Hikmah Diciptakannya Musibah dan Kepedihan

Gambar
Pinterest 🍫 (1). Melahirkan 'ubudiyyah (ibadah) pada saat kesulitan, yaitu berupa kesabaran. Allah berfirman: وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ".....Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiyaa': 35) Terhadap ujian (dari Allah) yang berupa kegembiraan dan kebaikan, maka harus disikapi dengan syukur, sedangkan terhadap ujian berupa kesusahan dan keburukan, haruslah disikapi kesabaran. Semua ini tidak terjadi, kecuali bila Allah membalikkan keadaan atas para hamba, sehingga terlihatlah kejujuran pengabdian kepada Allah Ta'ala. Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Sunggu

Hikmah Diciptakan dan Ditakdirkannya Kemaksiatan

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menyebutkan sejumlah hikmah mengenai diciptakan dan ditakdirkannya kemaksiatan antara lain:

🍒1. Bahwa Allah menyukai orang-orang yang bertaubat.

Sehingga Dia benar-benar lebih bergembira dengan taubat salah seorang dari mereka dibandingkan kegembiraan seseorang yang menemukan kendaraannya yang memuat makanan dan minumannya di tanah yang tandus serta membinasakan, setelah kehilangan kendaraan tersebut dan berputus asa karenanya. Tidak ada jenis kegembiraan yang lebih sempurna dan lebih besar dari kegembiraan ini. Terdapat beberapa riwayat hadits terkait hal ini.

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, pembatu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ 

“Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).

Dalam riwayat Muslim disebutkan, 

“Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat pada-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang berada di atas kendaraannya dan berada di suatu tanah yang luas (padang pasir), kemudian hewan yang ditungganginya lari meninggalkannya. Padahal di hewan tunggangannya itu ada perbekalan makan dan minumnya. Sehingga ia pun menjadi putus asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan tidur berbaring di bawah naungannya dalam keadaan hati yang telah berputus asa. Tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti itu, kendaraannya tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Karena sangat gembiranya, maka ia berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu.’ Ia telah salah mengucapkan karena sangat gembiranya.” (HR. Muslim no. 2747). 

Allah menakdirkan dosa atas hamba-Nya. Kemudian jika ia termasuk orang yang telah ditentukan kebaikan untuknya, maka Dia menetapkan taubat untuknya, sedangkan jika ia termasuk orang yang telah ditentukan celaka atasnya, maka Dia menegakkan hujjah keadilan-Nya atasnya dan menghukumnya karena dosanya.

🍓2. Allah sangat suka untuk memberi karunia dan menyempurnakan nikmat-Nya atas mereka, serta memperlihatkan kepada mereka berbagai kebaikan dan kemurahan-Nya. Karena itu Dia memberikan kepada mereka jenis karunia yang terbesar dalam segala aspek, baik zhohir maupun bathin.

Di antara (karunia) yang terbesar ialah, Dia berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk, memaafkan orang yang berbuat zhalim, mengampuni orang yang berbuat dosa, menerima taubat orang yang bertaubat kepada-Nya, dan menerima udzur orang yang berudzur kepada-Nya. Allah pun menganjurkan kepada para hamba-Nya untuk melakukan amalan-amalan yang utama dan perbuatan-perbuatan yang terpuji ini, - (padahal) Dia adalah lebih berhak dengannya daripada mereka - dan dengan ditakdirkan sebab-sebabnya, di sana terdapat berbagai hikmah dan akibat terpuji yang mencengangkan akal.

Seandainya Allah menghendaki agar Dia tidak didurhakai di muka bumi ini sekejap mata pun, niscaya Dia tidak didurhakai. Tetapi masyii-ah(kehendak)-Nya menuntut apa yang menyebabkan hikmah-Nya terlaksana.

🍑3. Supaya hamba mengetahui kebutuhannya akan pemeliharaan Allah untuknya, pertolongan, dan penjagaan-Nya.

Ia seperti seorang anak dalam hal membutuhkan kepada orang yang memeliharanya, sebab jika walinya tidak memeliharanya, menjaganya, dan membantunya, niscaya ia pasti binasa.

🍐4. Melahirkan berbagai macam ibadah dari hamba tersebut ketika berdosa.

Di antaranya berupa isti’aadzah (meminta perlindungan), memohon pertolongan, berdo'a, dan tadharru' (ketundukkan), yang mana semua itu merupakan faktor-faktor kebahagiaan dan kesuksesannya yang terbesar.

🍏5. Menghasilkan kesempurnaan ibadah.

Yaitu, dengan menyempurnakan derajat ketundukan dan kepatuhan, sebab manusia yang paling sempurna peribadatannya ialah yang paling sempurna ketundukan, kepatuhan, dan ketaatannya kepada Allah.

🍎6. Hamba mengetahui hakikat dirinya.

Bahwa ia zhalim lagi bodoh, dan bahwa apa yang muncul darinya berupa keburukan benar-benar terbit dari sumbernya, karena kebodohan dan kezhaliman adalah sumber keburukan seluruhnya. Dan, bahwa semua yang terdapat di dalam dirinya berupa kebaikan, ilmu, petunjuk, taubat, dan ketakwaan adalah berasal dari Rabb-nya yang diberikan kepadanya.

Jika hamba diuji dengan dosa, maka ia mengenali dirinya dan kekurangannya, lalu hal itu memberikan berbagai hikmah dan kemaslahatan untuknya. Di antaranya, ia menyadari kekurangannya dan berusaha untuk menyempurnakannya, serta ia mengetahui kefakirannya kepada Dzat Yang menolong dan memeliharanya. 

🍍7. Mengenalkan hamba terhadap kemurahan Allah, tabir-Nya, dan luasnya kesabaran-Nya.

Seandainya Dia menghendaki, nicaya Dia segera menghukum atas perbuatan dosanya dan membuka tabir (aibnya) yang menutupinya di tengah-tengah para hamba, sehingga hidupnya tidak nyaman bersama mereka.

Tetapi Allah menyelimutinya dengan tirai-Nya, menutupinya dengan kemurahan-Nya, dan mendatangkan kepadanya (Malaikat) yang menjaganya, padahal ia dalam keadaan demikian. Bahkan Dia menyaksikannya, ketika ia menunjukkan kemaksiatan dan dosa-dosa kepada-Nya. Kendati demikian, Dia tetap menjaganya dengan penglihatan-Nya yang tidak pernah tidur.

🍌8. Mengenalkan hamba kepada kemurahan Allah dalam menerima taubat.

Tidak ada jalan menuju keselamatan kecuali dengan pemaafan Allah, kemurahan, dan maghfirah (ampunan)-Nya. Dia-lah yang memberi karunia kepadanya dengan memberi taufik kepadanya untuk bertaubat, mengilhami hal itu kepadanya, kemudian menerimanya darinya. Lalu Dia pun menerima taubatnya, baik yang pertama maupun yang terakhir.

🍋9. Menegakkan hujjah (argumentasi) atas hamba.

Jika suatu musibah menimpanya, janganlah ia mengatakan, "Dari sebab apa aku ditimpa musibah?" Jangan pula mengatakan, "Dosa apakah yang telah aku lakukan?" Sebab tidaklah hamba mendapatkan suatu musibah pun, baik kecil maupun besar, melainkan karena ulah tangannya sendiri, dan apa yang dimaafkan Allah adalah lebih banyak lagi.

🍊10. Agar hamba memperlakukan sesamanya dengan perlakuan yang dia sukai ketika Allah memperlakukannya.

Ia memperlakukan sesamanya berkenaan dengan kesalahan-kesalahan mereka dan keburukan-keburukan mereka dengan perlakuan yang disukainya ketika Allah memperlakukan keburukan, kesalahan, dan dosanya. Sebab, balasan itu sesuai jenis perbuatan. Barangsiapa yang memaafkan, maka Allah memaafkannya. Barangsiapa yang memaafkan saudaranya, maka Allah memaafkannya. Dan demikian seterusnya.

Kemudian, apabila ia mengetahui bahwa dosa dan keburukan itu kelaziman bagi manusia, maka keburukan manusia kepadanya tidak dianggap besar baginya. Maka hendaklah ia merenungkan sikapnya terhadap Rabb-nya, bagaimanakah keadaannya, bersamaan dengan sedikitnya kebaikannya terhadap-Nya, dan kebutuhannya kepada Rabb-nya, tetapi sikapnya seperti itu terhadap-Nya. Jika hamba berbuat demikian kepada Rabb-nya, maka bagaimana bisa dipungkiri bila manusia bersikap seperti itu pula kepadanya?

🍉11. Menegakkan udzur bagi sesama manusia.

Jika seorang hamba berbuat dosa, ia bisa menerapkan udzur kepada manusia, belas kasihnya meliputi mereka, hatinya lapang dari kesempitan, lapang dada terhadap para pelaku kemaksiatan dari ajakannya kepada mereka, dan tidak putus asa untuk mengajak mereka kepada petunjuk. Sebab, ketika dia pernah berbuat dosa, dia melihat dirinya salah seorang dari mereka. Lalu dia memohon kepada Allah ampunan untuk mereka, mengharapkan untuk mereka apa yang diharapkannya untuk dirinya, dan mengkhawatirkan atas apa yang dikhawatirkannya atas dirinya sendiri.

Kendati demikian, ia tetap menjalankan perintah Allah berkenaan dengan mereka, karena mentaati Allah, kasih sayang kepada mereka, dan berbuat baik kepada mereka, karena ini adalah kemaslahatan mereka sendiri. Tetapi tidak keras, tidak memaksa, dan tidak kasar.

🍈12. Agar ia melepaskan kecongkakan karena ketaatan dari hatinya.

Ia mencabut penyakit kecongkakan dan kesombongan yang bukan haknya, serta memakai pakaian ketundukan, kerendahan hati, dan kefakiran (merasa membutuhkan pertolongan Allah). Seandainya kecongkakan tersebut masih bercokol dalam hatinya, niscaya dikhawatirkan terhadapnya penyakit yang lebih besar. Betapa jauhnya pengaruh, kesombongan dan kecongkakan karena ketaatan, dengan pengaruh ketawadhu'an, kerendahan hati, dan kelunakan?

🍇13. Memotivasi ibadah-ibadah hati.

Hal itu mengingat karena Allah memiliki berbagai macam ibadah atas hati, seperti khauf, khasyyah, isyfaaq, wajal (semua istilah ini bermakna takut), dan yang sejenisnya, begitu pula mahabbah (cinta), inaabah (taubat), dan wasiilah (mencari kedekatan), dan yang sejenisnya. 

Ibadah-ibadah ini mempunyai faktor-faktor yang memotivasi atau mendorongnya. Setiap kali Allah memberikan kepada hamba-Nya sebab-sebab yang memotivasi hal itu, maka itu merupakan sebab-sebab rahmat-Nya. Adakalanya dosa mendorong pelakunya kepada kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, taubat, kecintaan, dan berlari kepada Allah, yang tidak dilakukan oleh kebanyakan amal ketaatan. Betapa banyak dosa menjadi sebab istiqamahnya hamba, pelariannya kepada Allah, dan jauhnya dari jalan kesesatan.

🍆14. Agar hamba mengetahui nikmat keselamatan dari Allah, karunia, taufik, dan penjagaan-Nya kepadanya. 

Orang yang terpelihara dalam keselamatan tidak mengetahui sebagaimana yang dialami orang yang diuji dan tidak mengetahui kadar keselamatan. Seandainya orang-orang yang taat mengetahui bahwa mereka diberi kenikmatan, niscaya mereka mengetahui bahwa Allah berhak mendapatkan rasa syukur mereka melebihi apa yang diberikan kepada selain mereka, meskipun mereka tidur di atas tanah dan mengunyah pasir. Sebab, mereka adalah orang-orang yang diberi kenikmatan secara mutlak. Sedangkan orang yang Allah dibiarkan (leluasa) antara dirinya dengan kemaksiatan kepada-Nya, berarti ia jatuh dari pandangan-Nya dan menjadi hina.

Ketika jiwa menuntut seseorang dengan tuntutannya berupa bagian (kesenangan), dan memperlihatkan kepadanya bahwa dia berada dalam ujian dan kesempitan yang telah Allah selamatkan dengan rahmat-Nya, dan mengujinya dengan beberapa dosa. Lalu ia pun melihat keselamatan dan kenikmatan (yang pernah ia alami), serta bahwasanya hal itu tidak bisa dibandingkan - karena di dalamnya berisi berbagai kenikmatan - dengan keuntungan yang dituntut oleh jiwanya. Saat itulah, kebanyakan keinginan dan angannya ialah kembali kepada keadaannya yang semula, dan agar Allah mengaruniainya dengan keselamatan darinya. 

🍅15. Taubat menimbulkan berbagai pengaruh yang mengagumkan bagi orang yang bertaubat, yaitu berbagai kedudukan yang mulia yang tidak akan dicapai tanpa taubat tersebut. 

Taubat tersebut baginya dapat menimbulkan kecintaan, kelembutan, kehalusan, bersyukur kepada Allah, memuji-Nya, dan ridha kepada-Nya. Kemudian, akibat perbuatan tersebut, dia pun mendapatkan berbagai macam kenikmatan yang tidak akan mampu ia rinci. Bahkan, ia tetap berada dalam keberkahannya dan pengaruhnya, selagi ia tidak membatalkan ataupun merusaknya.

🍄16. Menjadikan kenikmatan yang sedikit terasa banyak.

Jika hamba mengakui dosa-dosa, kemaksiatan, dan kelalaiannya terhadap hak Rabb-nya, maka ia melihat nikmat Rabb-nya yang sedikit menjadi banyak - sebenarnya tidak sedikit kenikmatan dari-Nya, - karena ia mengetahui bahwa kenikmatan yang datang kepadanya adalah lebih banyak dibandingkan dengan apa yang diberikan kepada pelaku keburukan semisal dirinya. Dan ia menganggap sedikit ilmunya yang banyak, karena ia mengetahui bahwa ilmu yang dipakai untuk membersihkan dirinya semestinya jauh lebih banyak dari apa yang telah diberikan kepadanya. Maka ia senantiasa menganggap sedikit ilmunya, bagaimanapun keadaannya, dan menganggap banyak nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya, meskipun berupa hal kecil.

🍃17. Dosa menyebabkan pelakunya menyadari perangkap dan tipu daya musuhnya.

Lalu ia mengetahui darimana pencuri dan perampok itu masuk kepadanya, di mana tempat persembunyiannya, dan darimana mereka datang (untuk menyergap)nya, juga kapan mereka keluar. Ia siap menghadapi mereka, dan mengetahui dengan apakah ia akan menghadapi keburukan serta tipu daya mereka. Seandainya ia melintas di hadapan mereka dengan tenang, ia merasa tidak aman dari cengkraman dan serangan mereka.

🍂18. Membuat syaitan benci dan marah sekaligus memeranginya.

Hati itu lupa terhadap musuhnya. Apabila hati tertimpa sesuatu yang tidak disukai darinya, maka kekuatannya akan terhimpun kembali dan memerintahkan untuk menuntut balas kepadanya, jika hatinya merdeka lagi mulia.

Sebagaimana ketika seorang pria pemberani terluka, tidak ada sesuatu pun yang menghalanginya, bahkan Anda melihatnya setelah itu sebagai orang yang termotivasi, mencari, dan gagah berani.

Hati yang hina adalah seperti orang yang lemah lagi hina, ketika ia terluka, ia malah lari terbirit-birit, padahal luka berada di pundaknya. Demikian pula singa apabila ia terluka, maka ia tidak mempunyai kekuatan lagi. Maka, tidak ada kebaikan pada orang yang tidak memiliki harga diri, yang tidak menuntut balas kepada musuh yang paling memusuhinya.

Tidak ada sesuatu pun yang lebih dapat menyembuhkan hati daripada menuntut balas kepada musuhnya, dan tidak ada musuh yang paling memusuhinya dibandingkan syaitan. Jika ia mempunyai hati, sebagaimana hati para tokoh generasi terdahulu dalam meraih kemuliaan, maka ia akan bersungguh-sungguh dalam menuntut balas, dan membuat musuhnya benar-benar marah serta menderita.

Sebagaimana disebutkan dari sebagian Salaf, “Bahwa orang yang beriman benar-benar membuat syaitannya kelelahan, sebagaimana salah seorang dari kalian membuat kendaraannya kelelahan dalam perjalanannya."

🍁19. Mengetahui keburukan dan berhati-hati dari terjerumus ke dalamnya. 

Orang yang jatuh dalam dosa akan menjadi seperti dokter yang bermanfaat bagi pasien untuk menyembuhkan dan mengobati mereka. Karena dokter yang mengetahui penyakit secara langsung, mengetahui obat dan penyembuhannya, adalah lebih cerdas dan lebih berpengalaman dibandingkan dokter yang mengetahui penyakit secara teori saja. Itu adalah berkenaan dengan penyakit-penyakit badan, demikian pula halnya penyakit-penyakit hati dan obat-obatnya.

Karena itu, para Sahabat radhiyallahu ’anhum ajma’in adalah umat yang paling tahu tentang Islam, perinciannya, pintu-pintunya  dan jalan-jalannya, serta manusia yang paling menyukainya, mencintainya, dan memerangi para musuhnya, karena mereka mengetahui kebalikannya.

Jika hamba mengetahui dua hal yang kontradiktif, mengetahui perbedaan dua segi, dan mengetahui sebab-sebab kebinasaan secara mendetail, maka dia pantas mendapatkan kenikmatan yang berkelanjutan, selagi dia tidak melakukan sebab-sebab hilangnya kenikmatan tersebut secara sadar. Mengenai permisalan untuk hal ini, seorang penyair berkata:

Aku mengetahui keburukan bukan untuk berbuat keburukan

tetapi untuk membentengi diri darinya

Barangsiapa yang tidak mengetahui keburukan yang dilakukan manusia

maka ia akan terjerumus ke dalamnya

Inilah keadaan orang mukmin, ia cerdas, pintar, orang yang paling tahu tentang keburukan, dan paling jauh darinya. Jika berbicara tentang keburukan dan sebab-sebabnya, maka Anda menduganya sebagai orang yang paling buruk. Namun, jika Anda bergaul dengannya dan mengetahui suara hatinya, maka Anda melihatnya sebagai orang yang paling berbakti.

Maksudnya, bahwa orang yang diuji dengan berbagai penyakit, maka ia menjadi orang yang paling tahu mengenai sebab-sebabnya dan paling mampu untuk mencegahnya atas dirinya dan atas orang yang meminta nasihat kepadanya, juga atas orang yang tidak meminta nasihat kepadanya.

🍀20. Hamba diuji dengan berpaling dari-Nya.

Allah mencicipkan kepada hamba-Nya penderitaan berupa terhalang dari-Nya dan hilangnya hubungan serta kedekatan kepada-Nya, untuk menguji hamba-Nya. Jika hamba rela dengan keadaan tersebut dan ia tidak melihat jiwanya menuntutnya supaya mengembalikan keadaannya yang terdahulu bersama Allah, bahkan merasa tentram dan tenang kepada selain-Nya, maka Dia tahu bahwa ia tidak layak, lalu Dia meletakkannya pada kedudukan yang cocok untuknya.

(Tetapi) apabila ia meminta pertolongan, seperti permintaan orang yang dianiaya, gelisah, seperti kegelisahan orang yang mendapatkan kesusahan, dan berdo'a kepada-Nya, seperti do'anya orang yang sangat membutuhkan, serta ia mengetahui bahwa dirinya telah kehilangan kehidupannya yang hakiki, lalu ia memohon kepada Rabb-nya agar mengembalikannya kepada keadaan di mana dirinya tidak bisa hidup tanpa hal itu, maka Allah tahu bahwa itulah tempat yang disediakan untuknya. Kemudian Dia mengembalikan kepadanya apa yang paling dibutuhkannya, sehingga kegembiraannya semakin besar, kelezatan dan kenikmatannya semakin sempurna, dan kegembiraannya datang kepadanya. Ketika itulah ia mengetahui nilainya, lalu menggigitnya dengan gigi-gigi geraham, dan melipatnya (menggenggam) dengan jari-jemari.

Jika hamba diuji dengan kesunyian sesudah keakraban dan kejauhan sesudah kedekatan, maka jiwanya merindukan kelezatan pergaulan tersebut. Jiwanya rindu, merintih, hancur, dan menginginkan belaian Dzat yang tidak dapat digantikan selamanya. Terutama ketika mengingat kebaikan, kelembutan, kasih sayang, dan kedekatan-Nya.

🌿21. Hikmah ilahiah menghendaki susunan syahwat dan amarah dalam diri manusia.

Kedua daya ini dalam diri manusia tidak ubahnya sifat-sifat dirinya yang selalu melekat padanya, dan dengan keduanya itulah fitnah dan ujian terjadi.

Susunan manusia seperti ini adalah suatu hikmah, dan masing-masing dari dua daya tersebut pasti berpengaruh. Oleh karena itu, pasti terjadi dosa, menyelisihi, dan kemaksiatan.

Seandainya tidak diciptakan dalam diri manusia niscaya dia bukan manusia, tetapi Malaikat. Adapun orang yang terpelihara dari dosa dan dibuatkan di atasnya tenda-tenda penjagaan (yakni ma'shum), maka mereka itu sedikit dari jenis manusia, bahkan mereka itu sari dan intinya, (yaitu para Nabi dan Rasul).

🌾22. Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia melalaikannya dari melihat berbagai ketaatannya serta mengangkatnya dari hati dan lisannya.

Jika hamba diuji dengan dosa, maka hal itu selalu ada di depan kedua pelupuk matanya, dan kegelisahan serta kesedihannya seluruhnya adalah terhadap dosanya. Dosanya senantiasa di hadapannya, ketika berdiri atau duduk, pergi ataupun pulang, lalu hal ini menjadi rahmat baginya.

Sebagaimana dikatakan sebagian Salaf, "Seorang hamba benar-benar melakukan dosa, lalu dosa tersebut terus terpampang di kedua matanya. Setiap kali mengingatnya, ia menangis, menyesal, meminta ampunan, merendahkan diri, bertaubat kepada Allah, tunduk dan menangis, serta beramal karenanya dengan berbagai amalan, sehingga hal ini menjadi sebab rahmat untuknya. Sementara itu ada seseorang yang berbuat kebajikan, lalu kebajikan tersebut terus terpampang di kedua matanya. Ia menyebut-nyebutnya, melihatnya, membanggakannya di hadapan Rabb-nya dan di hadapan manusia, dan congkak dengannya. Ia heran kepada manusia, mengapa mereka tidak mengagungkan, memuliakan, dan menghormatinya atas kebaikannya itu. Berbagai hal ini terus berlanjut padanya hingga pengaruhnya menguat padanya, sehingga memasukkannya ke dalam Neraka."

🌽23. Keharusan bertawadhu' dan tidak congkak.

Jika seorang hamba melihat dosa-dosa dan kesalahannya, maka hal itu mengharuskan dirinya untuk tidak melihat bahwa ia memiliki kelebihan dan hak atas seorang pun, ia tidak menganggap bahwa ia adalah muslim terbaik yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika ia melihat semua hal tersebut dengan lubuk hatinya, maka ia tidak menganggap bahwa dirinya memiliki hak atas manusia untuk dihormati, dan hal ini mereda dalam dirinya, demikian pula manusia pun tidak terganggu oleh keluhan dan kemarahannya terhadap dunia dan penghuninya.

Sungguh betapa harum kehidupannya dan betapa menyenangkan keadaannya! Bandingkan hal ini dengan orang yang senantiasa mencela manusia, mengeluh karena mereka tidak menunaikan haknya, serta membenci mereka, padahal mereka adalah lebih benci kepada dirinya?

🌼24. Sibuk dengan aib diri sendiri dan tidak membicarakan aib orang lain.

Dosa mengharuskannya untuk tidak membicarakan aib manusia dan memikirkan mengenainya, karena ia sibuk dengan aib dirinya sendiri. Dan hal ini merupakan tanda-tanda kebahagiaan. 

🌻25. Memohon ampunan untuk orang-orang yang berdosa. 

Jika dosa pernah dilakukan seorang hamba, maka ia melihat dirinya seperti saudara-saudaranya yang melakukan kesalahan. Ia melihat bahwa musibah yang menimpa adalah sama, dan mereka sama-sama membutuhkan bahkan sangat membutuhkan kepada ampunan Allah dan rahmat-Nya. Sebagaimana dia suka bila saudaranya se-Islam memintakan ampunan untuknya, demikian pula ia semestinya memintakan ampunan untuk saudaranya se-Islam.

Ini adalah di antara hikmah diciptakannya kemaksiatan dan ditakdirkannya keburukan, yang menjadi jelas dengannya suatu hikmah dari Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana dalam apa yang ditakdirkan dan ditetapkan-Nya.

***

Al-Hamd, Muhammad bin Ibrahim. 2005. Kupas Tuntas Masalah Takdir. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir.

Komentar

Popular Posts

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadai Auladina (ABY untuk Anak-Anak)

Download Buku Al-Arabiyah Baina Yadaik (Cetakan Baru)

Mengenal Jenis-Jenis Sayuran

Download Buku Durusul Lughah Versi Bahasa Inggris Complete (Jilid 1-8)

Download Buku Belajar Bahasa Arab Untuk Anak-Anak (Arabic Talking Books Full Set) Plus Audio and Video

Sejarah Perkembangan Membran Sel

Download Buku Bacaan Berbahasa Arab Untuk Anak-Anak 1