrim/berlebihan sehingga melampaui batas. Karena kita tahu bahwa segala sesuatu pasti memiliki batasan-batasan. Jika kita tidak memahami batasan-batasan dalam syari'at maka kita akan bersikap melewati batas tersebut dan akhirnya akan berbuat kezaliman tanpa disadari. Wallahu A'lam

Oleh karena itu, di sinilah pentingnya bersikap pertengahan seperti yang pernah kami singgung sebelumnya. Orang-orang yang taat berlebihan akan bersikap ekstrim baik disadari maupun tidak, contohnya melakukan bom bunuh diri, orang-orang sufi dan sebagainya. Padahal Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan perbuatan membunuh dirinya sendiri dengan alasan apapun dan banyak sekali dalil yang membahas terkait hal ini. Di dalam perbuatan ekstrim ini, terdapat banyak sekali kesalahan-kesalahan dan penyimpangan di dalamnya, tapi bukan di sini tempat untuk membahasnya. Sikap pertengahan inilah yang lebih mendekati kepada sikap adil, dan sikap adil lebih mendekati kebenaran. Adil di sini artinya tidak terlalu condong pada salah satu dari kedua sikap buruk yaitu ekstrim/berlebihan atau bersikap meremehkan. Belajar bersikap pertengahan ini memang sungguh berat, tapi di situlah jalan keselamatan. 

Anda pernah menyaksikan sebuah neraca/timbangan bukan? Di kedua sisinya bukankah terdapat dua buah cawan? Jika salah satu cawan di isi dengan benda yang lebih berat, maka salah satu cawan akan terangkat dan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pada kedua cawan. Begitu juga dengan gambaran kehidupan. Jika Anda tertarik dengan akidah pertengahan ini, Anda bisa membaca kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah yang berjudul Aqidah Wasithiyah. Tapi sebelum membaca kitab ini, sebaiknya Anda membaca kitab-kitab aqidah dasar terlebih dahulu agar tidak bingung memahaminya. Banyak sebab mengapa kitab beliau ini dinamakan demikian. 

Tapi jika Anda termasuk golongan manusia yang benci dan memusuhi beliau (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah), jangankan mau membaca tulisan beliau, baru mendengar namanya saja pasti sudah alergi, jadi bagaimana bisa mengambil ilmu dan memahami ilmu?! Kepada para pembawa ilmu pewaris para nabi saja kita sudah benci dan memusuhi karena berbeda dengan pemahaman guru dan golongannya, bahkan meyakini bahwa pemahamannya dan pemahaman golongannyalah yang benar. Dan ini sikap yang wajar. Hanya saja, pemahaman Anda jika memang benar, benarnya menurut siapa? Siapa yang menjamin bahwa apa yang Anda pahami dan pegang bersama golongan Anda, itulah yang benar? Bukankah Iblis juga merasa benar dengan keyakinan, pemikiran dan sikapnya yang menolak taat kepada Allah ketika diperintah sujud kepada Adam?! Tapi bagaimana Allah memandang sikap Iblis ini?! 

Bukankah kita semua sudah tahu bahwa tuhan kita Allah itu hanya satu?! Kitab kita juga hanya satu, Nabi kita juga hanya satu?! Bukankah Islam itu juga hanya satu?!Tapi kenapa kita bisa berbeda-beda dalam memahami Al-Qur'an dan Sunnah?! Mengapa cara ibadah kita bisa berbeda-beda? Kenapa? Jawabannya karena kita tidak pernah mau bersatu di atas pemahaman yang Rasulullah ajarkan dan yang para Sahabat beliau pahami dan amalkan. Bukankah Rasulullah yang Allah percaya untuk menyampaikan agama ini sudah berpesan agar kita berpegang teguh di atas sunnah beliau dan para sahabat beliau??! Kita sendiri yang tidak pernah mau dan berlapang dada juga taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Nyatanya disuruh taat dan berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah, kita enggan dan lebih suka membikin seni cara ibadah-ibadah baru dan seterusnya.

Alasan mereka, tidaklah melakukan semua itu kecuali karena mereka cinta kepada Allah. Padahal cintanya adalah cinta palsu dan sekedar klaim semata dan Allah telah membongkar kedok mereka dalam Surah Ali Imran ayat 31 yang artinya: "Katakanlah (wahai Muhammad kepada ummatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian."  Artinya, buktikan klaim kalian itu jika memang benar karena cinta kepada Allah, barometernya adalah kalian harus mengikuti Rasulullah bukan malah bikin cara-cara ibadah baru yang tidak pernah Rasulullah perintahkan, ajarkan dan contohkan. Kalian hanya akan dicintai dan diridhai oleh Allah jika mau mengikuti Rasulullah. Artinya, segala pintu-pintu ibadah yang bukan berasal dan tidak dicontohkan oleh Rasulullah pasti dibenci oleh Allah. Lawan dari cinta apa? benci kan?! Ayat di atas jelas banget mengatakan niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosa kita kan?!

Katanya kita beribadah itu karena iklas kapada Allah, untuk mendapatkan ridho dari Allah. Tapi kenapa prakteknya berbeda? Allah kan sudah jelaskan kalau ingin dicintai dan kalian juga memang benar-benar cinta kepada Allah, ya harus mengikuti orang yang Allah cintai yaitu Rasulullah. Tapi pada kenyataannya, kalian tidak mau mengikuti Rasulullah malah melakukan ibadah-ibadah hasil ciptaan manusia lainnya. Jika diilustrasikan seperti ini, ada seseorang yang mengaku cinta kepada si A dan berharap mendapatkan cinta balasan dari si A. Si A akhirnya memberi ultimatum kepadanya, jika dia memang benar-benar cinta kepadanya, maka dia harus mau menuruti apa pun yang si A inginkan. Itu syaratnya. Lalu si A mensyaratkan kepada orang yang mengaku cinta tersebut untuk taat dan mengikuti semua perintah dan larangan dari orang yang si A cintai dan percayai yaitu si B misalkan. Jika si pembuat klaim cinta pada si A tadi benar-benar taat dan menuruti semua yang diperintahkan oleh si B, maka dia akan mendapatkan cinta dari si A dan kesalahan-kesalahannya akan dimaafkan. Jika ternyata si pembuat klaim tadi ternyata tidak mendengarkan syarat dan ucapan serta perintah si A, maka orang tersebut pasti akan dibenci oleh si A, dijauhi bahkan dihukum karena kedustaannya. Karena cintanya hanya cinta palsu dan sekedar klaim semata tanpa ada bukti nyata. Dan Allah Maha Tinggi, Maha Agung dan Maha Sempurna dari semua perumpamaan tersebut. Ini hanya sekedar untuk memudahkan pemahaman saja bukan untuk menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.

Apa sih yang kita butuhkan dari Allah jika bukan ingin dicintai, diridhai dan kesalahan-kesalahan kita diampuni? Mungkin aslinya kita tidak butuh terhadap cinta dan ridho Allah, atau merasa tidak pernah berbuat dosa kepada Allah sehingga tidak butuh kepada Allah dan ampunan Allah. Lalu, untuk apa dan untuk siapa ketaatan dan ibadah-ibadah yang kita lakukan selama ini dengan susah payah?! Bukankah sebuah kerugian yang nyata ketika kita telah berbuat sungguh-sungguh dalam ibadah dan ketaatan tapi ternyata bukan mendapatkan senang/ridho dari Allah tapi malah dimurkai karena cara-cara ibadah kita yang tidak Allah sukai?!

Manusia yang saling jatuh cinta saja, untuk menyenangkan hati orang yang dicintai pasti mencari tahu apa-apa yang disukai dan membuat senang hati orang yang dicintainya. Misalkan orang yang dicintai sukanya dengan coklat, maka orang yang mengaku cinta kepadanya akan berusaha menghadiahkan coklat yang terbaik untuk kekasihnya dan mencari tahu hal-hal apa yang dibenci dan tidak disukai oleh kekasihnya agar dia tidak memperlihatkan atau memberikan sesuatu yang dibenci oleh kekasihnya tersebut. Iya tidak?! Manusia jika sudah mencintai seseorang, walaupun berbuat salah asalkan bukan kesalahan yang dianggap fatal olehnya dan terus-menerus mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama tanpa mau berhenti dan bertobat, pasti masih dimaafkan. Tapi jika sejak awal sudah sering melakukan hal-hal yang dibenci oleh kekasihnya, kira-kira hubungan mereka makin jauh apa makin dekat???! Dia bisa saja mengaku-ngaku dan menggembar-gemborkan bahwa dirinya adalah orang yang paling mencintai dan dicintai oleh kekasihnya, tapi suatu saat kelak ketika dia sudah bertemu dengan yang dia klaim sebagai kekasihnya, semua kebenaran akan terungkap. Dan hanya orang bodoh dan tertipu saja yang percaya dengan semua ucapan-ucapan dan klaim kebohongannya selama ini. 

Oleh karena itu, iman itu tidak cukup hanya di hati, tidak cukup hanya bermodalkan niat ikhlas saja. Iman juga tidak cukup hanya diucapkan dan sekadar klaim, karena orang-orang munafikin juga mengaku dirinya beriman. Tapi semua itu harus diwujudkan dengan amal/perbuatan. Dan perbuatan yang disukai/diridhoi oleh Allah hanya yang diperintahkan dan dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ saja. Adapun amal-amal/perbuatan atau semua ibadah (yang menyangkut niat, ucapan dan perbuatan) yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ atau berasal dari pintu atau jalan yang bukan dari Rasulullah , maka pasti tertolak dan dibenci Allah. Jika hanya dibenci dan dimurkai saja mungkin masih ringan, tapi kita akan dihukum, disiksa di dalam neraka karena pembangkangan ini jika tidak bertaubat hingga wafat. Kecuali guru-guru atau orang yang mengajarkan ibadah-ibadah baru itu berani mengklaim bahwa dirinya sudah mendapat legalitas dan wahyu dari Allah untuk mengajarkan ibadah yang Anda lakukan dan serukan itu sehingga kebenarannya pasti sudah terjamin. Jika mereka berani melakukan ini, nyata sudah bahwa dia adalah pendusta.

Makanya rukun Islam yang pertama adalah syahadat. Persaksian dan perjanjian. Di mana nama Allah disandingkan dengan nama Rasulullah. Kita sudah berapa tahun memeluk agama Islam ini, tapi sudah paham belum maksud dan makna syahadat? apa syarat dan rukunnya, apa pembatalnya, apa konsekuensinya dan seterusnya? Mengapa Allah menyandingkan nama-Nya yang Maha Mulia dengan nama Rasul-Nya? Arti mudahnya adalah jalan menuju Allah itu hanya ada satu, yaitu jalan yang hanya melalui Rasulullah, bukan diperbolehkan lewat jalan mana saja atau mengakui bahwa jalan menuju Allah itu ada banyak jalannya. 

Bukankah kita dalam shalat sehari semalam membaca surah Al-Fatihah minimal 17 kali? Bukankah di sana Anda berdoa meminta ditunjukkan jalan yang lurus? 

Mungkin saja kita dianggap pintar dalam ilmu dunia dengan sederet titel yang memenuhi namanya, tapi apalah artinya jika kelak ditanya malaikat kubur jawabnya hanya 'hah....hah....aku tidak tahu kecuali apa yang aku dengar orang-orang mengatakan begini dan begitu' dan akhirnya dipentung sajalah oleh malaikat penjaga karena ternyata isi kepala dan perbuatannya hanya kepalsuan dan pengakuan tanpa bukti nyata. Makanya doa yang Anda minta dalam shalat mungkin belum terwujud karena selain Anda tidak paham dengan apa yang Anda minta, ternyata perbuatan Anda juga bertentangan dan jauh dari apa yang Anda minta makanya tidak pernah nyambung dengan yang diminta dan realisasi permintaannya.

Bagaimana sobat? Masih belum yakin juga dan masih menganggap bahwa jalan menuju Allah itu banyak jalannya sehingga kita bisa bebas memilih mau lewat jalan yang mana saja? Suka-suka kitalah mau milih jalan yang mana. Lalu apa fungsinya Allah menurunkan Al-Qur'an dan mengutus Nabi-Nya jika Anda tidak butuh semua itu karena toh Anda bisa lewat jalan mana saja yang Anda sukai dan Anda yakin pasti jalan-jalan itu bisa membawa Anda sampai kepada Allah. Mungkin Anda memang tidak butuh petunjuk karena merasa sudah mendapat petunjuk lewat kasyaf sehingga mengetahui mana jalan yang benar dan salah juga dengan akal dan kepintarannya atau dengan klaim sebagai orang yang dekat dengan Allah. Tapi kami butuh dengan petunjuk dan petunjuk yang benar hanya lewat Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman para sahabat. Dan kebenaran ini sudah terbukti. Hanya orang-orang yang buta mata hatinya saja yang tidak bisa melihat petunjuk dan kebenaran yang begitu nyata.

Wallahu A'lam

10.  Menghalangi Hamba dari Beramal dan Menanamkan Kebiasaan Menunda-nunda Serta Kemalasan.

Dalam hal ini, setan memiliki sejumlah cara dan strategi. Dalam Shahih Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Setan mengikat tengkuk salah satu dari kalian saat ia tidur dengan tiga ikatan. Setiap ikatan membelit tempatnya. (Setan berkata): ‘Malam masih panjang maka tidurlah.’ Jika orang ini bangun lalu berdzikir kepada Allah maka lepaslah satu ikatan. Jika ia berwudhu, lepaslah satu ikatan lagi. Jika ia shalat, lepaslah semua ikatan. Ia pun memasuki pagi hari dengan giat dan segar jiwanya. Akan tetapi jika tidak, ia memasuki pagi hari dengan jiwa yang kotor dan malas.”

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim diriwayatkan: “Jika salah seorang dari kalian bangun tidur, hendaklah ia berwudhu lalu menghirup air dengan hidung tiga kali.”

Rasulullah pernah ditanya tentang seseorang yang tidur di suatu malam hingga pagi maka beliau menjawab, “Itu adalah orang yang dikencingi setan di kedua telinganya.” (HR. Bukhari)

Semua hal di atas merupakan bentuk penanaman sikap malas dan suka menunda-nunda oleh setan. Kadangkala setan membisiki manusia untuk menunda amal dengan cara menanamkan sikap malas dan menunda-nunda pekerjaan serta menyandarkan persoalan pada panjangnya angan-angan. Tentang hal ini, Ibnul jauzi mengatakan: “Acapkali terbetik keinginan masuk pada Islam di hati seorang Yahudi atau Nasrani, tetapi setan selalu mendorongnya untuk menunda-nunda dan mengatakan: ‘Janganlah engkau tergesa-gesa, pikirlah dengan tenang.’ Alhasil, setan membuatnya menunda-nunda hingga mati dalam keadaan kafir.”

Setan juga mendorong orang yang maksiat untuk menunda-nunda tobat, mendorongnya untuk mengejar tujuan syahwat dan menjanjikan untuk kembali.

Betapa banyak orang yang berniat lalu setan membujuknya untuk menunda! Betapa banyak orang yang berjalan menuju maqam keutamaan lalu dihentikan oleh setan! Kadangkala seorang ahli fiqih berniat untuk mengulang pelajaran, tetapi setan berkata, “Istirahatlah sejenak.” Kadangkala seorang ahli ibadah terbangun pada malam hari untuk shalat maka setan berkata, “Engkau masih memiliki waktu.” Setan senantiasa menanamkan kemalasan, menunda amal, dan menyandarkan persoalan pada panjangnya angan-angan. Karena itu, orang yang teguh hendaklah beramal dengan keteguhan hati.

Keteguhan adalah mengantisipasi waktu, tidak menunda-nunda dan berpaling dari angan-angan. Pasalnya, orang yang ditakut-takuti tidak akan merasa aman, dan peluang yang lewat tidak akan datang lagi. Penyebab segala kecerobohan atau kecenderungan terhadap setiap keburukan adalah panjang angan-angan. Sesungguhnya, manusia itu selalu berbicara kepada dirinya untuk menjauhi keburukan dan cenderung pada kebaikan, tetapi hanya berjanji pada dirinya sendiri untuk itu. Tak diragukan lagi bahwa orang yang merasa punya harapan untuk berjalan pada siang hari maka ia berjalan lemah (malas-malasan). Siapa yang merasa punya harapan untuk menemui pagi maka ia hanya sedikit beramal pada malam hari. Siapa yang membayangkan maut segera datang maka ia pasti bersungguh-sungguh.

Seorang ulama salaf mengatakan, “Aku ingatkan kalian agar berhati-hatilah dengan saufa (Saufa di sini artinya taswil (menunda-nunda), maksudnya jangan biasakan menunda dan berkata, “Saya akan…”) karena itu merupakan salah satu pasukan Iblis yang paling besar. Perumpamaan orang yang beramal dengan keteguhan dan orang yang tenang-tenang saja karena panjangnya angan-angan adalah laksana kaum di tengah perjalanan lalu memasuki sebuah desa. Orang yang teguh terus berjalan dan membeli apa yang dibutuhkan untuk melanjutkan perjalanan dan duduk untuk bersiap-siap pergi. Sementara itu, orang yang teledor mengatakan: ‘Aku akan bersiap-siap. Mungkin kita akan tinggal di sini untuk satu bulan.’ Tiba-tiba lonceng untuk pergi berbunyi saat itu juga maka orang yang teguh merasa gembira, sedangkan yang teledor hanya menyesal. Ini adalah perumpamaan manusia di dunia. Ada orang yang siap dan siaga/terjaga maka ketika malaikat maut datang, ia tidak menyesal. Ada pula orang yang tertipu dan menunda-nunda, yang akan merasakan pahitnya perpisahan pada saat harus pergi.

Karena manusia memiliki sifat suka menunda dan panjang angan-angan kemudian datanglah Iblis untuk mendorongnya agar bekerja menurut tabiatnya, sulitlah baginya untuk menjadi orang yang giat. Akan tetapi, siapa yang sadar maka ia tahu bahwa dirinya berada dalam barisan perang sementara musuh tidak pernah berhenti menyerang. Jika musuh tampak berhenti secara lahir, berarti ia sedang menyimpan dan menyembunyikan rekayasa.

11.  Memberi Janji dan Harapan Palsu

Setan memberikan janji-janji palsu dan harapan yang indah, agar bisa menjerumuskan mereka dalam jurang kesesatan. Allah abadikan hal ini dalam Surah An-Nisa ayat 120 yang artinya: “Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.”

Ketika orang-orang kafir memerangi kaum Mukminin, setan menjanjikan kemenangan, kekuasaan, kemuliaan, dan dominasi. Akan tetapi, kemudian ia tinggalkan mereka dan melarikan diri. Allah berfirman dalam Surah Al-Anfal ayat 48 yang artinya: “Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: ‘Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini dan sesungguhnya aku ini adalah pelindungmu.’ Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling berhadapan, setan itu balik ke belakang seraya berkata: ‘Sesungguhnya aku berlepas dari kamu’.”

Kepada orang-orang kaya yang kafir, setan menjanjikan harta dan kekayaan di akherat setelah dunia. Juru bicara setan mengatakan yang Allah abadikan dalam surah Al-kahfi ayat 36 yang artinya: “Dan aku tidak mengira hari Kiamat itu akan datang dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu.” Namun kemudian Allah menghancurkan surganya di dunia hingga ia tahu bahwa dirinya telah tertipu dan terpedaya.

Setan pun menyibukkan manusia dengan harapan-harapan indah yang tidak pernah ada di alam nyata. Setan akan menghalanginya untuk bekerja secara sungguh-sungguh dan memberikan hasil. Hamba ini ridha dengan khayalan dan angan-angan lalu tidak berbuat apa-apa.

12.  Membuat Hamba Melupakan Apa Yang Mengandung Kebaikan Untuk Diri Sendiri

Salah satunya adalah apa yang ia lakukan terhadap Adam. Setan selalu membisikinya hingga Adam lupa terhadap apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Allah berfirman dalam Surah Thaha ayat 115 yang artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu maka ia lupa (akan perintah itu) dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.”

Allah juga mengabadikan tentang kisah Musa dengan muridnya ketika mencari Nabi Khidir dalam Surah Al-Kahfi ayat 63 yanga artinya: “Maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang melupakan aku untuk menceritakannya, kecuali setan.”

Allah dan Rasul-Nya telah melarang bagi beliau sendiri atau siapa pun dari para sahabat untuk duduk di majelis yang mengolok-olok ayat-ayat Allah, tetapi setan kadang membuat manusia lupa akan kehendak Tuhannya hingga ia pun duduk bersama orang-orang yang mengolok-olok Al-Qur’an. Allah berfirman dalam Surah Al-An’am ayat 68 yang artinya: “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).”

Jika setan telah benar-benar menguasai manusia, ia akan membuat manusia itu lupa sepenuhnya kepada Allah. Allah berfirman dalam Surah Al-Mujadilah ayat 19 yang artinya: “Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.”

Yang dimaksudkan di sini adalah orang-orang munafik sebagaimana ditunjukkan dalam ayat sebelumnya. Adapun cara agar ingat kepada Allah adalah dzikir kepada-Nya karena Dzikir mampu mengusir setan. Allah berfirman dalam Surah Al-Kahfi ayat 24 yang artinya: “Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa.”

13.  Membuat Orang-Orang Beriman Takut Kepada Wali Setan

Salah satu cara yang ditempuh oleh setan adalah menimbulkan rasa takut pada diri orang beriman terhadap pasukan setan dan para temannya sehingga orang-orang beriman ini tidak berani melawan mereka, tidak mengajak mereka kepada yang makruf, dan tidak mencegah dari yang mungkar. Ini merupakan salah satu rekayasa terbesar dari setan terhadap orang-orang beriman. Hal ini telah Allah khabarkan dan abadikan dalam Al-Qur’an Surah Ali-Imran ayat 175 yang artinya: “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy). Karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”

Artinya, para setan menakut-nakuti kalian dengan kawan-kawannya.

Qatadah mengatakan, “Ia buat kawan-kawan itu besar di mata orang beriman. Karena itu, Allah berfirman: ‘Karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.’ Jadi, semakin kuat iman seorang hamba maka hilanglah rasa takut terhadap kawan-kawan setan dari hatinya. Sebaliknya, semakin lemah imannya maka semakin kuat ketakutannya.”

14.  Menghembuskan Syubhat (Kerancuan)

Jalan lain yang ditempuh oleh setan dalam menyesatkan hamba adalah menggoyahkan akidah dengan menanamkan berbagai keraguan dan kerancuan. Rasulullah telah memperingatkan kita terhadap sebagian dari kerancuan tersebut dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim: “Setan akan mendatangi salah satu dari kalian kemudian berkata: ‘Siapakah yang menciptakan ini?’; ‘Siapakah yang menciptakan itu?’ sampai ia katakan: “Siapakah yang menciptakan Tuhanmu?’ Jika pertanyaan setan sampai di sini, hendaklah ia berlindung kepada Allah dan berhenti.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Para sahabat sendiri tidak lepas dari kerancuan dan keraguan yang dibawa oleh setan. Ada seorang sahabat yang menghadap kepada Rasulullah yang mengeluhkan keraguan dan godaan yang ditiupkan oleh setan. Dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, “Ada beberapa orang sahabat Rasulullah mendatangi beliau kemudian berkata: ‘Kami mendapati dalam hati kami, sesuatu yang membuat salah seorang dari kami berat untuk mengatakannya.’ Beliau bersabda: “Apakah kalian mendapati rasa berat itu?’ Mereka menjawab: ‘Benar.’ Rasulullah bersabda: ‘Itu adalah iman yang jelas’.” (HR. Muslim)

Adapun yang dimaksud oleh Rasulullah dengan “Itu adalah iman yang jelas” adalah menolak bisikan setan, ketidaksenangan, dan keberatan mereka terhadapnya.

Lihatlah betapa berat keraguan yang ditiupkan setan kepada para sahabat. Abu Dawud, dalam Sunan-nya, meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah didatangi oleh seseorang. Orang itu berkata, “Sungguh aku hendak mengatakan pada hatiku tentang sesuatu yang bagiku menjadi arang lebih baik aku sukai daripada mengatakannya.” Beliau pun bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah mengubah persoalan orang ini menjadi sekadar bisikan.” (HR. Abu Dawud)


Bersambung……!!!

Baca selanjutnya, Metode Setan Dalam MenyesatkanManusia 4

Referensi

Al-Qur'anul Karim dan Al-Hadits

Adham, Ibrahim Kamal. 2009. Kupas Tuntas Jin & Sihir. Jakarta: Darus Sunnah

Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2017. Rahasia Alam Malaikat, Jin dan Setan. Jakarta: Qisthi Press

As-Suyuthi, Imam. 2006. Jin. Jakarta: Darul Falah

Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 2017. Miftah Daris Sa’adah Kunci Kebahagian di Dunia dan Akherat Jilid 1. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i

____________________. 1998. Madarijus Salikin (Pendakian Munuju Allah) Penjabaran Kongkrit Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

____________________. 2012. Fawaidul Fawaid: Menyelami Samudra Hikmah dan Lautan Ilmu Menggapai Puncak Katajaman Batin Menuju Allah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i

Amri, Yasir dan Syahirul Alim Al-Adib. 2012. Sendiri Mengusir Gangguan Jin. Solo: Aqwam

Abdat, Abdul Hakim bin Amir. 2003. Alam Jin Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah (Bantahan terhadap buku: Dialog Dengan Jin Muslim). Jakarta: Darul Qolam.

Arifuddin. 2015. Ruqyah Syar'iyyah Tanpa Kesurupan Seri 1. Malang: YBM

Amin, Abul-Mundhir Khalil ibn Ibrahim. 2005. The Jinn and Human Sickness Remedies in the Light of the Qur'an and Sunnah. Riyadh: Darussalam.

Bali, Wahid Abdussalam. 2014. Ruqyah: Jin, Sihir & Terapinya. Jakarta: Ummul Qura. 

______________. 2005. Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i

bin Najar, Nashir bin Ahmad. 2016. Mengatasi Sihir dan Kesurupan Sesuai Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Solo: Thibbia

Jauzi, Ibnul. 2014. Talbis Iblis. Jakarta: Darus Sunnah.

Philips, Abu Aminah Bilal. 2012. Ibn Taymiyah's Essay on The Jinn (Demons). IIPH


Komentar

Popular Posts

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadai Auladina (ABY untuk Anak-Anak)

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadaik (Cetakan Baru)

Mengenal Jenis-Jenis Sayuran

Download Buku Durusul Lughah Versi Bahasa Inggris Complete (Jilid 1-8)

Download Buku Belajar Bahasa Arab Untuk Anak-Anak (Arabic Talking Books Full Set) Plus Audio and Video

Sejarah Perkembangan Membran Sel

Download Buku Bacaan Berbahasa Arab Untuk Anak-Anak 1