Jin dan Kehidupannya Bagian 5
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Hewan Tunggangan Jin
Dalam hadits Ibnu Mas’ud
yang termaktub dalam Shahih Muslim, disebutkan bahwa beberapa jin meminta bekal
kepada Rasullah ﷺ. Beliau pun bersabda, “Kalian boleh mengambil setiap tulang
yang disebutkan Asma Allah atasnya, yang jatuh ke tangan kalian sebagai daging.
Setiap kotoran hewan adalah makanan bagi binatang tunggangan kalian.”
Dalil ini menegaskan bahwa mereka (bangsa jin) memiliki hewan tunggangan, dan makanan hewan tunggangan mereka adalah kotoran hewan tunggangan manusia.
Source: Pinterest.com |
Umur Bangsa Jin
Imam As-Suyuthi berkata
bahwa Abusy-Syaikh mentakhrij di dalam Al-Uzhmah dari Zar’ah bin Khumairah, dia
berkata, “Ada seseorang bertanya kepada Ibnu Abbas, “Apakah jin itu meninggal?”
Dia pun menjawab, “Ya, selain Iblis.” “Lalu bagaimana dengan ular yang ternyata
jin itu?” Ibnu Abbas menjawab, “Itu adalah jin kecil.” Ibnu Syahin mentakhrij
di dalam Ghara’ib As-Sunan, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Masa terus berlalu
bersama Iblis dan dia pun bertambah tua. Tapi kemudian dia kembali menjadi
berumur tiga puluhan tahun.”
Seperti halnya manusia
yang hidupnya memiliki batas usia dan ajal, dilahirkan kemudian tumbuh dan
berkembang, ada yang hidupnya hingga tua akhirnya meninggal, ada yang meninggal
dalam kandungan, meninggal ketika masih bayi, meninggal ketika balita, meninggal
ketika masih anak-anak, ketika masih remaja, ketika sudah dewasa dan
sebagainya. Cara meninggalnya pun bermacam-macam. Begitu juga halnya dengan
bangsa jin, bangsa jin juga memiliki batasan usia alias mereka juga akan
mengalami kematian. Karena kekekalan itu hanyalah milik Allah sebagaimana yang
termaktub dalam firman di dalam Surat Ar-Rahman ayat 26-48.
Bukti lain bahwa bangsa
jin itu mengalami kematian terdapat dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan dari
Ibnu Abbas bahwa Nabi ﷺ bersabda yang artinya, “Aku berlindung kepada keagungan-Mu yang
tidak ada Illah selain Engkau. Engkau tidak pernah mati, sedangkan jin dan
manusia akan mati.” (HR. Bukhari)
Jika ditanyakan berapakah
usia jin sebenarnya? Terkait usia jin ini, kita tidak mengetahui secara pastinya
selain yang diberitahukan oleh Allah tentang Iblis yang terlaknat, yaitu bahwa
Iblis akan tetap hidup sampai hari kiamat. Iblis termasuk makhluk yang
diakhirkan ajalnya artinya bahwa dia tidak akan mati hingga hari kiamat
terjadi. Inilah yang dinyatakan dengan jelas dalam firman Allah dalam Surat
Shad ayat 80-81 dan di dalam surat Al-A’raf ayat 14-15. Adapun selain Iblis,
maka kita tidak mengetahui berapa kira-kira umur mereka. Namun manusia meyakini
berdasarkan kisah-kisah bahwa bangsa jin itu memiliki umur yang lebih panjang
dibandingkan dengan manusia.
Salah satu dalil lain yang
menunjukkan bahwa bangsa jin bisa mati adalah bahwa Khalid bin Walid pernah
membunuh setan al-uzza (pohon yang disembah oleh orang Arab).
Abu Abdurrahman bin
Al-Mundzir Al-Ma’ri mentakhrij di dalam kitabnya, Al-Aja’ib dan Abusy-Syaikh di
dalam An-Nawadir, dari Isa bin Abu Isa, dia berkata, “Al-Hajjaj bin Yusuf dan
rombongannya pernah pergi ke Cina. Apabila tiba di suatu tempat dan salah
jalan, mereka akan mendengar suara, “Di sinilah jalannya.” Sementara mereka
tidak mendengar seorang pun yang mengucapkannya. Lalu dia mengutus beberapa
orang untuk mengintip. Mereka dengan sengaja melalui jalan yang salah. Jika ada
yang berkata seperti itu, mereka harus mencari tahu siapa yang mengucapkannya.
Maka rencana ini pun siap dijalankan. Tapi mereka kecele, sebab mereka
mendengar suara, “Kalian tetap tidak dapat melihat kami.” “Semenjak kapan
kalian berada di sini? Tanya mereka. Dijawab, “kami sudah tak mampu
menghitungnya lagi, berapa tahun kami berada di sini. Cina pernah mengalami
kehancuran delapan kali dan mengalami kejayaan juga delapan kali, dan selama
itu kami sudah ada di tempat ini.”
Dari kisah di atas kita
tahu dan banyak manusia yang meyakini bahwa jin itu berusia panjang. Makanya
jangan heran jika seseorang yang datang kepada dukun atau tukang sihir
terkadang si dukun atau tukang sihir tersebut bisa menyebutkan latar belakang
seseorang juga riwayat keluarganya walaupun orang tersebut belum bercerita
kepada si dukun/tukang ramal atau tukang sihir tersebut. Inilah salah satu
rahasianya. Bukan karena dukun itu hebat tapi karena dia bekerja sama dengan
bangsa jin untuk mengetahui riwayat seseorang terkadang dengan menanyai jin qarinnya juga. Inilah mengapa terkadang ada seseorang yang suka menebak-nebak
masa lalu seseorang dan kadang mengaku mengetahui sesuatu tentang seseorang dan
seterusnya. Wallahu A’lam…
Oleh karena itu kebanyakan
orang meyakini khususnya yang suka berhubungan dengan jin bahwa bangsa jin itu
berumur panjang bahkan ada sebagian dari mereka yang menegaskan bahwa jin dapat
berusia sampai ribuan tahun. Mereka melandasi pendapatnya ini dengan argumen
bahwa sebagian jin yang diminta datang, dulunya adalah jin yang diundang oleh
nenek moyang mereka sebelumnya. Wallahu A’lam.
Pendapat di atas juga
menegaskan ketika seseorang sudah melakukan atau mengikat perjanjian dengan
bangsa jin, maka anak cucunya tidak akan pernah bisa lepas, akan selalu diikuti, diganggu oleh jin tersebut kecuali mereka memutuskan perjanjian dengan
mereka. Makanya tidak heran jika ada seseorang yang nenek moyangnya pernah
mengikat perjanjian dengan bangsa jin, anak cucunya yang tidak tahu menahu pun akan
diikuti terus dan dicari yang cocok untuk meneruskan perjanjian tersebut.
ooOoo
Agama dan Keyakinan Bangsa Jin
Jin memiliki kemampuan berpikir
(akal) dan kemampuan-kemampuan fisik yang sama dengan kemampuan manusia, bahkan
terkadang melebihi kemampuan manusia pada beberapa sisi. Dalil yang menunjukkan
kemampuan ini bagi jin adalah bahwa Allah membebani mereka dengan syari’at
seperti yang dibebankan kepada manusia. Sudah menjadi maklum bahwa manusia
tidak dibebani kecuali jika ia berakal. Dengan demikian, jin juga
berakal serta mampu membedakan baik dan buruk.
Ibnu Abdil-Barr menyatakan,
jin dibebani kewajiban dan termasuk yang diseru sebagaimana dalam firman Allah surat
Al-An’am ayat 130, “Hai golongan jin dan manusia…..” dalam surat Ar-Rahman ayat
13, “Maka nikmat Rabb kalian berdua yang manakah yang kalian dustakan?”.
Ar-Razy mengatakan di dalam tafsirnya, “Setiap orang sepakat bahwa semua jin
dibebani kewajiban (mukallaf).”
Al-Qadhi Abdul-Jabbar
berkata, “Kami tidak mengetahui perbedaan pendapat di kalangan peneliti bahwa
jin termasuk mukallaf.”
Al-Allamah Izzuddin bin
Juma’ah berkata di dalam Syarh Bad’ul Amali, “Mukallaf itu ada tiga golongan:
Satu golongan yang menjadi mukallaf semenjak awal penciptaannya, yaitu para
malaikat, Adam dan Hawa, satu golongan tidak langsung menjadi mukallaf semenjak
awal penciptaannya, yaitu anak keturunan Adam, satu golongan diperdebatkan. Yang
pasti, mereka mukallaf semenjak awal penciptaannya, yaitu golongan jin.”
Jin itu diciptakan dengan
tujuan yang sama dengan tujuan penciptaan manusia seperti dalam firman Allah
dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56. Dengan demikian, para jin itu memiliki beban
taklif yang berisi perintah dan larangan. Siapa yang taat maka Allah
meridhainya dan memasukkannya ke dalam surga. Siapa yang durhaka dan
membangkang maka ia akan masuk neraka. Hal ini dibuktikan dengan banyak dalil.
Oleh karena itu, jin dan
manusia memiliki kesamaan dalam perkara akidah dan kepercayaan. Di antara mereka ada yang Muslim, Nasrani, Yahudi, Majusi, Shaba’i dan
yang lainnya. Bahkan, pemeluk Islam dari kalangan mereka sama seperti pemeluk
Islam dari kalangan umat manusia, ada yang beraliran Qadariyah, Syi’ah,
Ahlussunnah, Ahli bid’ah, juga ada di antara mereka yang taat, pelaku maksiat,
yang bertakwa dan fajir. Hal tersebut Allah abadikan di dalam Al-Qur’an surat
Al-Jinn ayat 11 yang artinya, “Sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang
shalih dan ada (pula) yang tidak demikian halnya. Sungguh kami menempuh jalan
yang berbeda-beda.” Menurut Ibnu Abbas beliau berkata, “Kunna thara’iqa qidada”
maknanya adalah di antara kami ada yang mukmin dan kafir.”
Menurut Dr. Umar Sulaiman
al-Asyqar, jin itu terbagi menjadi beberapa kelompok. Ada yang istiqamah dalam
beramal. Ada yang lebih rendah lagi dan ada yang bodoh serta lalai. Ada pula
jin kafir dan ini adalah yang jumlahnya paling banyak. Di antara jin itu ada
yang muslim dan ada yang menzhalimi diri sendiri dengan berbuat kufur. Siapa di
antara mereka yang Islam, berarti telah menjemput hidayah dengan ilmunya. Siapa
yang menzhalimi diri sendiri maka ia menjadi kayu bakar bagi Neraka Jahanam.
Ibnu Taimiyyah berkata,
maksudnya mereka mempunyai aliran yang berbeda-beda, ada yang muslim, kafir,
ahlussunnah dan ahlubid’ah. Sebagaimana dalam firman Allah surat Al-Jinn ayat
14-15.
Jin sama persis dengan
manusia, mereka dibebani untuk menjalankan syari’at (mukallaf) artinya mereka
mendapat perintah dan larangan juga muhasab (akan dimintai pertanggung jawaban
kelak di akherat). Para ulama baik dari kalangan salaf maupun khalaf telah
sepakat bahwa jin kafir akan masuk neraka. Tetapi mereka berbeda pendapat
mengenai jin mukmin, apakah mereka akan masuk surga seperti halnya manusia yang
beriman?
Dalil yang menunjukkan
bahwa mereka akan disiksa di dalam neraka adalah firman Allah dalam surat Al-A’raf
ayat 38 yang artinya, “Allah berfirman: ‘masuklah kamu sekalian ke dalam neraka
bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu.....”
Disebutkan juga di dalam
surat Al-A’raf ayat 179 yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi
Neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia.” Begitu juga di dalam surat
As-Sajadah ayat 13 yang artinya, “Sesungguhnya, akan Aku penuhi Neraka Jahannam
itu dengan jin dan manusia bersama-sama.”
Adapun dalil yang
menunjukkan bahwa jin yang beriman akan masuk surga adalah firman Allah dalam
surat Ar-Rahman ayat 46-47 yang artinya, “Dan bagi orang yang takut akan saat
menghadap Tuhannya ada dua surga. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan?”. Ayat ini ditujukan kepada jin maupun manusia karena pembicaraan di
awal surat adalah kepada keduanya (jin dan manusia). Ayat ini memberitahukan
anugerah dari Allah kepada bangsa jin yang beriman bahwa mereka akan masuk surga.
Andai mereka tidak berhak mendapatkan nikmat ini, tentulah Allah tidak akan
memberikannya kepada mereka.
Di dalam kitab Al-Furu’,
Ibnu Muflih mengatakan, “Menurut ijma’ ulama, kaum jin itu mendapat beban
taklif secara umum. Menurut ijma’ pula, jin kafir masuk neraka, sedangkan yang
beriman masuk surga. Hal ini sejalan dengan pendapat Imam Malik dan Asy-Syafi’i.
Mereka tidak berubah menjadi tanah sebagaimana binatang. Adapun pahala jin yang
beriman adalah selamat dari neraka, berbeda dengan Abu Hanifah, Al-Laits bin Sa’d
dan para ulama yang sepaham.”
Makna dari pendapat
pertama adalah mereka masuk surga sejalan dengan kadar pahala, berbeda dengan
mereka yang mengatakan bahwa jin itu tidak makan dan tidak minum di dalam
surga, seperti Mujahid. Begitu pun yang mengatakan bahwa para jin itu berada di
sekitar surga, seperti pendapat Umar bin Abdul Aziz. Sementara itu, Ibnu Hamid
mengatakan, “Jin itu seperti manusia dalam hal taklif dan ibadah.” (Lawami’ al-Anwar,
jilid 2, hlm. 222-223).
Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ al-Fatawa 4/233 mengatakan, “Bangsa jin itu diperintahkan untuk melaksanakan ushul dan furu’ menurut kadar mereka karena mereka tidak sama dengan manusia dalam batasan dan hakekatnya. Oleh karena itu, apa yang diperintahkan dan dilarang untuk mereka tidak sama dengan apa yang diperintahkan dan dilarang untuk manusia dalam batasannya. Akan tetapi, para jin itu sama dengan manusia dalam hal jenis taklif dengan perintah maupun larangan, halal maupun haram. Hal ini adalah sesuatu yang disepakati oleh kaum Muslimin.”
ooOoo
Kesimpulan dari pembahasan ini adalah:
- Bangsa jin memiliki hewan tunggangan
- Bangsa jin juga mengalami kematian kecuali Iblis dimana kematiannya ditangguhkan hingga hari kiamat tiba.
- Bangsa jin diyakini berusia panjang
- Bangsa jin memiliki akal sehingga terkena beban taklif (beban syari'at) sehingga mendapat beban perintah juga larangan dan juga beban muhasab (dimintai pertanggung jawaban kelak di akherat)
- Bangsa jin memiliki akidah dan keyakinan yang bermacam-macam seperti bangsa manusia. Ada yang muslim, Nasrani, Yahudi, Majusi, Shaba'i dan yang lainnya. Ada yang beraliran Qadariyah, Syi'ah, Ahlussunnah, Ahli bid'ah dan yang lainnya.
- Bangsa jin ada yang taat ada juga yang pelaku maksiat, ada yang muslim dan ada juga yang kafir.
- Bangsa jin yang kafir akan disiksa dan masuk neraka sedangkan yang muslim dan taat akan masuk ke dalam surga.
ooOoo
Baca selanjutnya Kemampuan Jin Berubah Wujud (Jin dan Kehidupannya Bagian 6)
Referensi:
Adham, Ibrahim Kamal. 2009. Kupas Tuntas Jin & Sihir. Jakarta: Darus Sunnah
Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2017. Rahasia Alam Malaikat, Jin dan Setan. Jakarta: Qisthi Press
As-Suyuthi, Imam. 2006. Jin. Jakarta: Darul Falah
Amri, Yasir dan Syahirul Alim Al-Adib. 2012. Sendiri Mengusir Gangguan Jin. Solo: Aqwam
Abdat, Abdul Hakim bin Amir. 2003. Alam Jin Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah (Bantahan terhadap buku: Dialog Dengan Jin Muslim). Jakarta: Darul Qolam.
Arifuddin. 2015. Ruqyah Syar'iyyah Tanpa Kesurupan Seri 1. Malang: YBM
Amin, Abul-Mundhir Khalil ibn Ibrahim. 2005. The Jinn and Human Sickness Remedies in the Light of the Qur'an and Sunnah. Riyadh: Darussalam.
Bali, Wahid Abdussalam. 2014. Ruqyah: Jin, Sihir & Terapinya. Jakarta: Ummul Qura.
______________. 2005. Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i
bin Najar, Nashir bin Ahmad. 2016. Mengatasi Sihir dan Kesurupan Sesuai Tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Solo: Thibbia
Philips, Abu Aminah Bilal. 2012. Ibn Taymiyah's Essay on The Jinn (Demons). IIPH
Komentar
Posting Komentar