Hikmah Diciptakannya Musibah dan Kepedihan

Gambar
Pinterest 🍫 (1). Melahirkan 'ubudiyyah (ibadah) pada saat kesulitan, yaitu berupa kesabaran. Allah berfirman: وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ".....Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiyaa': 35) Terhadap ujian (dari Allah) yang berupa kegembiraan dan kebaikan, maka harus disikapi dengan syukur, sedangkan terhadap ujian berupa kesusahan dan keburukan, haruslah disikapi kesabaran. Semua ini tidak terjadi, kecuali bila Allah membalikkan keadaan atas para hamba, sehingga terlihatlah kejujuran pengabdian kepada Allah Ta'ala. Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Sunggu

Jin dan Kehidupannya Bagian 6

Kemampuan Bangsa Jin

Allah memberi jin kemampuan yang tidak diberikan kepada manusia. Allah telah menceritakan tentang sebagian dari kemampuan tersebut, salah satunya adalah kecepatan gerak dan berpindah tempat. Ingat lagi tentang kisah jin Ifrit dalam kisah nabi Sulaiman. Jin juga memiliki kemampuan yang luar biasa seperti mampu menyelam ke dasar lautan, mampu mendatangkan benda-benda berat dari tempat yang jauh dalam waktu yang singkat, ada juga yang mampu membuat patung-patung dan periuk-periuk raksasa seperti yang telah Allah firmankan dalam surat Shad ayat 37.

Source: paktales.com

Jin juga memiliki kemampuan untuk menularkan pemikiran dan akidah serta mendakwahkannya. Dengan kemampuan berpikirnya juga, mereka dapat membisikkan serta menimbulkan rasa was-was ke dalam hati manusia. Seandainya bujuk rayu mereka tidak disertai dengan argumen dan logika tentu mereka tidak bisa mempengaruhi banyak orang dan menyesatkan mereka seperti yang telah Allah firmankan dalam surat An-Naas Ayat 5-6, juga dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ad-Darimi, Rasulullah bersabda yang artinya: “Sesungguhnya setan itu mengalir pada diri manusia melalui aliran darah, dan aku khawatir ia menebarkan sesuatu (prasangka, was-was) di hati kalian.” Hal ini menunjukkan bahwa bisikan setan menguasai dan mengelilingi manusia dari segala sisi, sebagaimana darah meliputi setiap sel-sel manusia. 

Jin juga memiliki kemampuan bahasa yang menyerupai kemampuan manusia, mereka juga diyakini memiliki kemampuan dalam bersyair. Bangsa jin juga diyakini memiliki pengetahuan tentang medis. Jin juga mampu menaiki tempat-tempat yang tinggi di luar angkasa, sebagaimana manusia pada saat ini sedang mencoba hal itu seperti yang Allah firmankan dalam surat Ar-Rahman ayat 33 dan juga dalam surat Al-Jin ayat 8 sebelum Rasulullah  diutus, setelah diutusnya Rasulullah  , bangsa jin tidak bisa lagi mencuri dengar tentang berita-berita langit.

Diantara berbagai macam kemampuan intelektual dan fisik yang luar biasa dari bangsa jin yang sudah kami sebutkan di atas tadi, tetap saja bangsa jin tidak bisa mengetahui (menyingkap) alam gaib sebagaimana halnya bagi seluruh makhluk. Mereka (bangsa jin) tegaskan sendiri seperti yang Allah firmankan dalam surat Al-Jin ayat 10. Begitu juga seperti yang mereka tegaskan pada saat nabi Sulaiman meninggal dunia, mereka tidak mengetahuinya kecuali setelah lama karena mereka tetap seperti dalam kondisi nabi Sulaiman masih hidup yaitu menjalankan perintahnya tanpa mengetahui bahwa beliau telah meninggal dunia. Mereka tidak mengetahui kematian beliau kecuali setelah rayap-rayap menggerogoti tongkat nabi Sulaiman sehingga beliau jatuh ke tanah seperti yang Allah firmankan dalam surat Saba’ ayat 14.

Begitu juga, kemampuan yang luar biasa dari bangsa jin ini tetap tidak bisa menyentuh (menyakiti) hamba-hamba Allah yang mukmin karena Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 99 yang artinya: “Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya.”  Jadi, kemampuan jin untuk menguasai manusia hanyalah sebatas bisikan dan merasuki (gangguan kerasukan). Jika Anda mengikuti tulisan-tulisan kami dari awal terkait bangsa jin, mungkin Anda sudah bisa menemukan beberapa clue yang bisa menjelaskan kapan gangguan bangsa jin dan setan itu berpengaruh kepada manusia dan apa saja akibat-akibatnya.

Keyakinan yang beredar di tengah-tengah masyarakat umum khususnya kalangan orang-orang yang bodoh (awam) adalah mereka meyakini bahwa jin itu mengetahui perkara gaib, karena itu mereka ramai-ramai mendatangi para dukun atau siapa saja yang menjalin hubungan dengan jin, dengan tujuan mencari tahu nasib atau perkara-perkara yang akan terjadi kemudian hari, termasuk tentang kematian, lamanya hidup, dengan siapa akan menikah dan lain sebagainya. Sementara itu, jin dengan segenap kemampuan dan kelicikan yang dimilikinya berusaha memantapkan keyakinan seperti ini yang pada akhirnya akan menjerumuskan seseorang kepada kekufuran. Meyakini bahwa bangsa jin dapat mengetahui hal-hal gaib merupakan sebuah keyakinan yang batil, bertentangan dengan iman dan akidah yang benar. Tapi sayangnya, kebanyakan manusia tidak menyadari dan mengetahuinya. Jika mereka diberi nasehat agar meninggalkan perbuatannya tersebut, kebanyakan dari mereka tidak terima, marah, mengancam, menyerang balik dengan berbagai macam argumen-argumen lemah dan menjatuhkan kehormatan serta pribadi orang yang menasehati dan seterusnya. 

Banyak juga manusia yang meyakini tentang kemungkinan untuk menguasai (mengendalikan) jin dalam memenuhi kebutuhan seseorang dengan cara menulis rajah, azimat, dan membakar dupa (kemenyan). Mereka juga membagi jin dalam dua kelompok yaitu sufliy (rendahan) dan ‘ulwiy (tingkat tinggi), atau jin yang berperangai setan, serta jin yang memiliki kasih sayang. Masing-masing dari jenis jin ini memiliki rajah atau kemenyan khusus, serta penugasan mereka dalam hal berbeda. Jin tingkat tinggi digunakan untuk perkara-perkara baik, cinta dan kasih sayang di antara manusia, sedangkan jin rendahan digunakan untuk menyakiti, meneror, kebencian dan perselisihan.

Sebagaimana pembagian jin menjadi jin tingkat tinggi dan jin rendahan, mereka juga membeda-bedakan bangsa jin dari sisi tugas dan warna. Ada jin merah, jin hitam, jin hijau, ada pula jin yang bisa terbang, jin penyelam, serta jin penjelajah gurun dan padang pasir. Banyak juga orang yang meyakini tentang kemampuan jin yang bisa mendatangkan benda sekalipun dari jarak yang jauh dan atau benda yang berat.

Ada juga yang meyakini kemampuan jin yang bisa melihat sesuatu dari jarak yang jauh atau menemukan barang yang hilang. Mereka juga meyakini kemampuan jin dalam menjaga harta karun, inilah yang dinamakan ar-rashdu. Harta ini tidak bisa diperoleh kecuali dengan mengadakan acara sembelihan untuk jin atau diadakan jamuan (persembahan) aneka makanan, atau dengan membakar aneka kemenyan. Jika ada orang yang mencoba mendekati harta karun tersebut (tanpa ritual persembahan ini), maka jin akan menyakitinya dengan cara-cara tertentu seperti terkubur dalam lubang yang ia gali untuk mengeluarkan peti harta karun, atau kepalanya terlempar batu, atau tercekik, atau jin akan menampakkan diri dalam bentuk menakutkan yang akan menyebabkan orang tersebut menjadi gila.

ooOoo

Kemampuan Bangsa Jin Berubah Wujud

Jin itu memiliki kemampuan untuk menampakkan diri dalam bentuk manusia dan binatang. Terkadang jin muncul dalam bentuk ular, kalajengking, unta, sapi, kambing atau lainnya. Syaikh Muhammad Mutawalli Sya’rawi pernah membantah satu pertanyaan seputar kemampuan jin untuk menampakkan diri, ia mengatakan, “masa penampakan jin sangat cepat (sebentar sekali) karena jika ia menampakkan diri dalam bentuk sesuatu, maka ia akan dihukumi seperti sesuatu yang ia serupai. Jika ia mengambil bentuk materi (yang kelihatan), maka ia tidak bisa lepas dari hukum materi tersebut sehingga mungkin saja membunuhnya dengan tembakan atau menyembelihnya dengan pisau. Rasulullah ketika setan menampakkan diri di hadapan beliau, beliau bersabda, “Sungguh aku hendak mengikatnya di salah satu tiang masjid agar dijadikan mainan oleh anak-anak Madinah.” Dan ketika setan tersebut terikat, ia tidak bisa melepaskan diri karena ia harus tunduk kepada hukum yang ditetapkan Allah pada materi tersebut.”

Setan juga memiliki kemungkinan menampakkan diri dalam rupa manusia seperti kisah datangnya setan kepada kaum Qurais ketika hendak keluar menuju Badr dalam rupa Suraqah bin Malik bin Ju’tsum. Allah berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 48. Ada juga kisah tentang Qurais ketika berkumpul di Daar An-Nadwah untuk  bermusyawarah mengenai Rasulullah, setan datang dalam rupa orang tua dari Najed kemudian mengemukakan ide yang ia inginkan. Hal ini Allah firmankan dalam surat Al-Anfal ayat 30. Masih ada lagi kisah tentang Ammar bin Yasir Radhiyallahu Anhuma ketika setan menampakkan diri kepadanya dalam rupa seorang budak hitam, maka terjadilah pergulatan dan akhirnya Ammar Radhiyallahu Anhuma berhasil mengalahkannya.

Dalam sebuah hadits yang sangat panjang yang diriwayakan dari Abu Hurairah dalam Shahih Bukhari hadits no. 2311 tentang setan yang menjelma menjadi manusia dan mencuri makanan. Hal ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa jin bisa menjelma dan berubah bentuk.

Dalam Shahih Muslim hadits no.1572 disebutkan dari Jabir bin Abdullah ia berkata, “Rasulullah memerintahkan kami supaya membunuh anjing, bahkan anjing milik seorang wanita Badui yang selalu mengiringinya juga kami bunuh. Kemudian Nabi melarang membunuh anjing seperti itu dan beliau bersabda, “Bunuhlah anjing yang berwarna hitam dengan dua titik putih dikeningnya, karena anjing itu jelmaan dari setan.’”

Dalam Shahih Muslim hadits no. 510 juga disebutkan bahwa Rasulullah  bersabda, “Anjing hitam adalah setan.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, “Anjing hitam adalah setan yang menjelma anjing. Jin bisa berubah dengan beragam bentuk. Bisa juga dalam bentuk kucing hitam. Karena hitam lebih mencerminkan kekuatan setan daripada warna yang lainnya. Dan pada warna tersebut terdapat kekuatan gaib.” Beliau juga berkata, “Jin bisa berubah bentuk menjadi manusia dan hewan, bisa berupa ular, kalajengking, atau yang lainnya. Bisa juga berubah bentuk menjadi unta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai, burung dan anak Adam.”

Adakalanya jin menjelma menjadi ular. Oleh karena itu Rasulullah melarang untuk membunuh ular-ular rumahan. Dalam Shahih Muslim hadits no. 2236 terdapat sebuah kisah yang panjang tentang ular jelmaan tersebut.

Diriwayatkan dari Thabrani bahwasannya Nabi bersabda, “Ular adalah jelmaan jin, sebagaimana kera dan babi adalah jelmaan dari Bani Israil.

Jin itu menampakkan diri dalam bentuk yang berbeda-beda, jika berupa ular yang biasa tinggal (ditemukan) di rumah-rumah, maka bisa jadi ia adalah jin. Oleh karena itu, harus diperingatkan sebanyak tiga kali, jika ia tetap tidak pergi maka ia boleh dibunuh. Alasannya karena jika ia benar-benar ular, maka sepantasnya dibunuh. Akan tetapi, jika seorang jin, maka berarti ia sengaja ingin melawan akibat menampakkan diri kepada manusia dalam bentuk ular yang membuat mereka takut. Orang yang melawan (menantang dan zhalim) adalah pengacau yang boleh diusir.

Catatan:

1. Hukum larangan membunuh binatang ini berlaku khusus untuk ular, bukan yang lain.

2. Akan tetapi tidak semua ular, kecuali hanya ular yang kita lihat di rumah saja. Adapun ular yang terlihat di luar rumah maka kita diperintah untuk membunuhnya.

3. Jika kita melihat ular di dalam rumah, kita perintahkan ia agar keluar seperti dengan mengatakan, “Aku bersumpah kepada Allah agar engkau keluar dari rumah ini dan agar engkau jauhkan kejahatanmu dari kami. Jika tidak, kami akan membunuhmu.” Jika setelah tiga hari ular ini masih ada, hendaklah dibunuh.

4. Alasan membunuh ular ini setelah tiga hari adalah karena kita sudah memastikan bahwa ia bukanlah jelmaan jin muslim. Andai ia adalah jelmaan jin muslim, ia pasti sudah pergi. Begitu pun jika ia adalah jelmaan jin kafir yang durhaka, layak pula dibunuh karena ia mengganggu dan menimbulkan ketakutan bagi penghuni rumah.

5. Ada satu jenis yang dikecualikan dari ular rumah. Jenis ular ini boleh dibunuh tanpa diberitahu terlebih dahulu. Dalam Shahih Bukhari diriwayatkan dari Abu Lubabah bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian bunuh ular rumah, kecuali ular jahat yang memiliki dua tanduk karena ular ini berpengaruh menggugurkan kandungan dan membutakan mata maka bunuhlah.”

Jin ada juga yang menampakkan diri dalam bentuk setan yang beraneka ragam konon terbagi dalam beberapa macam, di antaranya:

Ø  Al-Walhan, terdapat di pulau-pulau di tengah lautan dalam bentuk manusia. Sebagian musafir menceritakan bahwa nampak kepadanya perahu (sampan), sementara ia (jin) naik burung unta untuk mengambil perahu tersebut kemudian berteriak dengan suara yang dahsyat sehingga semua orang yang mendengar jatuh tersungkur.

Ø As-Su’lah. Dikisahkan sebagian dari mereka (jin) berdandan (berpakaian) dengan pakaian kaum wanita dan sesekali menampakkan diri pada kaum lelaki.

Ø Madzhab, menyerupai seorang yang ahli ibadah, tujuannya adalah agar mereka (ahli ibadah) merasa takjub terhadap mereka (jin).

Ø ‘Ifrit yang suka menculik kaum wanita.

Ghailan dan Sa’ali adalah sebutan setan yang paling tersohor di kalangan bangsa Arab. Al-Qazwini mengatakan, “Ia adalah hewan buruk yang tidak tunduk pada sunnatullah di alam ini, ketika ia keluar sendirian, ia tidak akan merasa betah dan kerasan, biasanya tinggal di tanah-tanah kosong, jin jenis ini bisa berubah rupa menjadi manusia dan binatang, terkadang ia suka menampakkan diri bagi orang yang bepergian sendirian di malam hari atau pada waktu-waktu sepi, sehingga ia akan dikira manusia, tetapi tiba-tiba ia akan menghadang jalan musafir."

Al-Jahizh mengatakan, “Al-Ghaul adalah nama segala sesuatu dari jin yang menampakkan diri kepada para musafir dan mengikuti warna-warna gambar dan pakaian, baik yang laki-laki maupun jin perempuan, hanya saja kebanyakan adalah jin perempuan.” Ia juga mengatakan, “As-Su’lah sebutan untuk satu jin perempuan yang menampakkan diri dengan penampilan buruk (menghantui) untuk menakut-nakuti para musafir. Orang-orang mengatakan bahwa hal ini ia lakukan secara main-main atau karena ia sangat takut kepada manusia sehingga akalnya berubah (gila), karena mereka tidak bisa menguasai akal sehat. “ Sedangkan pendapat As-Suhali mengatakan bahwa Su’lah adalah setan (jin) yang nampak di siang hari, sedangkan Ghaul adalah yang nampak di malam hari.”

Al-Qazwini menilai bahwa Su’lah adalah jenis setan yang berbeda dengan Ghaul, ia (Su’lah) lebih banyak ditemui di pohon-pohon besar. Jika ia menemukan manusia, maka ia menari gembira dan mempermainkannya seperti seekor kucing yang mempermainkan tikus. Jika serigala memangsanya, ia akan berteriak minta bantuan. Hanya saja kaum jin mengetahui bahwa yang berteriak minta tolong adalah Su’lah, maka tidak ada seorang pun dari mereka yang mau menolong sehingga akhirnya disantap serigala.

Terkait masalah serigala ini, terdapat semacam kesepakatan dalam masyarakat dan meyakini bahwa jin itu takut dengan serigala dan tidak mampu menampakkan diri dalam rupa serigala, bahkan mereka menekankan bahwa serigala akan memburu jin jika menampakkan diri dan akan menyantapnya, sebagaimana jin juga akan lari karena mencium baunya. Oleh karena itu, sebagian orang yang sering menemui mereka di desa-desa yang jauh di pegunungan selalu memperhatikan untuk membawa hijab yang ada jejak serigala seperti bulu, tulang ataupun kulit. Semua ini tidak ditemukan dalil syar’i yang mendukungnya, bahkan sengaja mengenakan hijab (tabir) dengan cara semacam ini bertentangan dengan syari’at dilihat dari beberapa sisi:

a.           Bertawakkal kepada selain Allah

b.          Jejak serigala adalah najis.

c.           Shalat tidak sah jika terdapat najis.

ooOoo

Bagaimana Cara Bangsa Jin Merubah Wujud atau Rupanya?

Al-Qadhi Abu Ya’la, Muhammad bin Husein bin Fara’ berkata, “Sebenarnya, setan-setan tidak mempunyai kemampuan untuk mengubah wujud mereka,  dan meniru bentuk lain. Tetapi mereka hanya diajarkan Allah beberapa kalimat dan beberapa amalan. Jika mereka mengamalkan dan mengucapkan kalimat tersebut, Allah akan mengubah wujudnya ke bentuk yang lain. Bisa dikatakan bahwa kemampuan setan untuk merubah wujud terjadi jika ia mengucapkan kalimat-kalimat atau mengamalkan amalan-amalan tersebut, maka Allah akan merubah dirinya menyerupai bentuk makhluk lain, sebagaimana yang sering terjadi. Sedangkan jika ia sendiri yang ingin mengubah wujudnya, maka hal ini merupakan sesuatu yang mustahil. Karena proses perubahan wujud dari satu bentuk ke bentuk lain bisa terjadi setelah ia menghancurkan dirinya dan mencerai-beraikan anggota tubuhnya. Dan jika wujudnya hancur, dia akan mati."

Dalam hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah disebutkan bahwa terdapat sesosok hantu yang muncul di hadapan Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu, maka beliau berkata, “Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dapat mengubah dirinya dari wujud aslinya, tetapi mereka memiliki tukang sihir (untuk menyihirnya agar berubah wujud), sebagaimana tukang sihir yang ada di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat hal itu, hendaknya kalian mengumandangkan adzan.” Al-Hafidzh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 6/344 mengatakan, “Sanad hadits ini shahih.”

Ibnu Abid Dunya juga meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Rasulullah pernah ditanya mengenai hantu. Beliau bersabda, “Mereka adalah ahli sihir dari kalangan jin”. Tetapi sanad hadits ini dha’if jiddan (lemah sekali), karena di dalam sanadnya terdapat tiga cacat.

Namun dalam hadits shahih Muslim dari jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah bersabda yang artinya: “Tidak ada penyakit menular dengan sendirinya, tidak ada ramalan musibah dan tidak ada hantu.”

Dalam hadits di atas, Rasulullah tidak menafikan keberadaan hantu, tetapi yang beliau nafikan adalah mitos bangsa Arab yang meyakini bahwa hantu dapat menyesatkan manusia.

Imam Nawawi berkata, “Jumhur ulama mengatakan, ‘Dahulu orang-orang Arab menganggap bahwa padang-padang yang kosong terdapat hantu-hantu dari jenis setan. Hantu-hantu tersebut memperlihatkan pemandangan yang tidak sebenarnya kepada manusia dan menjadikan matanya melihat warna yang berbeda. Lalu hantu-hantu tersebut menyesatkan jalan mereka, kemudian membinasakan mereka. Maka Rasulullah menghapus (kepercayaan batil) ini."

Ulama yang lain berpendapat, “Maksud hadits ini bukanlah menafikan keberadaan hantu, tetapi menghapus kepercayaan orang-orang Arab yang meyakini bahwa hantu-hantu itu berwujud dalam bermacam-macam bentuk dan menipu daya." Para ulama tersebut berkata, “Maksud daripada tidak ada hantu adalah bahwa hantu tidak dapat menyesatkan siapa pun.” Dia berkata, “Pendapat ini dikuatkan oleh hadits Muslim dalam Syarah Muslim 14/217  yaitu “Tidak ada hantu tetapi As-Su’ala.” Para ulama menjelaskan, “As-Su’ala” adalah ahli sihir dari bangsa jin. Maksudnya, di kalangan jin juga terdapat ahli sihir yang bisa menipu daya dan menghipnotis.”

Itulah salah satu rahasia mengapa bangsa jin dapat menyerupai sesuatu atau merubah wujudnya menyerupai makhluk lain. Wallahu A'lam.

ooOoo

Wujud Asli Bangsa Jin dan Menjelma Menjadi Manusia

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa di dalam kitab "Manaqibusy Syafi'i" Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya dari Rabi', dia berkata, "Saya mendengar Imam Syafi'i mengatakan: "Barangsiapa yang mengaku  bisa melihat jin (dalam bentuk aslinya), kami anggap persaksiannya tidak diterima lagi, kecuali kalau dia seorang nabi." Ibnu Hajar berkomentar, "Hal ini berlaku bagi orang yang mengaku melihat mereka (bangsa jin) dalam bentuk aslinya. Sedangkan orang yang mengaku melihat salah satu dari mereka setelah berubah wujud menjadi hewan, hal ini tidaklah tercela. Sebab banyak sekali khabar yang menyatakan perubahan ragam bentuk mereka." 

Jadi, tidak ada yang bisa melihat wujud asli bangsa jin kecuali hanya seorang nabi, manusia dapat melihat bangsa jin jika mereka telah berubah wujud menyerupai sesuatu. Namun jin mukmin jarang melakukan hal ini. Allahu A'lam.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajid berkata terkait topik ini:

Pertama, ketahuilah bahwa keberadaan asli jin adalah tertutup dari manusia. Itulah sebabnya mereka dinamakan jin. Karena rangkaian kata jin berupa huruf jim dan nun menunjukkan pada satu asal, yaitu as-satru dan at-tasatturu (tertutup). Jin dijuluki demikian karena wujudnya tertutup dari manusia.

Kedua, apakah mungkin jin tampak dalam bentuk yang bisa dilihat oleh manusia?

Jawabannya sudah kami sebutkan tadi di atas dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Atsqalani berkata dalam Fathul Bari terkait hadits tersebut, “Dalam hadits ini terdapat beberapa faedah yang dapat diambil. Pada hakikatnya setan adalah pendusta. Mereka bisa berubah bentuk sehingga memungkinkan untuk dapat dilihat. Adapun firman Allah dalam Surat Al-A’raf ayat 27 yang artinya, “Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” Maksud dari ayat ini adalah ketika jin berwujud asli sebagaimana mereka diciptakan."

Disebutkan pula dalam Shahih Muslim hadits no.2236, diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya di Madinah terdapat sekelompok jin yang telah masuk Islam. Sehingga barang siapa yang melihat sesuatu, biarkanlah ia tinggal selama tiga hari. Jika sudah mencapai tiga hari ia masih tampak, bunuhlah. Ketahuilah dia adalah setan.”

Maksud dari kata al’awamir dalam hadits di atas adalah ular yang berada dalam rumah, janganlah dibunuh karena bisa jadi ia jelmaan jin. Lihat Ghaibul Hadits karya Ibnul Atsir dan keterangan di atas tentang ular jelmaan jin.

Imam Nawawi berkata dalam syarah Muslim XIV/236 terkait hadits di atas, “Maksudnya jika ia tidak pergi setelah diperingatkan, dapat disimpulkan bahwa ia bukan jin yang tinggal di rumah. Serta bukan pula dari kalangan jin yang telah masuk Islam. Akan tetapi, ia adalah setan. Sehingga tidak dilarang bagi kita untuk membunuhnya. Allah tidak memberikannya kekuasaan untuk membalas dendam terhadap kalian. Lain halnya jin rumah dan jin yang sudah masuk Islam.”

Telah banyak ditemukan realita mengenai kasus ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Jin berubah bentuk menjadi manusia dan hewan seperti bentuk ular, kalajengking dan yang lainnya. Bisa juga berubah bentuk menjadi unta, sapi, kambing, kuda, bigal, keledai, burung dan anak Adam. Sebagaimana setan yang mendatangi orang-orang Qurais yang menyerupai Suraqah bin Malik bin Ju’syum ketika mereka hendak keluar ke perang Badar.”

Ketiga, jin banyak menyesatkan manusia dengan menjelma menjadi para wali, orang-orang shalih, dan bentuk lainnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa XIX/47-48 berkata, “Setan banyak menjelma menjadi orang mati yang dimintai doa dan istighatsah. Bisa juga menjelma sebagai orang yang masih hidup, dan orang yang hidup tersebut tidak tahu-menahu tentang orang yang memohon kepadanya. Namun setan menyerupai dirinya, sehingga orang-orang sesat dan musyrik mengira bahwa orang tersebut bisa mengijabahi permohonannya. Padahal dia setan. Kasus seperti ini terjadi di kalangan orang-orang musyrik yang mempunyai kepercayaan khusus terhadap orang yang sudah mati dan yang masih hidup. Seperti halnya orang-orang Nasrani yang memohon kepada George, dan orang-orang suci lain menurut mereka. Kasus ini terjadi dikalangan orang musyrik dan sesat yang menisbatkan dirinya kepada Islam. Mereka beristighatsah kepada orang-orang mati dan orang-orang gaib (tidak hadir di tempat). Setan menjelma menjadi orang yang dimintai pertolongan tanpa ia sadari. Banyak orang yang menyampaikan kepada saya bahwa mereka juga beristighatsah dengan saya (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah). Setiap mereka menyebutkan kisah yang berbeda dengan kisah temannya. Maka aku sampaikan kepada mereka semua bahwa aku tidak pernah mewajibkan dan mengajarkan kepada seorang pun untuk beristighatsah kepadaku. Lantas mereka saling berbincang, “Dia pasti seorang malaikat.” Lantas saya katakan, “Malaikat tidak akan memberikan bantuan kepada orang musyrik. Sesungguhnya ia adalah setan yang ingin menyesatkan manusia."

Seandainya tidak khawatir terlalu panjang dalam pembahasan topik ini, kami sebenarnya ingin menjelaskan lebih mendalam lagi tapi mungkin pada kesempatan lainnya pada topik tentang setan إن شاء الله.

Perkara yang terpenting agar seorang mukmin menang dari gangguan setan adalah membentengi dirinya dengan dzikir, membaca ayat kursi sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits Abu Hurairah sebelumnya.

Ada juga sebuah pertanyaan yang menanyakan tentang adakah foto atau gambar jin dalam bentuk yang sebenarnya?

Persoalan gambar jin dalam bentuk fotografi merupakan perkara yang hangat dibicarakan oleh banyak kalangan. Foto tersebut banyak tersebar di situs-situs internet. Namun tidak bisa dipastikan kebenarannya. Terlebih lagi pada zaman sekarang, banyak manusia mencari hiburan dengan tayangan gambar yang menipu. Membahas perkara ini tidaklah memiliki faedah atau urgensi dalam urusan agama dan dunia. Seharusnya yang dikerjakan oleh manusia adalah menyibukkkan diri dengan perkara yang mendatangkan faedah dalam urusan agama dan dunia seperti membaca serta memahami isi Al-Qur’an dan kandungan hadits-hadits shahih. Menyibukkan diri dengan perkara yang wajib misalnya tentang akidah, ibadah, akhlak, dan adab bagi setiap muslim yang harus dilakukannya atau kesibukan lain yang serupa dengannya. Perlu diketahui, menurut syari’at bahwa menyebarkan gambar yang memiliki nyawa diharamkan. Banyak nash-nash syar’i yang menyebutkan akan larangan tersebut.

Satu catatan penting yang perlu kita ingat dan camkan terkait kemampuan bangsa jin ataupun setan dalam menyerupai wujud manusia adalah, bahwasannya setan itu tidak bisa menyerupai Rasulullah   bahkan di dalam mimpi sekali pun. Banyak hadits yang menegaskan tentang setan yang tidak mampu menyerupai Rasulullah   dalam mimpi.  Seperti yang terdapat dalam hadits riwayat Tirmidzi no. 2280 dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah   bersabda yang artinya: "Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka itu benar aku karena setan tidak mungkin menyerupaiku." Dalam hadits riwayat Muslim no. 2266 dari Abu Hurairah Radiyallahu Anhu, Rasulullah   bersabda yang artinya: "Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia benar telah melihatku karena setan tidak mungkin menyerupai diriku." Dalam hadits riwayat Muslim no.2268 dari Jabir Radhiyallahu Anhu, Rasulullah   bersabda yang artinya: "Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka ia berarti benar telah melihatku karena setan tidak pantas menyerupai rupaku."

ooOoo


Kesimpulan dari pembahasan ini adalah:

ooOoo




Referensi:

Al-Qur'anul Karim dan Al-Hadits

Adham, Ibrahim Kamal. 2009. Kupas Tuntas Jin & Sihir. Jakarta: Darus Sunnah

Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2017. Rahasia Alam Malaikat, Jin dan Setan. Jakarta: Qisthi Press

As-Suyuthi, Imam. 2006. Jin. Jakarta: Darul Falah

Amri, Yasir dan Syahirul Alim Al-Adib. 2012. Sendiri Mengusir Gangguan Jin. Solo: Aqwam

Abdat, Abdul Hakim bin Amir. 2003. Alam Jin Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah (Bantahan terhadap buku: Dialog Dengan Jin Muslim). Jakarta: Darul Qolam.

Arifuddin. 2015. Ruqyah Syar'iyyah Tanpa Kesurupan Seri 1. Malang: YBM

Amin, Abul-Mundhir Khalil ibn Ibrahim. 2005. The Jinn and Human Sickness Remedies in the Light of the Qur'an and Sunnah. Riyadh: Darussalam.

Bali, Wahid Abdussalam. 2014. Ruqyah: Jin, Sihir & Terapinya. Jakarta: Ummul Qura. 

______________. 2005. Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i

bin Najar, Nashir bin Ahmad. 2016. Mengatasi Sihir dan Kesurupan Sesuai Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Solo: Thibbia

Philips, Abu Aminah Bilal. 2012. Ibn Taymiyah's Essay on The Jinn (Demons). IIPH




Komentar

Popular Posts

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadai Auladina (ABY untuk Anak-Anak)

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadaik (Cetakan Baru)

Mengenal Jenis-Jenis Sayuran

Download Buku Belajar Bahasa Arab Untuk Anak-Anak (Arabic Talking Books Full Set) Plus Audio and Video

Sejarah Perkembangan Membran Sel

Download Buku Bacaan Berbahasa Arab Untuk Anak-Anak 1

Download Buku Durusul Lughah Versi Bahasa Inggris Complete (Jilid 1-8)