Cara Setan Menyesatkan Manusia
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Perbuatan Buruk Yang Paling Disukai Iblis
Imam Asy-Suyuthi berkata bahwa Ibnu Abid-Dunya
mentakhrij dari Abu Musa Al-Asy’ari, dia berkata, “Jika tiba waktu pagi, Iblis
menyebar pasukannya, seraya berkata, “Siapa yang mampu menyesatkan seorang
Muslim, aku akan memasangkan mahkota kepadanya.”
Salah seorang setan berkata, “Aku senantiasa menggoda
seseorang hingga dia menceraikan istrinya.”
Iblis berkata, “Terlalu mudah baginya untuk menikah
lagi.”
Setan lain melapor, “Aku senantiasa menggoda seorang
lelaki hingga dia durhaka kepada orang tuanya.”
Iblis berkata, “Terlalu mudah baginya untuk berbakti
kepada mereka.”
Setan lain melapor, “Aku senantiasa menggoda Fulan
hingga dia minum khamar.”
Iblis berkata, “Engkau layak.”
Setan lain melapor, “Aku senantiasa menggoda seorang
lelaki hingga dia berzina.”
Iblis berkata, “Engkau layak.”
Setan lain melapor, “Aku senantiasa menggoda seorang
lelaki hingga dia membunuh.”
Iblis berkata, “Engkaulah yang paling layak.”
Di dalam riwayat
lain juga disebutkan bahwa salah satu misi terbesar Iblis adalah menceraikan
suami istri dan tidak bertentangan dengan kisah di atas. Dari Jabir
Radhiyallahu Anhu dari Nabi ﷺ
bersabda yang artinya: "Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya
di atas air (laut) kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat
dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala
tentaranya dan berkata, "Aku telah melakukan begini dan begitu".
Iblis berkata, "Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun."
Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, "Aku tidak meninggalkannya
(untuk digoda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka
Iblis pun mendekatinya dan berkata, "Sungguh hebat (setan) seperti engkau." (HR.
Muslim IV/2167 no. 2813)
ooOoo
Sarana yang Digunakan Setan untuk Menggoda Manusia
At-Tirmidzi mentakhrij dari Ibnu Mas’ud, dia berkata,
“Rasulullah ﷺ
bersabda yang artinya, “Wanita itu aurat, ketika ia keluar, setan akan
memperindahnya.” Menurut At-Tirmidzi, hadits ini hasan gharib.
Ibnu Abid-Dunya mentakhrij dari Hasan bin Shalih, dia
berkata, “Aku pernah mendengar bahwa setan berkata kepada wanita, “Engkau separuh
pasukanku, engkau anak panah yang kulontarkan dan tidak pernah meleset dari
sasaran, engkau tempat rahasiaku dan engkau utusanku ketika aku ada keperluan.”
Beliau (Ibnu Abid-Dunya) juga pernah berkata, “Tidak
ada yang lebih kuat di dalam jiwa Iblis selain dari wanita.”
Ibnu Abid-Dunya mentakhrij dari Sa’id bin Al-Musayyab,
dia berkata, “Allah tidak mengutus seorang nabi melainkan Iblis tidak putus asa
membinasakannya dengan wanita.”
Abu Bakar Muhammad bin Ahmad bin Syaibah mentakhrij di
dalam Al-Qala’id, dari Ibnu Abbas, bahwa kedudukan setan pada diri laki-laki
ada di tiga tempat: pada matanya, hatinya dan ingatannya. Sedangkan kedudukan
setan pada diri wanita juga di tiga tempat: di matanya, hatinya dan kelemahan
dirinya.
Bukankah Iblis ketika akan menjatuhkan, memperdaya, merayu dan menipu Adam agar mau memakan buah larangan juga melalui istrinya Hawa terlebih dahulu? Dan trik ini terbukti berhasil membuat Adam menuruti bujukan istrinya Hawa sehingga beliau berani melanggar larangan Allah. Hal ini disebutkan oleh Ibnu Qayyim dalam kitab beliau yang berjudul Taman Cinta dan Yang Dirundung Asmara halaman 258 bahwa yang mendorong Adam untuk memakan dari pohon larangan itu karena menuruti Hawa. Rasa cinta Adam kepada Hawa menjadikannya tuntuk dan taat kepada keinginannya. Maka masuklah Adam ke dalam hawa nafsu Hawa. Yang mana musuh Adam bisa mengalahkan Adam melalui pintu Hawa.
Menurut
Al-Hafizh Ibnu katsir, Hawa memakan buah larangan itu lebih dahulu sebelum Adam
Alaihissalam dan dia pula yang mendesak Adam agar memakannya. Wallahu A’lam.
Kepada pengertian itu pula diarahkan hadits di bawah ini yang diriwayatkan dari
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dari nabi ﷺ, beliau bersabda yang artinya: “Kalau
bukan karena Bani israil, maka tidak akan ada daging yang rusak. Dan kalau
bukan karena Hawa, niscaya tidak akan ada wanita yang mengkhianati suaminya.”
Hadist ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 3330 dan 3399 dan Muslim no. 1470.
Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali berkata terkait hadits ini: “Pengkhianatan Hawa
kepada Adam Alaihissalam berupa godaannya terhadap Adam untuk memakan pohon
khuldi, dan tidak mempunyai pengertian selain itu. Demikian yang disampaikan
oleh al-hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah di dalam Fathul bari VI/368.”
Apakah kita juga masih ingat tentang kisah bagaimana
pembunuhan atas nabi Yahya Alaihissalam yang disebabkan oleh seorang wanita?
Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan bahwa para ulama
menyebutkan beberapa sebab terbunuhnya Yahya, dan yang paling masyhur adalah
bahwasannya salah satu raja pada masa itu yang berada di Damaskus hendak menikahi
salah seorang wanita dari mahramnya sendiri, atau menikahi wanita yang tidak
halal ia nikahi. Nabi Yahya Alaihissalam melarangnya melakukan perbuatan
tersebut sehingga hal itu menyisakan ketidaksenangan pada diri si wanita.
Karena antara wanita dan raja tersebut telah muncul rasa cinta, maka wanita
tersebut minta dihadiahkan darah Yahya. Maka sang raja pun menghadiahkan
kepadanya, lalu ia mengutus seorang pembunuh kepada Yahya dan datang membawa
kepala dan darahnya dalam sebuah bejana. Dikatakan, “Wanita itu mati seketika.”
Ingatlah hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’id
al-Khudri Radhiyallahu Anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Allah menguasakan
kepada kalian untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat
bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan
wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada Bani Israil adalah karena
wanita.” Hadits Shahih riwayat Muslim no. 2742 (99), Ahmad III/22, an-Nasa’i
dalam as-Sunatul-Kubra no. 9224, Ibnu Hibban no. 3211 – at-Ta’liqatul-Hisan,
al-Baihaqi Vii/91, ath-Thahawi dalam Syarh Musykilul-Atsar no. 4326, al-Baghawi
dalam Syarhus-Sunnah no. 2243.
Rasulullah ﷺ juga bersabda yang artinya: “Tidak ada
fitnah yang aku tinggalkan setelahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki
daripada fitnah wanita.” Hadits Shahih riwayat al-Bukhari no.5096 dan Muslim
no.2740 (97) dari Sahabat Usamah bin Zaid Radhiyallahu Anhuma.
Ingatlah kisah tentang seorang wanita Yahudi yang
menghadiahkan daging domba yang dibubuhi racun di Khaibar kepada Rasulullah ﷺ walaupun akhirnya beliau
mengetahui hal tersebut ketika menggigit dengan satu kunyahan dan
memuntahkannya dan wanita itu juga mengakui jika dia ingin membunuh nabi. Pengaruh
racun tersebut yang menyebabkan rasa sakit beliau semakin parah menjelang
kematian beliau.
Menurut Ibnu Ishaq, kaum muslimin beranggapan bahwa
Rasulullah meninggal sebagai syahid di samping kenabian yang beliau sandang
disebabkan racun tersebut. Nama wanita Yahudi yang meracuni nabi adalah Zainab
binti al-Harits istri Sallam bin Misykam dimana banyak manusia yang salah paham
dan menyangka yang meracuni Rasulullah adalah istri beliau karena kesamaan nama
padahal dalam beberapa kitab sirah yang kami baca, jelas dikatakan dan tertulis
bahwa wanita tersebut adalah wanita Yahudi dan istri dari Sallam bin Misykam.
Hal tersebut dikatakan oleh Syaik Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam buku
beliau Sirah Nabawiyah halaman 669, Ibnu Ishaq di dalam buku beliau Sirah
Nabawiyah halaman 606-607, Ibnu Qoyyim
Al-Jauziyah dalam kitab Zadul Ma’ad Jilid 5 halaman 145 walaupun beliau tidak
menyebutkan namanya hanya menyebutkan seorang wanita Yahudi, tapi dalam kitab
beliau yang berjudul Kelengkapan Tarikh Rasulullah halaman 269 beliau
menyebutkan nama wanita Yahudi tersebut yaitu Zainab binti Al-Harits istri
Salam bin Mikam. Begitu juga Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam buku beliau
Sirah Nabawiyah halaman 983-984, al-Hafidzh Ibnu Katsir dalam buku Ringkasan
Bidayah wan Nihayah halaman 194 dan Syaikh Muhammad Al-Mishri dalam kitab Sirah
Rasulullah halaman 723-725 juga mengisahkan hal yang sama. Inilah bukti betapa
besarnya fitnah wanita yang bisa digunakan sebagai senjata oleh setan untuk mencelakakan manusia terutama laki-laki.
Asy-Suyuthi juga berkata, Ibnu Abid-Dunya mentakhrij
dari Qatadah, dia berkata, “Ketika Iblis ikut diturunkan, dia berkata, “Ya
Rabbi, Engkau telah melaknatku. Lalu apa ilmunya?”
Allah menjawab, “Sihir.”
“Apa Qur’annya?”
“Syair”
“Apa kitabnya?”
“Tatto.”
“Apa makanannya?”
“Setiap bangkai dan apa pun yang disembelih tanpa
disebutkan nama Allah.”
“Apa minumannya?”
“Setiap minuman yang memabukkan.”
“Di mana tempat tinggalnya?”
“Kamar mandi.”
“Di mana tempat duduknya?”
“Di pasar.”
“Apa yang menjadi mu’adzinnya?”
“Alat musik.”
“Apa jeratnya?”
“Wanita.”
Ibnu Abid-Dunya, Ibnu Adi, Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi
di dalam Syu’abul iman, mentakhrij dari Samurah bin Jundab, dia berkata,
“Rasulullah ﷺ
bersabda, “Sesungguhnya setan mempunyai celak dan jilatan. Jika manusia memakai
celak dari celak setan, maka kedua matanya menjadi mengantuk dan dia lalai
berdzikir. Jika dia mendapat jilatannya, maka lidahnya menjadi terbiasa dengan
perkataan yang buruk.”
Ibnu Abid-Dunya, Ath-Thabrani dan Ibnu Marduwaih
mentakhrij dari Abu Umamah, dia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya ketika Iblis turun
ke bumi, maka dia berkata, “Ya Rabbi, Engkau telah menurunkan aku ke bumi dan
menjadikanku sebagai orang yang terkutuk. Maka buatkanlah bagiku sebuah rumah.”
“Rumahmu adalah kamar mandi.”
“Buatkanlah bagiku tempat duduk.”
“Tempat dudukmu adalah pasar.”
“Buatkanlah bagiku makanan.”
“Makananmu adalah apa yang tidak disebutkan nama Allah
padanya.”
“Buatkanlah minuman bagiku.”
“Minumanmu adalah setiap minuman yang memabukkan.”
“Buatkanlah bagiku seorang mu’adzin.”
“Mu’adzinmu adalah alat musik.”
“Buatkanlah bagiku Qur’an.”
“Qur’anmu adalah syair.”
“Buatkanlah bagiku sebuah kitab.”
“Kitabmu adalah tatto.”
“Buatkanlah bagiku perkataan.”
“Perkataanmu adalah dusta.”
“Buatkanlah bagiku seorang utusan.”
“Utusanmu adalah dukun.”
“Buatkanlah bagiku jerat.”
“Jeratmu adalah wanita.”
Ibnu Abid-Dunya mentakhrij dari Wahb bin Munabbih, dia
berkata, “Ada seorang ahli ibadah yang suka mengadakan perjalanan. Setan hendak
menggodanya namun tidak berhasil. Maka setan berkata kepada orang itu, “Apakah
engkau tidak ingin bertanya tentang orang yang paling sesat?”
“Baiklah, beritahukan kepadaku apa sesuatu yang paling
dapat engkau manfaatkan untuk menyesatkan manusia?”
Setan menjawab, “Kikir, kekasaran dan kebakhilan.
Apabila seseorang kikir, maka kami buat apa yang dia miliki tampak sedikit lalu
dia menjadi berhasrat memiliki harta orang lain. Jika seseorang kasar, maka
kami dapat mempermainkannya sebagaimana anak kecil yang memainkan bola.
Sekalipun dia dapat menghidupkan orang mati, kami tidak akan putus asa untuk
menggodanya. Jika dia mabuk, kami akan menuntunnya ke setiap syahwat
sebagaimana kijang yang dituntun dengan dipegang kedua telinganya.”
Ibnu Abid-Dunya mentakhrij dari Ubaidillah bin Mauhib,
dia berkata, “Sebagian nabi berkata kepada Iblis, “Dengan apa engkau dapat
mengalahkan Bani Adam?”
Iblis menjawab, “Aku menguasainya ketika dia marah dan
ketika mengikuti hawa nafsu.”
Marah tercela dan yang disukai setan di sini adalah
marah yang mengikuti hawa nafsu bukan marah karena Allah.
ooOoo
Perbuatan-Perbuatan yang Dimulai oleh Iblis
Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Arubah mentakhrij dari Ibnu
Sirin, dia berkata, “Yang pertama kali berjalan dengan lagak sombong adalah
Iblis.” Ibnu jari juga mentakhrij hal yang sama dari Al-Hasan.
Ibnu Abi Syaibah mentakhrij dari Maimun bin Mahran,
dia berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Umar, “Siapakah yang pertama kali
menamakan makan malam dengan sebutan al-‘atamah?” dia menjawab, “Setan.”
Diriwayatkan dari Jabir secara marfu’, bahwa setanlah
yang pertama kali menyanyi.
Ibnu Abid-Dunya mentakhrij dari Ibnu Abbas, dia
berkata, ‘Ketika Allah menciptakan Iblis, maka dia pun mendengus.”
ooOoo
Tingkatan Godaan dan Bujukan Setan
Setan senantiasa mengintai dan mengikuti sepak terjang
manusia. Jeritannya tidak akan berhenti sampai ia berhasil menggoda,
menjerumuskan manusia kepada golongan yang merugi.
Ibnu Qayyim Rahimahullah menyebutkan beberapa tingkatan godaan dan
bujukan setan terhadap manusia yaitu:
1. Tingkatan
pertama
Tingkatan pertama adalah kekafiran, syirik dan
memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Apabila setan berhasil menjerumuskan manusia ke
lembah nista ini, jeritannya baru akan berhenti dan para pengikutnya juga
beristirahat. Inilah yang kali pertama diinginkan setan dari manusia. Setan
senantiasa akan menggoda dan menjerumuskannya ke lembah ini hingga berhasil.
Apabila ia telah berhasil menjerumuskannya, ia akan mengangkatnya sebagai
tentara dan pasukan militernya, lalu memintanya untuk melakukan seperti yang
telah ia lakukan. Maka orang itupun menjadi juru dakwah dan wakil Iblis.
2. Tingkatan
kedua
Yaitu perbuatan bid’ah. Hal ini lebih disukai setan
daripada kefasikan dan kemaksiatan. Sebab, bahayanya akan menimpa agama.
Perbuatan ini merupakan dosa yang tidak disadari oleh pelakunya, padahal ia
menyelisihi dakwah Rasulullah serta menjadi seruan kepada ajaran yang
bertentangan dengan apa yang dibawa Rasulullah.
Bid’ah merupakan pintu pembuka menuju kesyirikan dan
kekafiran. Apabila setan berhasil memasukkan bid’ah pada seorang hamba, dan
menjadikannya sebagai pelakunya, maka orang itu akan menjadi wakil setan dan
salah satu penyerunya.
Apabila setan gagal melancarkan godaan dengan cara
ini, dan hamba yang digodanya adalah seorang yang memperoleh karunia dan taufik
Allah serta memusuhi ahli bid’ah, ia akan beralih kepada tingkatan berikutnya.
Sebelum kita beralih pada tingkatan berikutnya, sebaiknya kita perhatikan masalah pengertian bid’ah ini, karena ternyata masih banyak manusia yang tidak paham dan salah paham sehingga mereka menghujat, mencaci maki dan seterusnya orang-orang yang mengingatkan tentang bahaya bid’ah karena kebodohan dan kesalahpahamannya. Bahkan yang paling lucu adalah mereka mencoba berdalih dengan membawakan dalil-dalil yang aneh karena melakukan qiyas-qiyas yang batil padahal dalil-dalil yang shahih tentang bid'ah sudah jelas. Dan sikap seorang mukmin sejati ketika telah terdapat dalil yang shahih secara qath'i (pasti) adalah taat secara mutlak dan tunduk, menerima dengan segala kerelaan dan tekad melaksanakannya serta menyegerakan pelaksanaannya tanpa ragu atau merasa terhimpit, keberatan, atau terpaksa sehingga tidak ada lagi ruang untuk ijtihad (pendapat) di dalamnya.
Bid’ah secara bahasa atau etimologi artinya
segala sesuatu yang baru yang tidak ada contoh sebelumnya. Misalnya zaman
dahulu manusia tidak mengenal dan tidak ada di zamannya seperti mobil, pesawat
dan peralatan modern lainnya. Mobil, pesawat, hp, laptop dan lain-lain yang zaman dahulu tidak ada disebut bid’ah secara bahasa/lughah/etimologi tapi bukan ini yang
dimaksud oleh Rasulullah dan para ulama. Karena semua itu tidak berhubungan
dengan agama (syari’at). Karena Rasulullah diutus bukan untuk membuat mobil,
membuat pesawat, menciptakan Hp ataupun laptop dan lain-lainnya.
Sedangkan pengertian bid’ah secara istilah (syari’at)
atau terminologi dan pengertian inilah yang dimaksud dalam hadits Nabi dan para
ulama yaitu segala sesuatu ibadah baru atau cara beragama atau beribadah baru
yang diada-adakan, dibuat-buat yang tidak ada contoh sebelumnya pada zaman
Rasulullah dan sahabat padahal di masa itu hal tersebut tidak ada halangan
untuk dilakukan. Inilah pengertian bid’ah yang Rasulullah dan para ulama
maksudkan. Adapun masalah-masalah alat dan sarana serta inovasi baru seperti
mobil, pesawat, Hp, Laptop, Microphone dan lain-lain tidak ada yang melarang dan
mengharamkannya karena tidak terkait dengan agama kecuali ada dalil tegas yang
melarang seperti alat musik atau alat dan sarana yang awalnya mubah bisa
menjadi haram tergantung dari tujuan si pemakai dan bahan dasar pembuatannya
juga cara memperolehnya seperti misalnya tas atau sepatu dari kulit babi, mobil hasil curian atau menipu, semua itu haram.
Seharusnya orang-orang yang mengaku pernah mengenyam
pendidikan tinggi pasti tidak asing lagi dengan definisi atau pengertian sebuah
istilah yang bisa ditinjau dari segi bahasa atau etimologi dan istilah atau
terminologi. Karena semua cabang ilmu memiliki definisi masing-masing walaupun
mungkin kata yang digunakan sama. Tapi herannya kenapa mereka malah tidak paham
dengan hal ini? Bahkan membantah pun dengan cara yang sangat konyol, memalukan
dan menunjukkan kebodohan dirinya yang sejati. Contoh definisi kalam saja dalam
bahasa Arab (ilmu nahwu) ada 2 pengertian ditinjau dari bahasa/lughah/etimologi
dan pengertian kalam ditinjau secara istilah/terminologi. Secara istilah
maksudnya di sini tentu saja oleh para ahli bahasa yang biasa disebut nuhat (para
ahli nahwu). Dalam ilmu-ilmu lain juga seperti itu cara memahami definisi
sebuah istilah. Contoh lagi, bagi kami yang belajar biologi ketika menyebut kata sel
tentu maksudnya adalah sel hewan atau sel tumbuhan sedangkan secara umum, kata
sel tergantung penggunaannya bisa menunjukkan sebuah ruang penjara dan
seterusnya. Oleh karena itu, perhatikan orang yang bicara itu dalam ilmu atau
bidang apa agar tidak salah paham terus dengan ucapan orang.
Bukankah kita sudah tahu bahwa Rasulullah itu hanya
membicarakan agama (syari’at) dan beliau diutus juga untuk menegakkan syari’at
Allah dan tidak membahas tentang inovasi-inovasi baru dalam alat dan sarana
atau sebuah teknologi, beliau tidak diutus untuk menciptakan alat-alat canggih
dan seterusnya tapi mengapa orang-orang yang alergi dengan kata bid’ah bisa membahas
masalah mobil, pesawat, Hp, Laptop, Microphone dan lain-lain yang memang belum
ada di zaman nabi. Mungkin mereka juga lupa bahwa syari’at ini akan berlaku
selamanya hingga akhir zaman tidak peduli secanggih apapun sarana prasarana dan
kemajuan teknologi yang dicapai oleh
manusia. Jika mobil, pesawat, hp dan lain-lain itu Allah haramkan, tentu
Rasulullah pasti akan mengabarkan kepada para Sahabat dan umatnya. Memangnya
Allah, Rabb pemilik langit dan bumi tidak tahu jika kelak manusia bisa membuat
alat-alat baru dan canggih dan tidak mengabarkan kepada Nabi-Nya seandainya hal
itu haram atau akan muncul kelak? Karena hal itu memang tidak penting dan bukan itu
yang dimaksud dengan bid’ah yang Allah dan Rasulullah larang dan peringatkan. Kita
saja yang salah memahami sabda Rasulullah dan ucapan para ulama. Yang dimaksud
ke barat, dia berjalan ke timur ya gak bakalan ketemu hingga hari kiamat. Baru
memahami definisi aja sudah salah, padahal itu pintu awal untuk memasuki sebuah
ilmu. Bagaimana kita bisa memahami firman Allah yang memang berat itu juga
sabda-sabda Rasulullah???
Jika ingin lebih jelas tentang apa itu Sunnah dan
Bid’ah, baca saja kitab karangan Imam Asy-Syathibi yang berjudul Al-I’tisham
dan kitab-kitab ulama lainnya. Dan perlu
diingat dan dicatat baik-baik, bahwa tidak ada satu pun para ulama maupun
orang-orang yang berjalan di atas jalan yang lurus dan benar, memvonis seseorang
pasti masuk neraka karena perbuatan yang dilakukannya kecuali orang kafir yang mati dalam kondisi kafir, mereka hanya
mengingatkan semua ancaman-ancaman tersebut yang memang datang dari Allah dan
Rasul-Nya. Bedakan kata menasehati, mengingatkan, memperingatkan dengan memvonis
langsung seseorang pasti masuk neraka. Manusia yang niatnya menasehati dengan
yang memvonis itu pasti pilihan redaksi kata-katanya berbeda. Kecuali lagi-lagi
memang kitanya sendiri yang payah dalam memahami ucapan seseorang, mungkin
karena memang sudah sangking bencinya, dendam, sakit hati, hatinya mati, su'udhon, atau
karena maksud-maksud lainnya terhadap seseorang atau kelompok tertentu dan
seterusnya sehingga kita sulit memahami ucapan seseorang.
3. Tingkatan
ketiga
Yaitu dosa besar dengan berbagai macamnya. Setan
begitu suka menjerumuskan seseorang ke dalamnya. Terlebih, jika orang tersebut
adalah seorang ulama yang disegani dan ditokohkan di tengah masyarakat. Setan
akan sangat antusias menjerumuskan orang ini agar manusia meninggalkannya.
Kemudian, ia menyebarkan kemaksiatan dan dosanya di tengah-tengah manusia.
Setan akan memilih di antara mereka untuk dijadikan
perpanjangan tangannya dalam menyebarkan dan menyerukan kemaksiatan, sementara
orang itu menganggap apa yang ia lakukan merupakan sarana mendekatkan diri
kepada Allah. Padahal ia merupakan wakil setan, namun ia tidak menyadarinya.
Seperti yang Allah firmankan dalam Surah An-Nur ayat 19 yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu
tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di
dunia dan di akherat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Sekadar suka agar perbuatan keji tersebar dan tersiar
saja sudah diancam dengan azab yang pedih. Lalu, bagaimana jadinya dengan
mereka yang menyebarkan dan menyiarkannya secara langsung???
Tentunya, hal ini bukanlah nasihat bagi mereka yang
bermaksiat, tetapi justru merupakan ketaatan kepada Iblis dan kerelaan diri
menjadi penolongnya.
Semua itu dilakukan setan supaya orang-orang menjauhi
ulama dan tidak mengambil manfaat dari ilmunya. Dosa orang seperti ini (ulama)
meskipun begitu banyak hingga menjulang ke langit, masih lebih ringan di sisi
Allah, sebab kalau ia bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubatnya dan
mengganti semua keburukannya dengan kebaikan.
Sedangkan dosa orang-orang yang menyebarkan kekejian dan aib orang lain merupakan kezaliman terhadap orang-orang beriman, penodaan aurat dan penampakan aib mereka.
Al-Qur'anul Karim dan Al-Hadits
Adham, Ibrahim Kamal. 2009. Kupas Tuntas Jin & Sihir.
Jakarta: Darus Sunnah
Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2017. Rahasia Alam Malaikat, Jin dan
Setan. Jakarta: Qisthi Press
As-Suyuthi, Imam. 2006. Jin. Jakarta: Darul Falah
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 2006. Zadul Ma'ad Bekal Perjalanan
Akhirat Jilid 5. Jakarta: Griya Ilmu
____________________. 2012. Kelengkapan Tarikh Rasulullah.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
_____________________. 2017. Taman Cinta dan yang Dirundung
Asmara. Banyumas: Buana Ilmu Islam
Al-Mishri, Syekh Mahmud. 2014. Sirah Rasulullah: Perjalanan Hidup
Manusia Mulia. Solo: Tinta Medina
Ash-Shallabi, Ali Muhammad. 2014. Sirah Nabawiyah (Ulasan Kejadian
dan Analisis Peristiwa dalam Perjalanan Hidup Rasulullah. Surakarta: Insan
Kamil
Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. 2011. Sirah Nabawiyah.
Jakarta: Ummul Qura
Amri, Yasir dan Syahirul Alim Al-Adib. 2012. Sendiri Mengusir
Gangguan Jin. Solo: Aqwam
Abdat, Abdul Hakim bin Amir. 2003. Alam Jin Menurut Al-Qur'an
dan As-Sunnah (Bantahan terhadap buku: Dialog Dengan Jin Muslim). Jakarta:
Darul Qolam.
Arifuddin. 2015. Ruqyah Syar'iyyah Tanpa Kesurupan Seri 1.
Malang: YBM
Amin, Abul-Mundhir Khalil ibn Ibrahim. 2005. The Jinn and Human
Sickness Remedies in the Light of the Qur'an and Sunnah. Riyadh:
Darussalam.
Bali, Wahid Abdussalam. 2014. Ruqyah: Jin, Sihir &
Terapinya. Jakarta: Ummul Qura.
___________________. 2005. Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara
Mengobatinya Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafi'i
bin Najar, Nashir bin Ahmad. 2016. Mengatasi Sihir dan Kesurupan
Sesuai Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Solo: Thibbia
Ishaq, Ibnu. 2015. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Akbar Media
Katsir, al-Hafizh Ibnu. 2009. Kisah Shahih Para Nabi Jilid 1.
Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
_________________. 2012. Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah.
Jakarta: Pustaka As-Sunnah
Philips, Abu Aminah Bilal. 2012. Ibn Taymiyah's Essay on The
Jinn (Demons). IIPH
Al-Qur'anul Karim dan Al-Hadits
Adham, Ibrahim Kamal. 2009. Kupas Tuntas Jin & Sihir.
Jakarta: Darus Sunnah
Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2017. Rahasia Alam Malaikat, Jin dan
Setan. Jakarta: Qisthi Press
As-Suyuthi, Imam. 2006. Jin. Jakarta: Darul Falah
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 2006. Zadul Ma'ad Bekal Perjalanan
Akhirat Jilid 5. Jakarta: Griya Ilmu
____________________. 2012. Kelengkapan Tarikh Rasulullah.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
_____________________. 2017. Taman Cinta dan yang Dirundung
Asmara. Banyumas: Buana Ilmu Islam
Al-Mishri, Syekh Mahmud. 2014. Sirah Rasulullah: Perjalanan Hidup
Manusia Mulia. Solo: Tinta Medina
Ash-Shallabi, Ali Muhammad. 2014. Sirah Nabawiyah (Ulasan Kejadian
dan Analisis Peristiwa dalam Perjalanan Hidup Rasulullah. Surakarta: Insan
Kamil
Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. 2011. Sirah Nabawiyah.
Jakarta: Ummul Qura
Amri, Yasir dan Syahirul Alim Al-Adib. 2012. Sendiri Mengusir
Gangguan Jin. Solo: Aqwam
Abdat, Abdul Hakim bin Amir. 2003. Alam Jin Menurut Al-Qur'an
dan As-Sunnah (Bantahan terhadap buku: Dialog Dengan Jin Muslim). Jakarta:
Darul Qolam.
Arifuddin. 2015. Ruqyah Syar'iyyah Tanpa Kesurupan Seri 1.
Malang: YBM
Amin, Abul-Mundhir Khalil ibn Ibrahim. 2005. The Jinn and Human
Sickness Remedies in the Light of the Qur'an and Sunnah. Riyadh:
Darussalam.
Bali, Wahid Abdussalam. 2014. Ruqyah: Jin, Sihir &
Terapinya. Jakarta: Ummul Qura.
___________________. 2005. Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara
Mengobatinya Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafi'i
bin Najar, Nashir bin Ahmad. 2016. Mengatasi Sihir dan Kesurupan
Sesuai Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Solo: Thibbia
Ishaq, Ibnu. 2015. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Akbar Media
Katsir, al-Hafizh Ibnu. 2009. Kisah Shahih Para Nabi Jilid 1.
Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
_________________. 2012. Ringkasan Al-Bidayah wa An-Nihayah.
Jakarta: Pustaka As-Sunnah
Philips, Abu Aminah Bilal. 2012. Ibn Taymiyah's Essay on The
Jinn (Demons). IIPH
Komentar
Posting Komentar