Hikmah Diciptakannya Musibah dan Kepedihan

Gambar
Pinterest 🍫 (1). Melahirkan 'ubudiyyah (ibadah) pada saat kesulitan, yaitu berupa kesabaran. Allah berfirman: وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ".....Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiyaa': 35) Terhadap ujian (dari Allah) yang berupa kegembiraan dan kebaikan, maka harus disikapi dengan syukur, sedangkan terhadap ujian berupa kesusahan dan keburukan, haruslah disikapi kesabaran. Semua ini tidak terjadi, kecuali bila Allah membalikkan keadaan atas para hamba, sehingga terlihatlah kejujuran pengabdian kepada Allah Ta'ala. Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Sunggu

Nasehat Indah Dari Imam Al-Barbahari

Pembahasan ini bisa disebut bonus dan إن شاء الله masih ada satu lagi pembahasan bonus dari kami lainnya terkait fenomena pemanggilan arwah. 

Kami merasa perlu untuk memperjelas tentang bid’ah agar kita bisa lebih paham lagi dan tidak lagi menunjukkan kebodohan kita yang sebenarnya walaupun diri kita dan pendukung kita merasa kalau kita itu pintar dan di atas kebenaran. Jika Anda memang benar, tunjukkan buktinya! Apa yang menjadi pendukung dan penguat pendapat dan perbuatan Anda? Jika dalil dari wahyu yang shahih yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak ada, dari akal yang sehat juga tidak mendukung, maka jawabannya pasti dari hawa nafsu dan setan walaupun pendukung Anda banyak.

Source: whaleshares.io

Bukankah banyaknya sesuatu (kuantitas) semenjak dahulu tidak menunjukkan nilai (kualitas) sebuah sesuatu? Bukankah sudah banyak dalil yang menjelaskan tentang hal ini? Bahkan kita ummat muslim di zaman penuh fitnah ini bagaikan buih, secara kuantitas banyak tapi secara kualitas perlu dipertanyakan lagi. Nyatanya memahami kata/definisi bid’ah saja masih salah. Itu baru satu contoh yang menunjukkan bahwa keislaman kita masih jauh dari standar kualitas seorang muslim yang ideal. Mengaku beragama Islam tapi asing dan tidak paham dengan agamanya sendiri. Ya kan aneh saja!!! Apakah semua hanya sekadar klaim saja? Buktikan kalau begitu.

Perlu dicatat lagi bahwa jika pemahaman kita salah terhadap sesuatu, maka pasti hasil kesimpulan kita pun akan salah. Jika cara berpikir, memahami dan menyimpulkan sesuatu sudah salah, pasti perbuatan yang dilakukan juga salah. Masih tidak percaya? Bukankah sudah banyak buktinya disekitar kita? Oleh karena itu, inti dari agama ini adalah pemahaman sehingga dengan pemahaman yang benar maka akan lahir amal/perbuatan (ucapan, kayakinan dan seterusnya) yang benar pula.

Kenapa ada manusia yang sesat dan menyimpang? Karena ilmu dan pemahamannya salah atau karena bodoh dan tidak berilmu. Tapi ada juga manusia yang mengetahui ilmu yang benar tapi perbuatannya salah karena lebih condong mengikuti hawa nafsu. Intinya, jika Anda ingin semua ibadah (perbuatan, ucapan, amalan hati dan seterusnya) diterima oleh Allah, maka syarat pertama, Anda harus belajar mencari ilmu dari guru yang lurus dan benar. Bagaimana jika bingung mendeteksi mana guru yang lurus dan benar? Salah satu ciri-cirinya jika semua ucapan dan perbuatannya berdasarkan Sunnah yang shahih. Sunnah yang shahih yang bagaimana? Yang sesuai Al-Qur’an dan Hadits-Hadits yang shahih serta berdasarkan pemahaman para Shahabat. Setelah mendapatkan hal ini maka selanjutnya belajar mengamalkan ilmunya dan belajar menahan hawa nafsu dan penghalang-penghalang lainnya serta banyak-banyak berdoa. Jika dalam tahap awal belajar Anda sudah salah memilih guru dan salah memilih materi apa dulu yang perlu dipelajari ya jangan salahkan siapa-siapa jika seperti itu. Termasuk salah dalam memilih teman. Adapun pengertian apa itu Sunnah, Anda bisa membaca kitab Ushulus Sunnah karya Imam Al-Huamidi atau kitab sejenis lainnya. 

Satu hal yang perlu dicatat bahwa, jangan lupa meluruskan niat dalam mencari ilmu hanya untuk mencari wajah dan ridho Allah semata juga untuk mencari kebenaran, bukan diniatkan agar bisa menang berdebat, agar sekedar tahu agar tidak dianggap bodoh, agar dianggap sebagai orang yang berilmu atau untuk mendapatkan dunia, jabatan, kehormatan dan seterusnya. Barangsiapa yang niatnya ikhlas hanya untuk Allah dan caranya benar dalam belajar, إن شاء الله, Allah akan menunjukkan jalan-jalan-Nya .

Jika pemahaman Anda benar, Anda tidak mungkin melakukan bid’ah (sekali lagi dalam hal agama, jangan gagal paham lagi, akibatnya bisa parah dan berbahaya), Anda tidak mungkin berani menghina, berani berbuat syirik, berani menjatuhkan kehormatan, menghina, mencaci maki dan merendahkan serta meremehkan orang lain yang menasehati dalam kebenaran dan seterusnya. Semua perbuatan buruk dan baik itu ukurannya agama (syari’at) bukan pendapat pribadi, pendapat gurunya atau pendapat orang banyak. In syaa Allah suatu saat kami akan berusaha mengupas tentang salah berlogika, juga salah dalam mengindentifikasi kebenaran dalam sebuah ilmu dalam bidang biologi yang disebut pseudo sains dan sejenisnya.

Jika Allah dan Rasul-Nya menyatakan yang benar itu A, walaupun manusia seluruh bumi sejak awal hingga akhir bersatu dan menyatakan bahwa yang benar itu B, semua itu tidak akan diterima oleh Allah dan sia-sia saja perbuatan tersebut. Karena Agama ini hanya milik Allah maka yang berhak membuat peraturan dan membuat nilai itu hanya Allah dan semua itu sudah Allah kabarkan dan ajarkan kepada Rasulullah , jadi jalan selamat hanya lewat satu pintu yaitu mengikuti Rasulullah saja. Jika Anda tidak percaya dan mengatakan masih banyak pintu yang bisa dimasuki ya tidak mengapa. Bukankah semua akibat perbuatan yang kita lakukan akan kita tanggung sendiri. Masakan Anda yang berbuat lalu kami yang tidak ikut-ikutan berbuat apalagi mendukung dan menyetujui perbuatan yang salah bakalan ikut dihukum? Bahkan kami tidak akan ditanyai tentang perbuatan sesat dan menyimpang orang lain, tapi kami akan ditanyai dan mempertanggung-jawabkan perbuatan kami sendiri. Makanya orang yang sama-sama berbuat jahat pun hukumannya kadang tidak sama tergantung besar dan perannya dalam perbuatan tersebut. Allahu A’lam.

___ooOoo___

Oleh karena itu, kami akan mencuplik sebuah nasehat mutiara yang sangat indah dan berharga dari karya emas Imam Al-Barbahari Rahimahullah dalam kitab beliau Syarhus Sunnah yang membahas tentang aqidah dan bahaya bid'ah.

Beliau berkata pada point 8 yang artinya: “Ketahuilah! – mudah-mudahan Allah merahmatimu – bahwa agama ini datang dari sisi Allah. Agama ini tidak diletakkan di atas akal-akal manusia dan pendapat-pendapat mereka. Pengetahuan tentangnya berada di sisi Allah dan Rasul-Nya. Maka, jangan sekali-kali engkau mengikuti sedikit pun (dari agama) dengan hawa nafsumu, sehingga engkau pun terlepas dari agama dan keluar dari islam. Karena sungguh engkau tidak memiliki satu hujjah (alasan) pun terhadap apa yang kau lakukan. Rasulullah telah menjelaskan sunnah ini kepada umatnya dan menerangkannya kepada para shahabatnya, yang mereka adalah al-jama’ah dan as-Sawadul A’zham. Yang dimaksud dengan as-Sawadul A’zham adalah kebenaran dan pengikutnya. Maka dari itu, siapa yang menyelisihi para sahabat Rasulullah dalam perkara agama, maka ia telah kafir."

Beliau berkata pada point 5 yang artinya: “Ketahuilah! Bahwasanya tidaklah manusia melakukan satu bid’ah sampai mereka meninggalkan satu sunnah yang semisal dengannya. Maka, hati-hatilah terhadap perkara yang baru dalam agama. Karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan kesesatan beserta pelakunya berada di neraka.”

Beliau berkata pada point 6 yang artinya: “Hati-hatilah terhadap perkara-perkara baru yang kecil (dalam agama). Karena bid’ah yang kecil lambat laun akan menjadi besar. Seperti itulah setiap bid’ah yang diada-adakan dalam tubuh umat ini. Pada awalnya kecil, mirip dengan kebenaran. Orang yang mengerjakannya pun tertipu. Kemudian, semakin lama ia tidak bisa keluar darinya. Sehingga menjadi besarlah bid’ah yang dilakukan tersebut, dan menjadi agama yang ia beragama dengannya. Dengan demikian, ia pun menyelisihi jalan yang lurus dan keluar dari islam.

Maka perhatikanlah – mudah-mudahan Allah merahmatimu – perkataan yang engkau dengar dari orang-orang yang berada di zamanmu secara khusus. Jangan tergesa-gesa dalam menerimanya, dan jangan turut campur dalam perkataan tersebut sampai engkau bertanya dan melihat; apakah perkataan tersebut pernah dikatakan oleh para shahabat Rasulullah atau salah seorang dari ulama. Jika engkau mendapati pada perkataan tersebut atsar (dalil) yang mendukungnya, maka peganglah ia. Jangan engkau langkahi karena alasan tertentu, dan jangan sekali-kali membuat pilihan di atasnya, sehingga akibatnya engkau jatuh ke dalam neraka."

Beliau berkata pada point 7 yang artinya: “Ketahuilah! Bahwa keluar dari jalan kebenaran itu ada dua macam. Yang pertama, seorang yang tergelincir dari jalan kebenaran, sedang ia tidak menginginkan kecuali kebaikan. Maka, orang ini tidak boleh diikuti ketergelincirannya, karena ia akan membawa kepada kebinasaan. Yang kedua, seorang yang menentang kebenaran, dan menyelisihi orang-orang yang bertakwa sebelumnya. Maka, orang ini sesat dan menyesatkan. Ia adalah setan yang membangkang dalam tubuh umat ini. Wajib bagi orang yang mengetahuinya untuk memperingatkan manusia agar berhati-hati darinya. Juga menjelaskan tentang keadaannya, agar tidak ada seorang pun yang terjatuh ke dalam bid’ah yang dia lakukan, sehingga ia binasa sepertinya."

Beliau berkata pada point 8 yang artinya: “Ketahuilah – mudah-mudahan Allah merahmatimu – sesungguhnya tidak sempurna islam seorang hamba sampai ia benar-benar mengikuti, membenarkan, dan berserah diri. Siapa yang beranggapan bahwa ada suatu ajaran islam yang tersisa yang belum disampaikan oleh para sahabat Muhammad , maka ia telah mendustai mereka. Cukuplah yang demikian sebagai bentuk perpecahan dan penghinaan kepada para sahabat. Orang yang beranggapan seperti itu dikatakan sebagai mubtadi’ (ahli bid’ah), sesat, dan menyesatkan, serta membuat sesuatu yang baru dalam islam yang tidak ada tuntunan di dalamnya."

 ___ooOoo___

Demikian cuplikan singkat dari beberapa nasehat beliau Al-Imam Al-Barbahari terkait aqidah dan bahaya bid'ah, jika Anda ingin membaca selengkapnya tentang hal ini, Anda bisa membaca kitab beliau ini.

Sebagai cacatan, Anda yang mungkin alergi terhadap kata-kata bid’ah juga kafir tentu akan semakin muak dan muntah juga benci dengan banyak dan seringnya kata-kata ini disebut. Tahukah Anda siapakah Imam Al-Barbahari? Beliau wafat pada tahun 329 H. Termasuk ulama terdahulu dan terkenal keilmuannya. Bahkan kata-kata bid’ah saja tidak asing bagi beliau bahkan memperingatkan kita tentang bahayanya. Lalu, mengapa orang-orang belakangan seperti kita yang katanya lebih maju dan modern tidak paham dengan hal seperti ini? Mungkin Anda pikir semua itu telah ketinggalan zaman dan kuno karena sekarang era modern dan kemajuan teknologi sehingga tidak perlu mendengar ucapan orang-orang yang sudah ketinggalan zaman bahkan sudah wafat. Apalah artinya semua kemajuan dan kecanggihan tersebut jika ujung perjalan kita adalah masuk neraka? Mungkin kita berkilah toh kita masuk neraka juga tidak sendirian, banyak temannya, makin rame makin asyik, yang penting senang di dunia, urusan akherat urusan belakangan. Sekali lagi, semua keputusan ada ditangan Anda sendiri. Kami hanya ingin saling menasehati sebagai wujud ketaatan kami pada perintah Ilahi untuk saling nasehat-manasehati dalam kebenaran juga kesabaran.

Bukankah menasehati juga butuh kesabaran? Padahal kita ingin mereka selamat tapi yang kita dapatkan malah cacian, hinaan, permusuhan, kebencian dan seterusnya. Mungkin Anda pikir bahwa Anda tidak butuh pertolongan, tidak butuh keselamatan dan nasehat apapun dari orang seperti kami karena nasehat dari guru-guru dan teman-teman Anda sudah cukup dan pasti benarnya. Sekali lagi, itu hak Anda.

Jika Anda mengetahui bahwa salah satu hak persahabatan dan pertemanan yang sejati itu pada dasarnya bukan selalu menyetujui dan mengiyakan semua perbuatan kalian terutama perbuatan buruk dan menyimpang, tapi pertemanan itu memiliki hak untuk saling menasehati dalam kebenaran, mau diingatkan jika salah. Apalah artinya berteman baik dan akrab jika perbuatan salah kalian tidak diingatkan bahkan terkesan disetujui dan dibiarkan. Teman seperti apa itu yang tega membiarkan teman dekatnya berada di tepi jurang neraka yang setiap saat bisa terjatuh dan masuk ke dalamnya. Kecuali temannya sama-sama tidak paham agama ya itulah akibat salah pilih teman sehingga tidak mengetahui mana jalan yang berbahaya dan mana jalan keselamatan, bagaimana bisa mengingatkan. Bukankah manusia yang tidak memiliki apa-apa, tidak bisa memberikan apapun kepada orang lain?

Sekali lagi, kebenaran dan kebaikan itu pasti ada pewaris dan pendukungnya, begitu juga dengan keburukan dan kesesatan. Anda dipihak yang mana? Bingung? Jika bingung maka mulailah berdoa agar diberi hidayah sehingga bisa belajar dan melihat mana jalan yang lurus dan mana yang menyimpang. Suatu nikmat yang besar jika kita diberi furqon, ilmu yang bisa membedakan mana kebenaran mana kesesatan, mana sunnah mana bid’ah, mana tauhid dan mana syirik, mana muslim dan mana kafir, mana yang munafik dan mana yang mukmin sejati dan seterusnya.

Jika Rasulullah manusia yang paling mulia, paling baik akhlaknya, ma’shum dan dosa-dosanya sudah diampuni serta dijamin surga saja masih dibenci, dimusuhi, ingin dibunuh, dicaci maki, diboikot dan seterusnya, begitu juga dengan para Shahabat Ridwanu Ajma’in, para ulama-ulama yang lurus, mereka tidak ada yang selamat dari lisan-lisan para pengikut setan dan hawa nafsu, apalagi kita? Para ulama juga tidak ma’shum apalagi kita? Makanya tidak heran jika para pengikut hawa nafsu itu akan terus mencari-cari kesalahan para ulama-ulama yang lurus aqidahnya dan menyebarkan aib-aibnya, menjatuhkan kehormatannya dan seterusnya agar tidak ada manusia yang mau mengambil ilmu dari mereka sehingga setan dan pasukannya bebas bergerilya menyebarkan kesesatan serta tipu dayanya. Kelak kami in syaa Allah akan membahas hal ini. 

Jadi, persoalan tentang bid’ah ini sudah sering dibahas dan diingatkan oleh ulama-ulama terdahulu hingga ulama saat ini karena pewaris ahli bid’ah akan selalu ada disetiap masa dan zaman dan yang membela sunnah, mengingkari bid’ah serta yang beraqidah lurus juga akan tetap selalu ada dan selalu mengingatkan manusia akan bahaya kesyirikan, bid’ah dan seterusnya. Dan perselisihan (jika bisa dikatakan begitu) antara Ahlus Sunnah sejati dan Ahlul Bid’ah akan selalu ada, karena ini sudah sunnatullah, tinggal Anda berada dipihak yang mana. Dan masalah ini bukan masalah kecil dan sepele karena Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullah dan ulama-ulama lainnya tidak akan selalu menyinggung dan mengingatkan hal ini jika ini adalah masalah yang sepele.

__ooOoo__


Baca selanjutnya Metode Setan Dalam Menyesatkan Manusia


Referensi:

Al-Barbahari, Abu Muhammad al-Hasan bin Ali bin Khalaf. 2017. Syarhus Sunnah. Bogor: Pustaka At-Taqwa

Komentar

Popular Posts

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadai Auladina (ABY untuk Anak-Anak)

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadaik (Cetakan Baru)

Mengenal Jenis-Jenis Sayuran

Download Buku Belajar Bahasa Arab Untuk Anak-Anak (Arabic Talking Books Full Set) Plus Audio and Video

Sejarah Perkembangan Membran Sel

Download Buku Bacaan Berbahasa Arab Untuk Anak-Anak 1

Download Buku Durusul Lughah Versi Bahasa Inggris Complete (Jilid 1-8)