Mengenal Seluk Beluk Setan dan Tipu Dayanya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Apa yang dimaksud dengan setan?
Dalam bahasa Arab, asy-syaithan digunakan untuk menyebut setiap makhluk
yang sombong dan membangkang. Kata ini digunakan untuk menyebut makhluk yang
satu ini karena kesombongan dan pembangkangannya kepada Allah.
Setan adalah makhluk yang sudah putus asa terhadap rahmat Allah. Karena
itu, Allah menyebutnya dengan Iblis. Al-balas dalam bahasa Arab berarti orang
yang tidak memiliki kebaikan, sedangkan ublisa berarti putus asa dan bingung.
Istilah setan juga kadang disebutkan untuk memberikan sifat kepada
makhluk yang buruk, durhaka, membangkang dan suka mengganggu manusia baik dari
kalangan jin, manusia dan hewan.
Ibnu Jarir Ath-Thabari mengatakan, “Di dalam bahasa Arab, setan berarti
setiap pembangkang. Baik dari kalangan manusia, jin, binatang dan lain
sebagainya. Begitu pula dengan firman Allah dalam Surat Al-An’am ayat 112: “Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya,
maka tinggalkan mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
Allah telah menciptakan setan dari kalangan manusia, sebagaimana Dia
juga menciptakan setan dari kalangan jin.
Ibnu Jarir Ath-Thabari juga mengatakan, “Sedangkan alasan disebutnya
setiap pembangkang sebagai setan adalah karena tingkah laku dan tindakan serta
seluruh budi pekertinya yang sangat jauh dengan nilai-nilai kebaikan.”
Menurut pendapat sekelompok ahlul ilmi, setan adalah nenek moyang jin
yang mendurhakai Rabbnya dan menyombongkan diri dari perintah sujud kepada
Adam yaitu Iblis. Oleh karena itu, Allah mengusirnya dari surga.
Latar Belakang dan Kerasnya Perseteruan Manusia dengan Setan
Permusuhan antara manusia dan setan merupakan permusuhan yang sudah
berakar kuat dan hal ini bermula ketika Allah telah membentuk jasad Adam
sebelum meniupkan ruh kepadanya. Setan (Iblis) mengitari Adam sambil berkata,
“Jika engkau diberikan kekuasaan atas kami, kami pasti durhaka kepadamu. Begitu
pun jika aku diberikan kekuasaan atas dirimu, aku pasti menghancurkanmu.”
Cerita selanjutnya Anda pasti sudah bisa menebak
ketika Iblis enggan sujud kepada Adam karena merasa dirinya lebih baik daripada
Adam. Begitu besar hasad, kedengkian dan kesombongan Iblis sehingga hal itu
mencelakakan dirinya sendiri tapi Iblis malah dendam kepada Adam karena merasa
Adamlah penyebab dirinya diusir dari surga, tersesat, durhaka dan menjadi
penghuni neraka kelak. Padahal semua itu karena perbuatan dan ulah dirinya
sendiri. Seandainya Iblis tidak memiliki sifat hasad, dengki dan sombong sejak awal, dia
tidak akan merasa dirinya lebih baik daripada Adam dan mau taat ketika
diperintah oleh Allah untuk bersujud kepada Adam. Dan sifat hasad, dengki dan
sombong itu juga melahirkan sifat dendam sehingga menipu Adam dan istrinya agar
durhaka kepada Allah seperti dirinya dan memakan buah larangan. Iblis menyangka
tamatlah riwayat Adam karena melanggar larangan Allah dan derajatnya sama
seperti dirinya. Tapi siapa yang menyangka kalau Allah menolong Adam dengan
beberapa kalimat taubat sehingga beliau bertaubat kepada Allah dan kesalahan
baliau diampuni sehingga derajat beliau semakin tinggi dan mulia di sisi Allah
karena mau mengakui kesalahan dan memohon ampun kepada Allah. Walaupun
dosa-dosa beliau telah diampuni tapi ketetapan dan keputusan Allah menurunkan
Adam dan Iblis ke dunia sudah ditetapkan sehingga mereka tetap harus turun ke
bumi dengan tujuan yang lebih besar lagi bagi anak cucu Adam kelak. Wallahu
A’lam
Rasa dendam dan kemarahan Iblis semakin menjadi-jadi sehingga berjanji akan menyesatkan dan menipu anak cucu Adam. Hal ini Allah abadikan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 16-17 yang artinya: “Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”.
Kata-kata Iblis ini menunjukkan sejauh mana usaha yang
senantiasa ia curahkan untuk menyesatkan anak cucu Adam/manusia. Iblis akan
mendatangi manusia dari segala jalan yang mungkin: dari sebelah kanan, kiri,
depan dan belakang. Ini berarti dari segala arah. Iblis akan menempuh segala
cara untuk mencapai tujuannya tersebut.
Mengapa Iblis begitu sangat dendam kepada Adam dan
ingin mencelakakan anak keturunannya? Karena Iblis tidak pernah merasa bersalah
dengan semua perbuatannya dahulu. Bahkan ia menganggap nasib buruk yang
dialaminya disebabkan karena keberadaan Adam.
Oleh karena itu kita perlu mengingat firman Allah
dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 21 yang artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang
mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh
mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar dst….”
Perhatikan kata langkah-langkah dari firman diatas yang berbentuk jamak artinya bukan cuman satu langkah tapi banyak langkah. Artinya satu langkah
kesalahan, keburukan, dosa akan menimbulkan atau membawa langkah kesalahan berikutnya dan
berikutnya jika kita tidak segera menyadari kesalahan itu dan bertaubat.
Keburukan akan melahirkan keburukan-keburukan yang lainnya begitu juga dengan
kebaikan akan melahirkan kebaikan-kebaikan berikutnya. Mungkinkah sesuatu yang
lahir dari rahim keburukan akan menghasilkan sebuah kebaikan?
Coba kita renungkan kembali awal kesalahan dan
dosa yang dilakukan oleh setan/Iblis yaitu hasad atau dengki kepada Adam
ketika melihat jasad beliau sebelum ditiupkannya ruh, rasa dengki tersebut
akhirnya melahirkan sifat sombong dan meremehkan Adam serta merasa dirinya lebih
baik daripada Adam sehingga sifat tersebut membuat Iblis enggan mentaati
perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Iblis lupa siapa yang
memerintahkannya bersujud karena besarnya rasa sombong dan dengki dalam
dirinya. Iblis hanya melihat kepada Adam dan tidak memandang sama sekali kepada
Allah, Rabbul A'lamin, pencipta dirinya dan Adam. Rasa sombong dan dengki telah
membutakan matanya sehingga dia menjadi buta dan tersesat. Kemudian kesalahan
itu bertambah lagi dengan menipu Adam dan membujuknya agar melanggar larangan
Allah karena Iblis sangat dendam kepada Adam dan betapa besar keinginannya
untuk menjatuhkan Adam. Inilah yang disebut langkah-langkah setan. Satu
keburukan akan melahirkan keburukan-keburukan lainnya. Dosa dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan Iblis semakin bertambah saja dari satu langkah kesalahan dan dosa melahirkan berbagai macam kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa lainnya hingga turun ke bumi pun, yang dilakukan Iblis hanyalah ingin melampiaskan dendamnya dengan menyesatkan anak cucu Adam dengan berbagai macam cara hingga hari kiamat, maka memang layak jika Iblis merupakan penghuni neraka kelak karena seluruh hidupnya telah dia gunakan hanya untuk menyesatkan manusia. Wallahu A'lam...
Tapi mengapa dosa yang dilakukan oleh Adam dengan
melanggar larangan bisa diampuni oleh Allah sedangkan Iblis tidak diberi
hidayah bertaubat dan diberi ampunan? Dari kisah ini terdapat sebuah rahasia
besar tentang besarnya dosa tidak mengerjakan perintah daripada melanggar
larangan. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Rahimahullah dalam kitab beliau Fawaidul
Fawaid halaman 301 menjelaskan tentang alasan mengapa meninggalkan perintah (tidak
taat) lebih besar dosanya daripada melanggar larangan. Beliau mengutip pendapat
Sahl bin Abdullah Radhiyallahu Anhu yang berkata: “Meninggalkan perintah Allah
itu lebih besar dosanya disisi Allah daripada melanggar larangan-Nya. Pasalnya,
Nabi Adam diterima taubatnya oleh Allah setelah beliau memakan buah pohon yang
dilarang oleh-Nya. Sedangkan Iblis tidak diampuni karena menolak untuk bersujud
kepada Adam, ketika Allah memerintahkannya untuk melakukan hal itu.”
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullah juga menjelaskan
secara panjang lebar alasan-alasan mengapa meninggalkan perintah Allah lebih
besar dosanya daripada melanggar larangan tapi kami rasa bukan di sini tempat
untuk menjelaskannya. Silahkan Anda buka dan baca sendiri kitab beliau yang
sudah kami sebutkan di atas. Beliau (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullah) juga
menjelaskan secara panjang lebar terkait Adam dan Iblis dan hikmah
diturunkannya Adam ke dunia di dalam kitab beliau Miftah Daris Sa’adah Jilid 1, silahkan Anda baca dan pahami.
Dari penjelasan ini, seharusnya kita sudah bisa
memahami latar belakang dan dendam Iblis terhadap Adam dan anak cucunya juga
tujuan Iblis yang ingin menyesatkan anak cucu Adam hingga hari kiamat dengan berbagai cara. Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi hal ini?
Allah Telah Memperingatkan Kita Terhadap Bahaya Setan
Kita jangan pernah berpikir bahwa Allah tidak pernah
mengingatkan kita akan dendam dan tujuan Iblis terhadap anak cucu Adam/manusia.
Salah satu tujuan Allah mengutus para Nabi dan Rasul adalah untuk mengingatkan
manusia/anak cucu Adam akan tujuan penciptaannya juga memperingatkan akan
bahaya Iblis/setan dan bala tentaranya yang ingin menyesatkan manusia dari jalan Allah.
Al-Qur’an dengan panjang lebar memberi peringatan
kepada kita akan besarnya fitnah setan, kepandaiannya untuk menyesatkan, serta
ketekunan dan ambisinya untuk menyesatkan manusia. Allah berfirman dalam surat
Al-A’raf ayat 27 yang artinya: “Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu
dapat ditipu oleh setan.” Dalam Surat Fathir ayat 6 yang artinya:
“Sesungguhnya, setan itu adalah musuh bagimu maka jadikanlah ia musuhmu.” Dalam
surat An-Nisa ayat 119 yang artinya: “Siapa yang menjadikan setan sebagai
pelindung selain Allah maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.”
Permusuhan setan itu tidak pernah pudar dan sirna
karena ia berpikir bahwa pengusiran, laknat dan pengeluaran dirinya dari surga akibat
bapak kita Adam. Karena itu, ia merasa harus menuntut balas kepada Adam dan
seluruh anak cucunya. Allah berfirman dalam surah Al-Isra’ ayat 62 yang
artinya: “ia (Iblis) berkata: “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang
Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya, jika Engkau memberi tangguh kepadaku
sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali
sebagian kecil.”
Apa Tujuan Setan Dengan Menyesatkan Manusia?
a. Tujuan jangka panjang
Satu-satunya
tujuan puncak yang selalu ingin diwujudkan oleh setan adalah mencampakkan
manusia ke dalam Nerakan Jahim bersama dengan dirinya dan menghalangi manusia
dari surga. Allah telah berfirman dalam surah Fathir ayat 6 yang artinya:
“Karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”
b. Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka
pendek setan adalah:
1. Menjerumuskan manusia ke dalam kemusyrikan dan
kekufuran
2. Jika tidak berhasil menjerumuskan manusia ke dalam
kemusyrikan, setan akan berusaha menjerumuskannya ke dalam dosa. Setan suka
mengadu domba kaum muslimin dengan cara membangkitkan permusuhan dan amarah
diantara mereka, serta menghasut mereka satu sama lain. Setan juga menyuruh
kepada segala bentuk kejahatan. Setiap ibadah yang disukai Allah maka pasti
dibenci oleh setan. Sebaliknya, setiap maksiat yang dibenci oleh Allah maka
disukai oleh setan.
3. Menghalangi hamba untuk taat kepada Allah.
4. Merusak ibadah
Kesimpulannya adalah setiap penentangan terhadap Allah
dan Rasul-Nya berarti taat kepada setan.
Bala Tentara Iblis
Karena begitu besarnya ambisi dan tujuan Iblis ingin
menyesatkan anak cucu Adam dengan berbagai cara, tentu Iblis juga butuh pasukan
yang setia dan siap membantunya dalam mencapai tujuan yang diinginkannya. Iblis
memiliki dua kelompok pasukan yaitu satu kelompok dari golongan jin dan satu
kelompok dari golongan manusia.
Setan memiliki bala tentara dan pengikut dari golongan
jin seperti yang telah Allah firmankan dalam surah Al-Isra’ ayat 64 yang
artinya: “Dan perdayakanlah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan
ajakanmu dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang
berjalan kaki.” Iblis mengirim mereka untuk mendatangi para hamba Allah dan
mendorong mereka untuk berbuat keburukan. Allah telah mengabarkan hal ini dalam
surah Maryam ayat 83 yang artinya: “Tidakkah kamu lihat, bahwasannya Kami telah
mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk memperdaya mereka
berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh?”
Bukankah manusia juga memiliki jin qarin atau jin
pendamping yang berupa setan yang selalu membisiki kepada manusia agar berbuat
keburukan?
Dalam hadits riwayat Muslim, Imam Muslim dan Imam
Ahmad meriwayatkan dari Abdullah, ia menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Tiada seorang pun dari kalian,
kecuali telah diwakilkan kepadanya pendampingnya dari jin dan pendampingnya
dari malaikat.” Para sahabat bertanya, “Kepada engkau juga wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Kepadaku juga, tetapi Allah telah menolongku untuk
mengalahkannya (pendamping yang dari jin) sehingga ia masuk Islam hingga ia
tidak menyuruhku, kecuali pada kebaikan.”
Setan adalah musuh pertama manusia yang selalu
berusaha menghancurkannya. Meskipun demikian, tapi kebanyakan manusia justru
menjadikan setan sebagai teman. Mereka berjalan mengikuti langkah-langkah setan
dan ridha dengan pemikirannya. Alangkah buruknya bagi manusia yang berakal untuk
menjadikan musuh sebagai teman. Allah berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 50
yang artinya: “Patutkah kamu mengambil ia dan keturunan-keturunannya sebagai
pemimpin selain daripada-Ku sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis
itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.”
Setan Menjerumuskan manusia ke jalan yang paling buruk kemudian kelak berlepas tangan sejauh-jauhnya.
***
Baca selanjutnya Cara Setan Menyesatkan Manusia
Referensi:
Adham, Ibrahim Kamal. 2009. Kupas Tuntas Jin & Sihir. Jakarta: Darus Sunnah
Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2017. Rahasia Alam Malaikat, Jin dan Setan. Jakarta: Qisthi Press
As-Suyuthi, Imam. 2006. Jin. Jakarta: Darul Falah
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 2012. Fawaidul Fawaid. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 2017. Miftah Daris Sa'adah Jilid 1. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i
Amri, Yasir dan Syahirul Alim Al-Adib. 2012. Sendiri Mengusir Gangguan Jin. Solo: Aqwam
Abdat, Abdul Hakim bin Amir. 2003. Alam Jin Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah (Bantahan terhadap buku: Dialog Dengan Jin Muslim). Jakarta: Darul Qolam.
Arifuddin. 2015. Ruqyah Syar'iyyah Tanpa Kesurupan Seri 1. Malang: YBM
Amin, Abul-Mundhir Khalil ibn Ibrahim. 2005. The Jinn and Human Sickness Remedies in the Light of the Qur'an and Sunnah. Riyadh: Darussalam.
Bali, Wahid Abdussalam. 2014. Ruqyah: Jin, Sihir & Terapinya. Jakarta: Ummul Qura.
______________. 2005. Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i
bin Najar, Nashir bin Ahmad. 2016. Mengatasi Sihir dan Kesurupan Sesuai Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Solo: Thibbia
Philips, Abu Aminah Bilal. 2012. Ibn Taymiyah's Essay on The Jinn (Demons). IIPH
Komentar
Posting Komentar