Metode Setan Dalam Menyesatkan Manusia 2
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pembahasan ini merupakan pembahasan dari tulisan kami sebelumnya terkait metode setan dalam menyesatkan manusia. Sekarang kita memasukin poin yang berikutnya yaitu:
Source: unsplash.com |
3. Menamakan Ketaatan Dengan Nama-Nama yang Buruk, Dibenci dan Tidak Disukai Manusia
Sesungguhnya kebenaran mempunyai cahaya yang bersinar
terang benderang. Sekiranya kebenaran ini dalam bentuk aslinya sebelum dinodai
dan dicemarkan, niscaya jiwa manusia akan cenderung dan tertarik kepadanya.
Pendengaran dan hati mereka akan terfokus dan tunduk kepadanya. Oleh karena
itu, peranan setan yang kali pertama adalah memperburuk citra kebenaran,
mencemari dan menamakannya dengan nama-nama yang tidak disukai. Hal ini
terbukti ketika setan membisikkan kepada para penolong dan prajuritnya dari
kaum Ad yang kafir, agar mereka berkata kepada Nabi Hud Alaihissalam yang Allah
abadikan dalam Surah Al-A’raf ayat 66 yang artinya: “Pemuka-pemuka yang kafir dari
kaumnya berkata, ‘Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan
kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang
berdusta.’”
Setan pula yang membisikkan kepada para prajuritnya
dari kaum Madyan yang kafir untuk berkata kepada manusia: “Pemuka-pemuka kaum
Syu’aib yang kafir berkata (kepada sesamanya), ‘Sesungguhnya jika kamu
mengikuti Syu’aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang
merugi.’” (QS. Al-A’raf: 90)
Dan masih banyak lagi contohnya di dalam Al-Qur’an
seperti dalam Surah Thaha ayat 63, Al-Furqan ayat 8, Ath-Thur ayat 29, Al-Haqqah
ayat 41-43.
Selain itu, setan membisikkan kepada prajuritnya dari
kafir Quraisy untuk menamakan pengikut Nabi Muhammad ﷺ dengan nama Shabi’in (menyeleweng dari
ajaran nenek moyang). Shabi’in adalah para penyembah malaikat atau binatang
(dulunya mereka mengikuti agama nabi Nuh tetapi mereka merubahnya).
Setan senantiasa melancarkan aksi dan tipu dayanya
dengan cara dan metode yang sama hingga zaman sekarang ini. Setan membisikkan
kepada para prajuritnya untuk menamakan orang-orang yang berpegang teguh pada
ajaran Nabi Muhammad ﷺ dan sunnahnya secara lahir dan batin sebagai fundamentalis
dan fanatis. Dan ada juga yang digelari sebagai Wahabi agar manusia menganggap
mereka memiliki madzhab sendiri selain madzhab imam yang empat atau dianggap
sebagai aliran sesat, dianggap sebagai teroris, pembunuh, dan sebagai
orang-orang yang kejam dan haus darah yang suka menumpahkan darah saudaranya (sesama muslim) sendiri, pemecah belah ummat dan persatuan, dicap sebagai ulama haidh dan nifas karena tidak paham dengan fiqhul waqi, dicap sebagai ulama yang hanya mengenal lahir saja dari Islam atau tingkatannya rendah karena baru sampai level syari'at dan belum sampai pada level makrifat dan hakikat, dan berbagai macam label dan gelar-gelar atau penamaan buruk lainnya. Wallahu A'lam
Di samping itu, mereka menamakan orang-orang yang
menjaga diri dari kemaksiatan, kefasikan dan perbuatan terlarang lainnya
sebagai orang yang ‘kurang pergaulan’. Mereka menamakan hijab (jilbab) yang
disyariatkan Islam dengan ‘kerugian’, kadang disebut ‘pocong’, kadang dianggap sebagai ciri-ciri teroris, serta menamakan
perempuan yang komitmen pada ajaran serta perintah Rabb-Nya dan duduk di dalam
rumahnya dengan ‘ketinggalan zaman dan ‘primitif’ atau ‘eksklusif’ atau ‘orang
yang tertutup’ dan lain sebagainya. Semua itu merupakan bisikan dan tipu daya setan kepada mereka.
Begitulah jika lisan-lisan manusia yang dijadikan alat dan ditunggangi setan serta sebagai kepanjangan tangan dan sebagai tentara setan untuk menyakiti kaum mukminin dengan memberikan label-label yang buruk agar manusia menjauhi mereka sehingga manusia akan semakin jauh dan tidak mengenal kebenaran. Sesungguhnya, tidaklah yang baik kecuali akan mengeluarkan yang baik pula dan begitu pula tidaklah sesuatu yang buruk, kecuali akan muncul dan melahirkan yang buruk juga. Jika hati manusia diumpamakan seperti sebuah teko, maka apa yang dimasukkan ke dalam teko, maka itulah yang akan keluar. Jika teko itu diisi dengan susu, maka yang keluar dari mulut teko itu pasti susu tidak mungkin berubah menjadi teh ataupun kopi. Jika teko itu diisi dengan racun, maka yang keluar juga akan berupa racun, tidak mungkin berubah menjadi susu atau madu. Begitu juga dengan hati dan lisan manusia. Jika hati itu kotor, maka lisan itu juga akan sering mengeluarkan kata-kata kotor sesuai yang terkandung di dalam hatinya. Wallahu A'lam
Oleh karena itu, Syaikh Wahid Abdussalam Bali berkata bahwa beliau hendak memanggil para penegak kebenaran dan mengingatkan bahwa jangan sekali-kali semua itu membuat
kita patah semangat dan lemah tekad, sehingga mundur dan berpaling dari
Sunnah Nabi Muhammad ﷺ.
Namun, seharusnya kita harus lebih kokoh, komitmen.
4. Setan Memasuki Manusia dari Pintu yang Paling Disenangi Jiwanya
Sesungguhnya, musuh Allah tidak akan masuk pada diri
manusia kecuali dari pintu yang disukai jiwanya. Dengan begitu tujuannya
terealisasi, sehingga setan mendapatkan penolong untuk hawa nafsunya dan
penopang hasratnya.
Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata, “Ini merupakan pintu yang paling
besar bagi setan untuk menjerumuskan manusia. Setan memasuki diri manusia melalui
saluran ini. Ia berjalan di dalam diri manusia melalui aliran darah, sehingga
dapat mempengaruhi nafsunya. Lalu bertanya kepadanya tentang apa yang disukai
dan diinginkannya. Jika telah mengetahuinya, ia akan meminta tolong kepadanya
untuk menjerumuskan pemiliknya dan akan masuk dari pintu ini.
Setan juga mengajarkan kepada bala tentaranya dan
prajuritnya dari kalangan manusia. Apabila mereka hendak memperoleh keinginan
yang jelek dari orang lain, hendaknya mereka masuk dari pintu yang mereka sukai
dan kehendaki. Sebab, ini merupakan pintu yang tidak akan memberikan kerugian
dan kegagalan bagi yang memasukinya. Siapa yang ingin masuk dari pintu lain, ia
akan terhalang dan tidak memperoleh apa yang ia inginkan.
Dari pintu inilah, setan berhasil memasuki Adam dan Hawa sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam surah Al-A'raf Ayat 20 yang artinya: "Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)."
5. Menyesatkan Manusia Secara Bertahap
Setan tidak akan mendatangi manusia dan mengatakan,
“Lakukanlah kemaksiatan ini atau kerjakanlah kemungkaran ini.” Tetapi, setan
menjerumuskan manusia selangkah demi selangkah.
Orang-orang zaman dahulu mengatakan, “Bermula dari
pandangan, lalu senyuman, kemudian perbincangan, mengikat janji lalu
pertemuan.”
Sampai di sini, terjadilah sesuatu yang terlarang.
Oleh karena itu, Allah mengingatkan agar kita waspada jangan sampai mengikuti
jejak langkah dan bisikan setan. Allah mengabadikan hal ini dalam Surah An-Nur
ayat 21 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka
sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang
mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian,
niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan
mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ini merupakan seruan dari yang penuh rahmat dan kasih
sayang dari Allah Yang Maha Penyayang Lagi Maha Pengasih kepada hamba-Nya
sebagai peringatan agar tidak mengikuti jejak langkah dan bisikan setan. Selain
itu, sebagai kewaspadaan untuk menutup segala celah kali pertama yang dapat
dimasuki setan, untuk menghindarkan mereka dari penyesatan dan godaan setan.
Barangsiapa yang memahami maksud-maksud syari’at
Islam, ia akan mengetahui hal ini secara jelas. Kaidah Sadduz Dzara’i (tindakan
pencegahan dari hal-hal yang membuat seseorang terjerumus ke dalam perbuatan
bahaya atau dosa) termasuk dari sisi ini. Begitu pula dengan larangan seorang
lelaki berduaan dengan seorang perempuan di tempat sepi, dan juga perintah
menundukkan pandangan.
Begitulah cara setan memperdaya dan menyeret manusia pelan-pelan melangkah menuju ke tepi jurang jahannam tanpa disadarinya. Contohnya adalah hal yang akhir-akhir ini semakin diremehkan oleh manusia dan disepelekan adalah kebiasaan berbicara bohong tanpa ada udzur atau kepentingan di dalamnya. Dari satu kebiasaan ini akan memunculkan keburukan-keburukan lainnya baik mereka sadari maupun tidak. Karena seseorang yang sudah berani dan terbiasa berbohong dalam hal-hal remeh, suatu saat akan berani melanggar larangan dan meremehkan serta melakukan dosa-dosa besar dan melakukan keburukan-keburukan lain yang ditutupi dengan kebohongannya. Hal inilah yang akan hilang dari ummat ini yaitu sikap jujur dan amanah.
Contoh lainnya lagi adalah perbuatan terbiasa bersikap su'udhon (berprasangka buruk) kepada sesama kaum muslimin terutama kepada mereka yang dianggap berbeda dengan kebanyakan orang atau dianggap sesat, dianggap menyimpang, dianggap teroris dan sebagainya karena berusaha menjalankan Sunnah sebatas kemampuannya dengan ciri-ciri tertentu. Sikap su'udhon ini akan menyeret pelakunya menjadi tajassus (memata-matai, mencari-cari kesalahan/keburukan orang yang dicurigainya dan seterusnya), karena namanya memata-matai dan mencari-cari kesalahan, ya suatu saat akan dapat (kesalahan orang yangg dimata-matai/dicari-cari kesalahannya) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh hawa nafsunya sehingga hasilnya kemudian sikap ini akan menyeret mereka melakukan ghibah (menyebarkan aib, menggungjing dan seterusnya) sehingga pada akhirnya akan menyeret pelakunya menjadi tukang fitnah, penyebar berita bohong, namimah, adu domba dan sebagainya. Ke mana-mana, yang dibicarakan hanya keburukan-keburukan dari orang yang disu'udhoni sejak awal. Sikap ini pada akhirnya akan menyeret pelakunya memusuhi dan membenci membabi buta dan menimbulkan permusuhan di tengah-tengah ummat manusia tanpa adanya bukti yang nyata, sehingga setan akan merasa senang dibuatnya. Hal ini sudah Allah ingatkan dalam Surah Al-Hujurat ayat 12.
Untuk masalah su'udhon ini sebenarnya ada ilmunya tersendiri, tapi bukan di sini tempat untuk membahasnya karena khawatir terlalu panjang dan melebar nantinya. Intinya, kita dilarang bersu'udhon kepada kaum muslimin secara umum, siapa-siapa saja yang boleh kita su'udhoni itu ada pembahasannya tersendiri. Sekali lagi, inilah pentingnya belajar syari'at agar kita tidak banyak melakukan dosa dan kesalahan, baik yang kita sadari maupun tidak, sehingga kita akan ikut terseret menjadi teman-teman dan bala tentara setan serta terperangkap dalam jeratannya. Wallahu A'lam
Sudah tergerak ingin belajar syari'at belum, sobat?! Coba kita hisab diri kita sendiri, kira-kira nih, akibat kebodohan kita selama ini akan ilmu agama (syari'at) ini, berapa banyak kesalahan-kesalahan yang sudah kita lakukan yang tanpa kita sadari???!!!
6. Menghalang-Halangi
Manusia Dari Kebenaran
Setan telah berjanji terhadap dirinya sendiri, bahwa
ia akan menyesatkan dan memalingkan semua umat manusia. Kecuali orang-orang
yang berlindung kepada Allah dan membentengi dengan keikhlasan. Setan tidak
akan mampu menggoda dan menjerumuskan mereka.
Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata, “Jalan yang ditelusuri oleh
manusia hanya empat. Terkadang ia menempuh jalan kanan, terkadang jalan kiri,
terkadang jalan muka dan terkadang jalan belakang. Jalan mana saja yang ia
tempuh, ia akan mendapatkan setan bertengger di sana. Apabila ia menempuh jalan
ketaatan, setan akan berupaya keras agar orang ini memutuskan dan tidak
melakukannya lagi, atau ia akan menghalang-halangi dan merintanginya. Apabila
ia menempuh jalan kemaksiatan, ia akan menyadari bahwa setan senantiasa
mengompori agar ia terus melakukannya. Setan akan menjadi penolong, pembantu
dan pemberi angan kepadanya dalam hal ini. Kalau pun ia sepakat untuk turun
kepada tahapan yang lebih rendah, niscaya setan akan menunggunya di sana.”
Setan dari bangsa manusia juga banyak yang ikut serta menjadi teman karib dan bala tentara setan untuk menghalang-halangi manusia dari kebenaran dan dari para pembawa kebenaran. Setan hanya ingin manusia mengikuti wali-walinya saja dan berusaha keras mengarahkan manusia agar mengikuti wali-walinya saja yaitu wali-wali setan.
7. Berpura-Pura
Memberikan Nasehat Kepada Manusia
Sesungguhnya setan tidak akan mendatangi manusia dan
berkata kepadanya, “Lakukanlah kemaksiatan seperti ini supaya kamu mendapatkan
siksaan yang pedih.” Tetapi setan akan mendatanginya dengan menjelma menjadi
seorang penasihat yang jujur dan baik.
Dengan tipu daya seperti inilah, ia telah berhasil
menggoda dan menjerumuskan kedua ibu bapak kita Adam dan Hawa Alaihumassalam
dan membuat mereka keluar dari surga. Allah berfirman dalam Surah Al-A’raf ayat
21 yang artinya: “Dan ia (setan) bersumpah kepada keduanya, ‘Sesungguhnya saya
adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.’”
Di antara sebagian Salafush-Shalih pernah mengatakan,
“Apabila setan menghampiri (mengganggumu) ketika melaksanakan shalat, dan
berkata, ‘Sesungguhnya kamu ini riya’. Maka panjangkanlah shalatmu!”
Keselamatan hanya akan diraih dengan melawan, dan
tidak mengikuti jejak langkah setan. Meskipun ia berpura-pura menjelma sebagai
seorang penasihat yang jujur dan baik kepada manusia.
8. Meminta
Pertolongan Kepada Setan-Setan dari Kalangan Manusia (Bala Tentaranya)
Di antara
manusia ada yang hatinya telah melebur dengan ajaran Islam. Keimanan pun
menjadi bertambah kuat, keyakinan semakin kokoh dan Islam pun meresap mendarah
daging dalam diri. Sehingga, mereka selalu berjalan di dalam naungan Islam.
Ia tidak
mencari cahaya kecuali dengannya, serta hanya mengikuti tuntunan hidup
Rasulullah ﷺ.
Ia senantiasa komitmen dengan Islam pada semua lini kehidupannya. Manusia
semacam ini sangat sedikit jumlahnya, ia akan didatangi dan digoda setan dengan
segala cara serta tipu dayanya. Tetapi setan tidak akan mampu untuk
menjerumuskannya.
Setelah ia
tidak berdaya di hadapan manusia-manusia baja seperti ini, ia akan meminta
tolong kepada para prajuritnya. Mereka ini adalah setan-setan dari kalangan
manusia, agar membantu setan untuk melancarkan aksi dan menjerumuskan
manusia-manusia baja ini.
Ketika kita
menemukan sekelompok generasi muda islam yang diberi petunjuk oleh Allah dengan
keteguhan mereka dalam jalan dakwah, ajaran Islam, serta menghidupkan dan
mengikuti Rasulullah ﷺ,
maka mereka akan diterpa berbagai fitnah dan cobaan dari segala penjuru.
Apabila
mereka tetap teguh dengan tali agama Allah, sabar dan mampu melawan serta
mengalahkan setan dari kalangan jin, maka si durjana dan pelaku kejahatan akan
menghampirinya untuk mematahkan semangat dan tekadnya. Di samping itu, ia akan
menghinakan dan meremehkan kekuatan hak yang ia yakini.
Mereka
berkata kepadanya, “Mengapa kamu mencegah dirimu dari bersenang-senang
menikmati hidup ini? Mengapa kamu tidak melihat gadis-gadis cantik nan
menggoda? Mengapa kamu tidak menyaksikan film-film (sinetron cinta) dan drama?
Mengapa kamu tidak mendengar musik dan nyanyian dari para artis? Dan mengapa
kamu tidak menghadiri pesta-pesta mesum dan ikut begadang semalaman suntuk?
Mengapa kamu tidak mempraktekkan riba dalam transaksi perdagangan? Kamu hanya
mengatakan ini halal, itu haram. Kami melihat, sesungguhnya kamu ini hanya
menyia-nyiakan masa mudamu dan kamu telah kehilangan berbagai jenis kelezatan
dan kenikmatan yang melimpah!”
Malik bin
Dinar berkata, “Sesungguhnya menghadapi setan dari kalangan manusia lebih berat
bagi saya dibandingkan menghadapi setan dari kalangan jin (asli). Sebab, jika
saya berlindung kepada Allah, setan dari golongan jin akan berlari meninggalkan
saya. Sedangkan setan dari golongan manusia selalu menghampiri saya serta
mengajak bermaksiat secara terang-terangan.”
Kita
berlindung kepada Allah dari setan jenis jin dan manusia. Kita memohon kepada
Allah, semoga senantiasa memelihara dan menjaga kita dari kejahatan dan makar
mereka.
Bersambung.....!!!
Baca selanjutnya, Metode Setan Dalam Menyesatkan Manusia 3
Referensi
Al-Qur'anul Karim dan Al-Hadits
Adham, Ibrahim Kamal. 2009. Kupas
Tuntas Jin & Sihir. Jakarta: Darus Sunnah
Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2017. Rahasia
Alam Malaikat, Jin dan Setan. Jakarta: Qisthi Press
As-Suyuthi, Imam. 2006. Jin.
Jakarta: Darul Falah
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 2017. Miftah
Daris Sa’adah Kunci Kebahagian di Dunia dan Akherat Jilid 1. Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i
____________________. 1998. Madarijus
Salikin (Pendakian Munuju Allah) Penjabaran Kongkrit Iyyaka Na’budu wa Iyyaka
Nasta’in. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
____________________. 2012. Fawaidul
Fawaid: Menyelami Samudra Hikmah dan Lautan Ilmu Menggapai Puncak Katajaman
Batin Menuju Allah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
Amri, Yasir dan Syahirul Alim
Al-Adib. 2012. Sendiri Mengusir Gangguan Jin. Solo: Aqwam
Abdat, Abdul Hakim bin Amir.
2003. Alam Jin Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah (Bantahan terhadap buku:
Dialog Dengan Jin Muslim). Jakarta: Darul Qolam.
Arifuddin. 2015. Ruqyah
Syar'iyyah Tanpa Kesurupan Seri 1. Malang: YBM
Amin, Abul-Mundhir Khalil ibn
Ibrahim. 2005. The Jinn and Human Sickness Remedies in the Light of the
Qur'an and Sunnah. Riyadh: Darussalam.
Bali, Wahid Abdussalam. 2014. Ruqyah:
Jin, Sihir & Terapinya. Jakarta: Ummul Qura.
______________. 2005. Sihir
& Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi'i
bin Najar, Nashir bin Ahmad. 2016. Mengatasi
Sihir dan Kesurupan Sesuai Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Solo: Thibbia
Jauzi, Ibnul. 2014. Talbis Iblis.
Jakarta: Darus Sunnah.
Philips, Abu Aminah Bilal.
2012. Ibn Taymiyah's Essay on The Jinn (Demons). IIPH
Komentar
Posting Komentar