Hikmah Diciptakannya Musibah dan Kepedihan

Gambar
Pinterest 🍫 (1). Melahirkan 'ubudiyyah (ibadah) pada saat kesulitan, yaitu berupa kesabaran. Allah berfirman: وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ".....Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiyaa': 35) Terhadap ujian (dari Allah) yang berupa kegembiraan dan kebaikan, maka harus disikapi dengan syukur, sedangkan terhadap ujian berupa kesusahan dan keburukan, haruslah disikapi kesabaran. Semua ini tidak terjadi, kecuali bila Allah membalikkan keadaan atas para hamba, sehingga terlihatlah kejujuran pengabdian kepada Allah Ta'ala. Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Sunggu

Jin dan Kehidupannya Bagian 7 (Hubungan Jin Dengan Manusia)

Jin Takut Kepada Manusia

Umumnya yang beredar di khalayak ramai adalah rasa takut terhadap jin dan segan menyebut-nyebut tentangnya. Padahal jin itu juga takut terhadap manusia. Pada pembahasan sebelumnya kami juga telah mengatakan bahwa jin itu juga takut kepada manusia. Ibnu Abid Dunya meriwayatkan bahwa Mujahid pernah berkata, “Pada suatu malam, ketika saya sedang melakukan shalat, tiba-tiba sesosok makhluk yang mirip anak kecil berdiri di hadapan saya.” Dia berkata, “Saya pun mendekatinya untuk menangkapnya, tetapi dia segera meloncat ke belakang tembok, hingga saya mendengarkan suara loncatannya. Dan setelah itu, dia tidak pernah datang lagi.”

Jin Merasa Dengki Kepada Manusia

Ibnul Qayyim berkata, “Ada dua jenis mata, mata manusia dan mata jin. Dalam sebuah hadits shahih riwayat Ummu Salamah Radhiyallahu Anha bercerita Rasulullah pernah melihat seorang budak perempuan yang wajahnya terdapat warna kuning (suf’ah), yang berada di dalam rumahnya (Ummu Salamah). Maka beliau bersabda, “Bacalah ruqyah untuk sarana perlindungan diri darinya, karena dia memiliki pandangan.”

Husein bin Masud Al-Fara’ berkata, “Maksud dari suf’ah adalah pandangan yang datang dari jin.”

Imam Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits yang dianggap hasan oleh Nasa’i dari Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu Anhu, ia berkata bahwa Rasulullah berlindung dari bangsa jin dan pandangan manusia, sampai diturunkannya surah Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas). Maka beliau pun meninggalkan bacaan yang lain.

Maka jelaslah bagi kita bahwa bangsa jin terkadang merasa dengki kepada manusia. Apakah ini merupakan sifat warisan dari nenek moyang mereka yaitu Iblis?! Allahu A’lam.

Hukum Meminta Perlindungan Kepada Jin

Di dalam surat Al-Jin ayat 6, Allah menceritakan tentang manusia yang meminta perlindungan kepada bangsa jin. Ibnu Katsir berkata, “Maksudnya, kami beranggapan bahwa kami mempunyai kelebihan di atas manusia; karena ketika turun ke suatu lembah atau tempat angker atau yang sejenisnya, mereka meminta perlindungan kepada kami."

Sebagaimana kebiasaan bangsa Arab di masa jahiliyah, mereka meminta perlindungan kepada penguasa (dari kalangan jin) tempat itu supaya tidak berbuat jahat kepada mereka, sebagaimana halnya ketika salah seorang dari mereka memasuki negeri musuhnya dengan pengawalan ketat dari para serdadunya. Tatkala jin melihat bahwa manusia meminta perlindungan kepada mereka dikarenakan takut, jin-jin tersebut semakin membuat mereka merasa semakin takut, segan, ngeri dan waswas, sehingga mereka menjadi manusia yang paling takut dan sering meminta perlindungan kepadanya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Qatadah, “Maka jin-jin menambah dosa dan kesalahan bagi mereka, sehingga jin semakin berani kepada mereka.”

As-Suddi berkata, “Seseorang bepergian dengan keluarganya, dia sampai pada suatu tempat, dan dia mampir di situ, lalu dia berkata, ‘Saya berlindung kepada penguasa lembah ini dari kalangan jin, supaya saya, harta, anak atau binatang ternak saya tidak diganggu.’ Menanggapi hal ini Qatadah berkata, ‘Jika manusia meminta perlindungan kepada selain Allah, niscaya jin akan menambah dosa dan kesalahan mereka’.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah, dia berkata, “Sebenarnya bangsa jin takut kepada manusia, sebagaimana manusia takut - bahkan lebih takut - kepada mereka.”

Apabila manusia berhenti pada sebuah lembah, sebenarnya para jin kabur. Tetapi kemudian pemimpin mereka (manusia) berkata, “Kami berlindung kepada penguasa lembah ini.” Maka jin mendengarnya dan berkata, “Sepertinya, mereka takut kepada kita, sebagaimana kita takut kepada mereka.” Akhirnya, jin-jin ini mendekati mereka, dan menimpakan kegilaan dan kedunguan kepada mereka (kesurupan).

Jadi, meminta perlindungan kepada jin termasuk perbuatan syirik. Imam Qurtubi berkata, “Tidak diragukan lagi bahwa meminta perlindungan kepada jin, dan tidak meminta perlindungan kepada Allah adalah kufur dan syirik.”

Hukum Meminta Pertolongan Kepada Jin

Dasar terapi yang dilakukan para dukun dan tukang sihir adalah meminta pertolongan kepada jin dan setan, dan ini adalah perbuatan syirik karena hal itu termasuk meminta pertolongan kepada selain Allah. Sedangkan yang lebih parah dari itu, bahwa setan-setan itu tidak akan membantu seorang tukang sihir dan dukun, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan, hingga dia kafir kepada Allah. Semakin seseorang dekat dengan tukang sihir dan dukun, dia pun semakin bertambah durhaka kepada Allah. Maka, setan-setan pun semakin bertambah dekat dan patuh kepadanya.

Syaikh Wahid Abdussalam Bali bercerita bahwa ketika beliau masih kecil dulu sering mendengar bahwa seorang tukang sihir yang terkenal tidak akan bisa mempraktikkan sihirnya sampai dia menempelkan ayat-ayat Al-Qur’an di bawah kedua kakinya, lalu masuk WC dengannya. Karena itu, setan selalu menolongnya dan mendatangkan sesuatu ke dalam rumahnya.

Beliau (Syaikh Wahid) juga berkata bahwa hal itu merupakan kekafiran secara terang-terangan dan sudah diketahui, bahkan oleh tukang sihir itu sendiri. Tetapi yang menyedihkan adalah, banyak di kalangan tukang sihir yang kafir kepada Allah, tetapi dia tidak mengetahuinya. Kebanyakan, bahkan semua mantra yang mereka ucapkan dan jimat-jimat yang mereka tuliskan adalah syirik dan kufur secara terang-terangan. Semua ini dituliskan dengan huruf-huruf yang tidak dapat dipahami, terkadang mereka memasukkan penggalan ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam mantra atau jimat ini. Sehingga orang-orang bodoh beranggapan bahwa mereka mengamalkan Al-Qur’an. Saya (Syaikh Wahid) sering melihat bentuk jimat-jimat ini, dan tidak ada satu jimat pun yang terbebas dari unsur syirik. Maksudnya, seorang tukang sihir yang mengucapkan mantra-mantra ini berarti telah kafir, meskipun dia tidak mengetahui bahwa ini adalah perbuatan kekafiran. Bisa jadi Anda melihatnya melakukan shalat dan berpuasa, padahal dia adalah seorang musyrik dan kafir – kita berlindung kepada Allah dari hal ini – dan inilah kerugian dalam agama dan dunianya. Sesungguhnya ini merupakan kerugian yang sangat nyata.

Al-Bukhari dan An-Nasa’i mentakhrij dari Ibnu Mas’ud tentang manusia yang sampai pada taraf menyembah jin, dia berkata, “Ada beberapa orang menyembah beberapa jin. Kemudian jin-jin itu masuk Islam dan manusia tetap menyembah mereka. Maka Allah menurunkan ayat, “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka.” (Al-Isra’ ayat 57).

Bagaimana Manusia Memanfaatkan Jin???

Menurut Dr. Ibrahim Kamal Adam, sebagian ayat Al-Qur’an Al-Karim memberi isyarat bahwa manusia terkadang memanfaatkan jin untuk memenuhi (melaksanakan) sebagian tugas dan pekerjaan, sebagaimana ditegaskan dalam hadits-hadits Rasulullah . Akan tetapi, bagaimanakah terjadinya penundukan jin itu untuk manusia?

Asy-Syibli mengatakan, “Manusia itu jika telah rusak jiwa atau wataknya, maka ia akan selalu menginginkan apa yang bisa membahayakannya, ia mendambakan sesuatu yang bisa merusak akal, agama, akhlak, badan, dan hartanya, sedangkan setan sendiri adalah makhluk buruk (jahat) jika ada manusia yang menyukai azimat, sumpah-sumpah, dan menulis buku-buku sihir, dan yang semisal dengan itu dari perkara-perkara yang dicintai oleh setan berupa kekufuran dan kesyirikan, maka itu semua ibarat suap yang dibayar manusia untuk mereka sehingga setan itu akan memenuhi sebagian. Contohnya seperti orang yang mengupah pembunuh bayaran untuk membunuh orang yang ia inginkan atau seperti mengupah orang untuk membantunya melakukan kekejian, atau seperti seseorang yang mengupah pelacur untuk melakukan perbuatan nista dengannya. Oleh karena itu, mereka banyak menulis dengan disertai kalamullah (ayat-ayat Al-Qur’an) dengan sesuatu yang najis. Terkadang dengan membalik huruf pada firman Allah seperti dalam menuliskan surat Al-Ikhlas ayat 1 atau lainnya dengan benda najis, baik itu darah atau lainnya, atau dengan sesuatu yang tidak najis. Mereka menulis apa saja yang membuat setan ridha, atau mereka berkata-kata yang jika mereka katakan atau tuliskan, setan akan senang dan ridha padanya kemudian menolongnya dalam beberapa urusannya seperti menyelam ke air, atau supaya mengajaknya terbang keliling ke beberapa tempat, atau agar setan memberinya uang yang dia ambil dari manusia seperti harta yang dicuri setan dari para pengkhianat (seperti koruptor) atau harta yang tidak disebutkan nama Allah atau lainnya.”

Allah telah menundukkan jin dan setan untuk Nabi Sulaiman Alaihissalam sehingga beliau bisa memerintahkan mereka dalam melakukan tugas-tugas untuk beliau, sementara yang membangkang terhadap perintah beliau akan dipenjarakan dan disiksa. Allah yang menolong dan melindungi Nabi Sulaiman sehingga para jin dan setan itu tidak berbahaya bagi beliau dan hal ini merupakan pengkhususan dan anugerah dari Allah bagi beliau yang tidak diberikan kepada siapa pun setelahnya. Penguasaan dan penundukan ini merupakan sebagai pemuliaan serta pengabulan terhadap doa Nabi Sulaiman yang Allah abadikan dalam surat Shad ayat 35 yang artinya: “dia berkata, ’Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki siapapun setelahku. Sungguh, Engkaulah yang Maha Pemberi.” Karena doa ini juga yang menyebabkan Nabi kita, Muhammad , mengurungkan niatnya untuk mengikat jin yang datang membawa api kepada beliau saat shalat. Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim.

Para dukun memanfaatkan jasa jin dalam berbagai hal terutama dalam upaya menyingkap ilmu gaib dan mencuri kabar dari langit, hanya saja setelah Rasulullah diutus, langit dijaga ketat dan para setan yang mencuri dengar berita-berita langit akan dilempari dengan bintang (meteor) oleh malaikat-malaikat penjaga yang biasa kita kenal dengan bintang jatuh. Oleh karena itu, terkadang apa yang disampaikan oleh para dukun itu benar tapi satu kebenaran dibungkus oleh seribu kebohongan artinya lebih banyak kebohongannya karena apa yang di dengar oleh para setan itu tidak lengkap sehingga kabar itu mereka tambah-tambahin sendiri. Tapi kebanyakan manusia ketika mendengar satu kebenaran yang disampaikan oleh para dukun itu mereka akhirnya percaya walaupun setelahnya yang disampaikan adalah kebohongan demi kebohongan alias tidak ada lagi yang benar. Inilah salah satu perangkap setan.

Kami pun sering menjumpai hal ini dimana seorang dukun atau tukang ramal ketika menyampaikan suatu berita dan ternyata apa yang diucapkannya benar terjadi sehingga manusia menjadi semakin percaya kepadanya walaupun kata-kata yang dukun atau tukang ramal itu ucapkan selanjutnya banyak tidak benarnya, tidak terbukti alias banyak kebohongannya tapi mereka tetap berpegang pada satu kebenaran yang pernah mereka dengar dan saksikan itu dan seakan menutup mata dan mengabaikan banyaknya ucapan-ucapan dukun atau tukang ramal itu yang tidak terbukti lagi selanjutnya alias hanya kebohongan belaka. Hanya dengan satu ucapan yang kebetulan Allah kehendaki benar itulah sehingga sang dukun atau tukang ramal itu menjadi terkenal dan direkomendasikan kepada banyak manusia dibantu oleh media-media dan setan-setan dari golongan manusia untuk melariskan dagangan kebohongannya demi mendapatkan harta dan perhatian dari manusia sehingga mereka mulai mempercayai semua kata-kata yang disampaikan oleh sang dukun atau tukang ramal tersebut walaupun banyak dari ucapannya yang tidak terbukti lagi alias hanya kebohongan belaka. Siapa yang tertipu? Bahkan sang dukun atau tukang ramal itu tidak tahu kapan ajalnya tiba padahal dia mengaku mengetahui hal-hal gaib dan perkara-perkara yang akan datang. Mengapa para dukun dan tukang ramal itu tidak mengetahui kapan kematiannya sendiri akan tiba dan mengapa dia tidak bertanya pada setan-setan pembantunya agar mencari tahu tentang berita ini????? Atau mengapa dia tidak ingin tahu apakah dia kelak termasuk penghuni neraka ataukah surga? Bukankah ini hal yang paling penting bagi seorang mukmin?

Oleh karena itu, bertanya kepada jin dan membenarkan semua yang ia beritakan serta pengagungan terhadapnya (jin yang ditanya) semuanya termasuk perbuatan yang diharamkan. Adapun bertanya kepadanya (dukun, paranormal atau sejenisnya) dengan maksud ingin menguji dan menguak jati dirinya/serta ia (si penanya) memiliki bekal (ilmu atau cara) yang bisa membedakan antara kedustaan dan kejujuran, maka hal ini dibolehkan.

Beliau juga (Dr. Ibrahim Kamal Adam) berpendapat bahwa berhubungan dengan alam gaib ini merupkan perkara yang sangat dibenci (sangat makruh) tidak akan mendatangkan kebaikan, sebaliknya menjauhinya lebih menjamin keselamatan agama seseorang karena biasanya jin yang hadir adalah jin-jin kafir atau fasik. Yang demikian itu dikarenakan jin mukmin tidak akan mau menerima panggilan atau mau dimanfaatkan dengan ganti persembahan atau ritual ibadah yang dikhususkan untuknya dari mereka yang ingin menghadirkan jin, dari kalangan dukun atau tukang sihir yang najis. Hal ini dikarenakan jin mukmin memiliki kemuliaan diri (harga diri), ia akan menolak kehinaan sebagaimana manusia yang beriman tidak ingin kehinaan.  Sementara itu, jin-jin yang mau hadir (memenuhi undangan dukun atau tukang shir) – sekalipun mereka mengaku mukmin, bertakwa, dan suci – sesungguhnya mereka menampakkan hal itu dilakukan untuk menjaring dan menjebak orang-orang Islam yang jahil.

Hukum Menyembelih Untuk Jin dan Memakan Sembelihannya

Menurut Syaikh Wahid Abdussalam Bali, para ulama sepakat bahwa menyembelih untuk jin hukumnya adalah haram, bahkan ini adalah perbuatan syirik; karena ini adalah sembelihan yang diperuntukkan kepada selain Allah. Seorang muslim tidak boleh memakan sembelihan tersebut apalagi melakukannya. Meskipun demikian, masih banyak orang-orang dungu dan bodoh pada setiap masa dan tempat yang melakukan perbuatan kotor dan hina ini.

Imam Yahya bin Yahya berkata, “Wahab berkata kepada saya, ‘Sebagian khalifah memerintahkan untuk menggali sebuah mata air untuk dialirkan bagi penduduknya, kemudian dia menyembelih binatang untuk para jin agar jin-jin itu tidak mengeruhkan airnya. Lalu dia memberi makan kepada orang-orang dengan daging sembelihan itu. Ketika hal itu terdengar oleh Ibnu Syihab, maka dia berkata, “Sesungguhnya dia telah melakukan sembelihan yang tidak halal baginya, juga memberikan kepada orang-orang dengan sesuatu yang tidak halal bagi mereka. Rasulullah melarang untuk memakan sembelihan yang diperuntukkan kepada jin.”

Al-Allamah Syamsuddin berkata, “Perbuatan ini bisa disamakan dengan adat mereka sebelum Islam; yaitu menghiasi hamba sahaya perempuan yang cantik dan memakaikan pakaian yang paling indah padanya, lalu melemparkannya ke dalam sungai Nil agar airnya kembali mengalir. Kemudian Allah menghapuskan adat jahiliyat itu melalui tangan orang yang ditakuti para jin, dia adalah Al-Faruq Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu yang telah menghancurkan adat hina ini. Begitulah, seandainya yang menggali mata air ini dan yang lainnya adalah lelaki seperti Umar, niscaya setan akan menyingkir darinya dan air akan mengalir, meskipun mereka tidak rela. Dan tidak perlu menyembelih satu sembelihan pun, meski hanya seekor burung, atau yang lebih kecil darinya. Tetapi pada setiap masa ada pahlawannya.”

Hingga saat ini, penyembelihan yang diperuntukkan kepada jin ini masih dilakukan oleh para dukun dan tukang sihir yang berhubungan dengan jin.

Maka tidak heran jika kita masih sering melihat orang-orang bodoh yang pergi kepada tukang-tukang sihir untuk mendapatkan sihir atau mengobati orang yang kesurupan atau hal-hal yang serupa. Para tukang sihir tersebut meminta kepada mereka untuk menyediakan hewan dengan ciri-ciri tertentu, lalu mereka menyembelihnya dan melumuri orang yang sakit dengan darahnya kemudian tukang-tukang sihir itu menyuruh mereka melempar hewan tersebut ke dalam sumur dengan tidak menyebut nama Allah atau menguburkan hewan sembelihan tersebut di tempat-tempat tertentu. Beginilah praktik penyembelihan (untuk jin) yang terlarang itu, meskipun si penyembelih tidak menyebutkan nama jin, karena setiap amal tergantung kepada niatnya.

Orang yang menyembelih selain nama Allah adalah orang yang terlaknat. Di dalam shahih Muslim disebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu, dia berkata, Rasulullah bersabda yang artinya: “Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah.”

Martabat Jin Lebih Rendah dan Lebih Hina Daripada Manusia

Syaikh Abu Bakar Al-Jaza’iri berkata, Sesungguhnya derajat dan martabat jin – meskipun dari kalangan jin yang shalih – lebih rendah dan lebih hina daripada manusia. Karena Allah Sang pencipta telah menetapkan dan menyatakannya kemuliaan manusia di dalam firman-Nya dalam Surat Al-Isra’ ayat 70." Pemuliaan seperti ini belum pernah dinyatakan kepada bangsa jin; baik di dalam salah satu kitab Allah, maupun melalui lisan salah seorang rasul-Nya. Dengan begitu, jelaslah bahwa derajat dan martabat manusia lebih tinggi daripada jin.

Yang menunjukkan hal itu adalah perasaan jin bahwa mereka mempunyai kekurangan dan kelemahan dibandingkan manusia. Sedangkan ini semua diperkuat dengan adanya fakta bahwa para jin merasa dihormati dan dimuliakan tatkala manusia meminta perlindungan kepada mereka, karena dengan hal tersebut berarti manusia mengagungkan dan meninggikan derajat para jin, padahal sebenarnya mereka tidaklah demikian. Akhirnya jin-jin tersebut semakin menyesatkan dan membuat manusia ingkar kepada Allah.

Di dalam surat Al-Jin ayat 6 Allah mengabarkan tentang keadaan manusia yang meminta perlindungan kepada jin. Bukti dari hal itu adalah; jika ada manusia yang bertawassul (mengambil perantara untuk menyampaikan kebutuhan) kepada mereka atau kepada nama-nama para pembesar mereka, atau bersumpah dengan para leluhur mereka, maka para jin itu akan mengabulkan permintaannya dan memenuhi kebutuhannya. Semua itu disebabkan karena jin-jin tersebut merasa lemah dan hina di hadapan manusia yang beriman kepada Allah dan beribadat kepada-Nya dengan mengesakan Dzat-Nya; baik pada sisi uluhiyah, ibadah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Adapun manusia yang musyrik dan kafir, mereka lebih hina dan lebih rendah dibandingkan dengan jin-jin yang shalih.

Apakah Jin Menyakiti Manusia???

Syaikh Abu Bakar Al-Jaza’iri berkata, “Sesungguhnya fakta yang menyatakan bahwa bangsa jin menyakiti manusia tidak bisa dipungkiri berdasarkan tetapnya dalil dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah dan realita-realita yang pernah terjadi. Kalaulah bukan karena tirai-tirai penghalang dari para malaikat yang diperintahkan Allah untuk menjaga manusia, niscaya tidak ada seorang pun yang selamat dari gangguan jin dan setan. Yang demikian itu karena manusia tidak dapat melihat mereka dan bahwa adanya kemampuan mereka untuk berubah bentuk dalam waktu yang relatif cepat, dan juga karena tubuh mereka yang halus dan lembut sehingga kita tidak dapat merasakan dan menyentuhnya.”

Dari sini dapat diyakini bahwa sebagian jin menyakiti (mendzalimi) manusia; apakah karena manusia itu sendiri yang mulai mengganggu atau menyakiti mereka dengan menyiramkan air panas kepada mereka atau mengencingi mereka, atau menempati tempat tinggal mereka tanpa sadar sehingga mereka membalas dan menyakiti manusia. Atau karena sebagian dari jin itu memang ingin menyakiti manusia, sehingga mereka pun menyakiti manusia tanpa sebab apapun, sebagaimana hal itu juga terjadi antara seorang manusia dengan saudaranya sesama manusia, entah karena sebab-sebab khusus atau karena hanya ingin menyakiti saja. Hal ini dapat kita saksikan pada kehidupan manusia yang rusak fitrah, lemah iman dan akalnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Terkadang gangguan jin kepada manusia disebabkan karena syahwat, hawa nafsu dan rasa cintanya yang mendalam kepada orang yang dirasukinya, sebagaimana yang terjadi pada manusia.”

Terkadang gangguan jin juga terjadi karena kebencian dan balas dendam mereka. Ada juga jin yang bodoh dan suka berbuat dzalim, sehingga mereka akan membalas perbuatan manusia dengan balasan yang lebih keras dari yang tidak seharusnya diterimanya. Terkadang mereka menyakiti manusia karena ingin bermain-main dengannya atau berbuat jahat kepadanya sebagaimana yang terjadi di kalangan manusia. Setan dari kalangan bangsa jin dapat mengganggu manusia juga salah satunya dengan malakukan sihir yang bekerja sama dengan para tukang sihir dan para dukun untuk menyakiti manusia.  

__ooOoo__


Kesimpulan dari pembahasan ini adalah:

·            Jin juga takut kepada manusia. Jin berani kepada manusia ketika manusia berlindung dan takut kepada mereka.

·            Bangsa jin terkadang merasa dengki kepada manusia. Maka kita perlu berlindung kepada Allah dari pandangan kedengkian mereka.

·            Meminta perlindungan dan pertolongan kepada jin termasuk perbuatan syirik. Imam Qurtubi berkata, “Tidak diragukan lagi bahwa meminta perlindungan kepada jin, dan tidak meminta perlindungan kepada Allah adalah kufur dan syirik.”

·            Setan dari kalangan bangsa jin tidak akan mau membantu manusia kecuali manusia mau melakukan hal-hal yang disenangi oleh setan berupa kekufuran dan kesyirikan.

·            Hukum bertanya kepada jin dan membenarkan semua yang ia beritakan serta pengagungan terhadapnya (jin yang ditanya) semuanya termasuk perbuatan yang diharamkan.

·            Manusia dapat bekerja sama dan memanfaatkan jasa jin yang berupa setan dengan bayaran kekufuran dan kesyirikan yang dilakukannya. Semakin manusia itu kufur maka setan akan semakin setia dan taat kepadanya.

·            Para ulama telah sepakat bahwa menyembelih untuk jin hukumnya adalah haram, bahkan ini adalah perbuatan syirik; karena ini adalah sembelihan yang diperuntukkan kepada selain Allah. Seorang muslim tidak boleh memakan sembelihan tersebut apalagi melakukannya.

·            Sesungguhnya derajat dan martabat jin – meskipun dari kalangan jin yang shalih – lebih rendah dan lebih hina daripada manusia. Adapun manusia yang musyrik dan kafir, mereka lebih hina dan lebih rendah dibandingkan dengan jin-jin yang shalih.

·            Jin dapat mengganggu dan menyakiti manusia dengan berbagai macam sebab seperti:

1.          Jin lelaki mencintai seorang perempuan (manusia) atau jin perempuan mencintai seorang lelaki.

2.         Manusia mendzalimi jin baik dengan menyiramkan air panas, menimpanya dari tempat yang tinggi, mengencinginya atau yang lainnya baik secara sengaja ataupun tidak.

3.         Jin berbuat dzalim kepada manusia, seperti ketika ia merasuki manusia tanpa sebab. Merasuki tidak mudah dilakukan oleh jin kecuali jika seorang manusia berada dalam salah satu dari empat keadaan di bawah ini:

a.           Kemarahan yang meluap-luap.

b.          Ketakutan yang sangat.

c.           Memperturutkan nafsu syahwat.

d.          Kelalaian yang melenakan.

4.        Setan dari kalangan jin berkolaborasi dengan para tukang sihir dan para dukun untuk menyakiti manusia dengan melakukan berbagai macam praktik sihir.


__ooOoo__


Baca selanjutnya Mengenal Seluk Beluk Setan dan Tipu Dayanya


Referensi:

1. Al-Qur'anul Karim dan Al-Hadits

2. Adham, Ibrahim Kamal. 2009. Kupas Tuntas Jin & Sihir. Jakarta: Darus Sunnah

3. Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2017. Rahasia Alam Malaikat, Jin dan Setan. Jakarta: Qisthi Press

4. As-Suyuthi, Imam. 2006. Jin. Jakarta: Darul Falah

5. Amri, Yasir dan Syahirul Alim Al-Adib. 2012. Sendiri Mengusir Gangguan Jin. Solo: Aqwam

6. Abdat, Abdul Hakim bin Amir. 2003. Alam Jin Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah (Bantahan terhadap buku: Dialog Dengan Jin Muslim). Jakarta: Darul Qolam.

7. Arifuddin. 2015. Ruqyah Syar'iyyah Tanpa Kesurupan Seri 1. Malang: YBM

8. Amin, Abul-Mundhir Khalil ibn Ibrahim. 2005. The Jinn and Human Sickness Remedies in the Light of the Qur'an and Sunnah. Riyadh: Darussalam.

9. Bali, Wahid Abdussalam. 2014. Ruqyah: Jin, Sihir & Terapinya. Jakarta: Ummul Qura. 

10. ______________. 2005. Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i

11. bin Najar, Nashir bin Ahmad. 2016. Mengatasi Sihir dan Kesurupan Sesuai Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Solo: Thibbia

12. Philips, Abu Aminah Bilal. 2012. Ibn Taymiyah's Essay on The Jinn (Demons). IIPH


Komentar

Popular Posts

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadai Auladina (ABY untuk Anak-Anak)

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadaik (Cetakan Baru)

Mengenal Jenis-Jenis Sayuran

Download Buku Durusul Lughah Versi Bahasa Inggris Complete (Jilid 1-8)

Download Buku Belajar Bahasa Arab Untuk Anak-Anak (Arabic Talking Books Full Set) Plus Audio and Video

Sejarah Perkembangan Membran Sel

Download Buku Bacaan Berbahasa Arab Untuk Anak-Anak 1